“Mengapa?”
“Karena aku menginginkan cinta.”
“Pantas saja. Kau menginginkan hal yang ditabukan di Kampung Air Mata.”
“Menurutmu aku salah?” tanyamu sendu.
“Tidak, kau tak sepenuhnya salah.,” gelengku, “kisah kita nyaris sama.”
“Kau juga menginginkan cinta?”
“Bukan, aku hanya ingin mati,” gumamku lirih.
“Mati? Untuk apa?”
“Karena aku kehilangan cinta.”
“Itu sebabnya kau dikurung di sini?”
“Ya,” anggukku, “tak mengapa, selama aku bisa melihat rembulan purnama, juga melihatmu.”
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!