" Saat aku SMA dan kuliah Kakak alamatkan ke mana surat itu?
" Aku alamatkan ke rumah orang tuaku dan aku minta adikku menyampaikan padamu."
" Kenapa tidak langsung ke aku?"
" Aku tidak tahu alamat rumahmu. Yang kutahu hanya alamat SMP mu. Itulah alasanku kenapa menitipkan surat itu kepada adikku. Bukankah sekolah kalian berdekatan?"
" Betul, sekolah kami berdekatan. Tapi adik Kakak itu tidak pernah menyampaikan apapun. Bahkan aku tidak kenal secara langsung, tapi dikenalkan sahabatku, tetangga Kakak."
Kali ini aku yang terbengong. Hida tidak mengenal adikku dengan baik? Bahkan mereka kenal sambil lalu, hanya saling senyum bila bertemu. Kepalaku terasa makin berat. Aku tak mampu mencerna fakta yang disampaikan Hida. Tapi Hida tampak bersungguh-sungguh. Aku yakin apa yang disampaikan Hida benar. Tapi selama ini siapa yang membalasnya?
" Bahkan saat Adik sudah kuliah pun , Kakak masih terima balasan itu."
" Aku dan adik Kakak memang kuliah di universitas yang sama. Namun kami tidak pernah berbincang. Apalagi memberikan titipan surat Kakak."
" Kok aneh banget sih."
" Bukankah sudah makin jelas terkuak Kak? Setelah kita telusuri satu demi satu. Kalau jelas seperti ini, Kakak tidak akan menganggap Adik hanya membela diri untuk mencari pembenaran kan?"
Aku semakin bingung. Tak sepatah kata pun ku menjawabnya.