“Berhentilah menangis...” Lelaki itu mengusap-usap rambut bocah perempuan itu.
Bocah perempuan itu terisak. Bagian tubuhnya terasa nyeri. Ia berusaha merangkak pergi. Lelaki itu membiarkannya. Bocah perempuan itu terus merangkak dengan kedua lututnya. Sekelilingnya mulai mengabur, sama seperti ketika lelaki itu menggendongnya berputar-putar. Tiba-tiba ia melihat ibu tersenyum padanya. Ibu merengkuhnya dan memberikannya permen tangkai berwarna pelangi. Besar sekali. Lalu ibu mulai mendongeng. Kisah tentang seorang putri jelita yang tertidur untuk selamanya.
***
Tepian DanauMu, 27 Juli 2016
Karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Bulan Kemanusiaan RTC
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H