Mohon tunggu...
Fitri Haryanti Harsono
Fitri Haryanti Harsono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis di Kementerian Kesehatan RI

Akrab disapa Fitri Oshin | Jurnalis Kesehatan Liputan6.com 2016-2024. Spesialisasi menulis kebijakan kesehatan. Bidang peminatan yang diampu meliputi Infectious disease, Health system, One Health, dan Global Health Security.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pandemi Covid-19 Dianggap Rekayasa, Benarkah?

19 November 2024   19:28 Diperbarui: 19 November 2024   19:48 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumlah pasien COVID-19 yang membludak tak ayal membuat para tenaga kesehatan dan dokter kelelahan. Foto-foto mereka yang berjuang menangani pasien dengan Alat Pelindung Diri (APD) dan harus bertugas di dalam ruang isolasi sangat mengena di hati. 

Teringat pula foto-foto petugas kesehatan yang menangani tes COVID-19 terlihat beristirahat di bangku. Mereka juga dengan sabar melayani masyarakat yang ingin tes COVID-19, baik secara walk in maupun drive thru. Kalau kita ingat saat kasus COVID-19 lagi melonjak, antrean tes COVID-19 pun panjang.

Petugas ambulans juga tak henti membawa pasien sakit dan jenazah yang meninggal akibat COVID-19. Selain itu, petugas penggali kubur ikut bekerja keras sepanjang waktu, baik pagi, siang, sore dan malam.

Beberapa cerita yang sering kita dengar adalah mereka setiap hari harus menggali liang kubur untuk pemakaman COVID-19. Mau cuaca panas atau hujan, jenazah harus sesegera mungkin dimakamkan.

Bahkan ada pula cerita, selepas hujan semalaman, tanah kuburan di area makam lengket yang berimbas pada mobil jenazah atau mobil ambulans sulit masuk. Berkat bantuan petugas penggali kubur, jenazah akhirnya dapat dimakamkan. 

Sirene ambulans tiap hari terdengar, kabar duka cita silih berganti

Penerapan Work From Home (WFH) membuat kita lebih memerhatikan suasana sekitar tempat tinggal. Yang terus terngiang adalah suara sirene ambulans yang hampir tiap hari terdengar di kejauhan.

Setiap kali mendengar sirene ambulans, terbersit pemikiran, "Apakah yang dibawa pasien atau jenazah?" 

Kabar duka cita turut silih berganti diinformasikan lewat pengeras suara masjid. Sungguh terasa kesedihan, bayangkan yang meninggal itu tetangga sendiri yang rumahnya satu komplek dengan kita. Selang beberapa hari, menyusul tetangga lainnya ada yang meninggal dunia akibat COVID-19.

Di ranah WhatsApp dan media sosial, kita pun menerima informasi duka cita dari kerabat, saudara, dan teman. Beberapa dari kita telah kehilangan orang-orang terkasih.   

Angka kesakitan dan kematian akibat COVID-19 yang sangat memilukan

Pembaruan data kasus COVID-19 merupakan salah satu pemberitaan yang paling menyorot perhatian publik. Pemerintah pada waktu itu secara rutin mengeluarkan pembaruan data kasus yang mencakup kasus positif, kesembuhan, dan kematian.

Muncul rasa yang sangat memilukan tiap kali melihat angka kesakitan dan kematian. Bagi para jurnalis, tiap kali memberitakan data kasus COVID-19 kepada publik sangat berat. Antara penugasan sekaligus terselip rasa sedih dan pilu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun