Mohon tunggu...
FITRI HIDAYAH
FITRI HIDAYAH Mohon Tunggu... Lainnya - Bekerja di: Kemensos RI (2012-2024) DITAJENAD TNI AD (2024-Sekarang)

IAM THE ORDINARY ONE WHO REALLY WANT TO BE SPECIAL, BERUSAHA MENGUBAH SEMUA LELAH MENJADI LILLLAH AGAR MENJADI BERKAH

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Magic Dakon, Alternatif Teknik Pembelajaran Bahasa Inggris

20 Maret 2019   10:25 Diperbarui: 20 Maret 2019   10:32 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Fitri Hidayah, M. Pd.

Tari Pendet, Batik, Lagu Rasa Sayange, Reog Ponorogo, dan Keris adalah contoh kebudayaan asli Indonesia yang diklaim oleh negara lain sebagai kebudayaan asli milik negara tersebut. Kasus ini bukan hal yang aneh, mengingat banyak orang Indonesia, khususnya para pemuda Indonesia sebagai tulang punggung bangsa yang tidak mengenal kebudayaannya. Bagaimana kita bisa menjaga kalau mengenalpun tidak?

Oleh sebab itu, dalam rangka mencerdaskan bangsa serta menjaga kelestarian budaya, diperlukan sebuah pembelajaran yang mampu menyampaikan kedua hal tersebut. 

Pemuda dan Pendidikan adalah dua hal terpenting yang dapat menjadi tolok ukur keberhasilan suatu negara. Pemuda yang dapat memajukan bangsa, bukan hanya pemuda yang mendapatkan medali di sebuah kompetisi bertaraf internasional, tetapi juga pemuda yang mampu membawa dan memperkenalkan kebudayaan asli Indonesia di dunia. 

Begitu juga Pendidikan. Pendidikan harus terus dikembangkan dan dibina dalam menghadapi pesatnya persaingan dunia yang mengedepankan teknologi sebagai dasar berkembangnya pendidikan yang bermutu.  

Sayangnya, seiring berkembangnya jaman, satu persatu kebudayaan mulai tersingkirkan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kebudayaan tradisional Indonesia sudah mulai dilupakan sehingga dapat dikatakan bahwa kecintaan masyarakat Indonesia terhadap kebudayaan tradisional sudah mulai merosot. 

Hal tersebut terjadi karena banyaknya kebudayaan luar (asing) yang masuk ke Indonesia tanpa adanya filterisasi yang ketat, sehingga tanpa disadari kebudayaan asing tersebut telah merampas pikiran masyarakat Indonesia untuk lebih mencintai kebudayaan luar (asing) itu.

Hal di atas perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat, pejabat daerah, dan tentunya dari kalangan masyarakat Indonesia sendiri. Untuk itu, perlu adanya kesadaran agar masyarakat Indonesia dapat mengangkat kembali citra dan jati diri bangsa Indonesia asli ke tengah peradapan yang semakin marak dengan adanya modernisasi. 

Seharusnya sudah menjadi tugas kita, sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) yang cinta tanah air untuk menjunjung tinggi seluruh kebudayaan yang menjadi ciri khas bangsa kita, yaitu dengan tetap mencintai dan melestarikan kebudayaan tersebut.

Salah satu cara yang dapat kita gunakan untuk melestarikan kebudayaan tradisional adalah dengan menyebarkan dan mengajarkan kepada generasi muda, khususnya para pelajar yang nantinya akan menjadi tulang punggung negara. 

Cara tersebut dapat ditempuh dengan menyisipkan permainan tradisional dalam sebuah kegiatan belajar mengajar di sekolah ataupun belajar non formal dalam sebuah resting time. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun