Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Eu Te Amo

26 Januari 2016   02:52 Diperbarui: 26 Januari 2016   17:54 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ini keliru…”

“Lalu, apakah perasaanmu padaku keliru?”

“Jangan desak aku…”

“Jujurlah dengan hatimu.”

Selalu. Percakapan yang nyaris sama setiap kali kita berbincang. Sementara aku bertahan dengan keragu-raguanku, kau bersikukuh meneruskan perjalanan dalam lorong tak berujung. Cinta tak semudah berucap. Sebaris kata itulah yang diam-diam kubisikkan dalam hati ketika resah lagi-lagi datang menghampiri.

***

Hari ini kuputuskan untuk menuliskannya padamu. Eu te amo[1]. Aku mencintaimu. Keberanian dan kekuatan yang berasal entah dari mana? Mungkin bukan itu. Seiring waktu-waktu yang berlalu, kau kurindukan setiap waktu. Imaji atau nyata nyaris tak ada bedanya lagi. Kata-kata sarat makna telah memekarkan rasa yang kini kugenggam erat hingga aku tak ingin kehilanganmu. Aku bersedia menggenggam tanganmu selamanya dalam lorong itu.

Sedetik, dua detik, aku menunggu dengan hati bergemuruh. Setelah ini apa? Apakah rindu akan semakin kuat menghampiri kita? Atau malah berangsur-angsur sirna karena kau telah menuntaskan sebuah penaklukan? Tapi yang terjadi kemudian sungguh berbeda. Kau tertawa terbahak-bahak, menertawakan ungkapan yang kurenungkan beberapa waktu sebelum memiliki keberanian untuk mengakuinya. Bagimu, ini hanyalah lelucon belaka.

Bodoh. Aku bahkan tak mengenali muslihat yang bertengger tepat di hidungku. Kepalsuan telah memenjarakan hatiku dan merenggut logikaku dengan keji. Bara membakar hatiku. Jika kau memutuskan untuk tertawa, mengapa aku tak boleh menyudahi kebodohanku? Maka, tertawalah sepuasmu atau sesalilah jika kau ingin melakukannya suatu hari nanti. Ketika kau menyesalinya, selamanya aku takkan pernah mengulangi ucapanku. Karena kau adalah petaka dalam sebuah lorong kisah. Kisahku.

***

Tepian DanauMu, 26 Januari 2016

 

Sumber ilustrasi : di SINI

[1] Aku mencintaimu (Portugis)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun