Mohon tunggu...
Fitri Ciptosari
Fitri Ciptosari Mohon Tunggu... Dosen - Eco-populist and Lecturer of Ecotourism

Berkonsentrasi pada isu pembangunan, pariwisata, dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cacatan Perjalanan ke Desa Wisata Fatumnasi

27 Desember 2019   20:44 Diperbarui: 28 Desember 2019   10:02 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berikut ini adalah beberapa catatan perjalanan yang ditulis oleh siswi-siswi SMK 20 Desember Kupang sebagai tugas laporan perjalanan studi wisata di desa wisata Fatumnasi. 

Kontennya memuat cerita pengalaman personal ditambah dengan hasil analisa ataupun refleksi kritis dari teori kepariwisataan seperti klasifikasi motivasi dan pola pengeluaran wisatawan, dampak industri pariwisata, modal dasar pengembangan pariwisata, dan ruang lingkup karir dalam industri pariwisata.

Tulisan ini telah melewati proses editing karena banyaknya kesalahan penulisan dan komposisi. Namun demikian, proses editing tidak mengubah alur, gaya, dan inti cerita yang disampaikan. Meskipun sederhana catatan perjalanan ini diharapkan cukup memberikan informasi dan rekomendasi bagi calon pengunjung desa Fatumnasi, masyarakat desa Fatumnasi, dan stakeholder pariwisata NTT.

Selamat membaca 

 

Kesederhanaan Dapur dan Minimnya Air

Karya: Prisilia S. F. Naimnule

Saya ingin menceritakan pengalaman saya saat mengunjungi desa Fatumnasi, khususnya saat menginap di Homestay Lopo Mutis milik bapak Mateos Anin. Lopo Mutis adalah penginapan yang sangat unik karena sangat tradisional dan dibuat dari bahan-bahan lokal seperti alang-alang. Pelayanan dari bapak Mateos Anin dan keluarganya sangat ramah.

Hal yang menarik dari homestay lopo mutis adalah dapurnya yang sederhana namun sangat rapi dan nyaman. Setelah kami melihat-lihat lingkungan homestay, kami dipersilahkan untuk menggunakan dapur itu. 

Kami dipersilahkan menggunakan semua alat dan bahan yang tersedia di dapur itu. Kami segera menuju ke dapur untuk menyiapkan makan malam dari bahan - bahan yang kami belanjakan sebelumnya.

Saat memasak di dapur, kami berbagi tugas. Ada yang memasak nasi, memotong sayur, dan ada juga yang meracik sambal. Sambil memasak kami bercerita, tertawa bersama, dan terkadang kami juga berdebat saat memasak. Minuman seperti air panas, kopi dan teh sudah tersedia. Selain itu, ada ubi dan pisang yang boleh kami olah juga. 

dokpri
dokpri
Sambil memasak, saya membuat kesimpulan dari pengamatan saya tentang dapur itu. Bapak Mateos Anin mempersilahkan kami untuk memasak di dapurnya karena tidak ada warung apalagi fasilitas restoran di desa itu. Belum ada warga yang tertarik untuk membuka usaha warung makan. 

Namun demikian, kekurangan tersebut dimanfaatkan oleh Bapak Mateos Anin sebagai salah satu aktivitas oleh wisatawan. Saya dan teman-teman sebagai wisatawan memperoleh pengalaman memasak dengan tungku kayu di dapur yang sederhana. Wisatawan diajak untuk mengenal keseharian warga Fatumnasi.

Ada satu masalah yang kami alami saat sedang memasak, yaitu ketika stok air mineral yang kami bawa habis. Air untuk konsumsi seperti air minum dan masak yang dimiliki Bapak Mateos Anin juga terbatas. 

Kami mulai menyadari tentang keterbatasan air di desa Fatumnasi. Kami kemudian mendapatkan cerita - cerita tentang kesulitan warga dalam memperoleh kecukupan air bersih. 

Menurut pendapat saya, sebaiknya pemerintah harus memperhatikan secara seksama keadaan kurangnya kecukupan air bersih yang bisa menjadi kendala dalam mengembangkan pariwisata di Fatumnasi. Wisatawan akan memiliki pengalaman kurang mengenakkan ketika kehabisan air.

Secara keseluruhan, saya senang berwisata ke Fatumnasi. Memasak bersama menjadi pengalaman yang paling menyenangkan dari kegiatan Study Tour di Desa Fatumnasi. 

Jalan Buruk Ongkos pun Mahal

Karya: Maria D. S. Naimnule

Pada hari Sabtu, 30 November 2019, kami siswi Perhotelan SMK 20 Desember bersama dengan guru Pariwisata melakukan kegiatan Study Tour ke desa Fatumnasi Kabupaten TTS. Transportasi yang kami gunakan saat itu adalah Bus antar kota jurusan Kupang - Kefa.

Disepanjang jalan saya melihat pemandangan yang sangat indah seperti bukit-bukit  dan hamparan kebun dan pepohonan. Di tengah perjalanan, hujan turun dengan sangat derasnya. Saya melihat kabut yang sangat tebal dan menutupi kaca bus, saat itu merasa sangat takut. Ketika hujan reda, langit kembali cerah saya juga merasa lega.

Sesampainya di Soe, tepatnya di cabang menuju Kapan kami turun dari bus dan mencari transportasi lain untuk menuju ke Kapan. Disana, kami mencari mobil pickup yang mau mengangkut kami ke Kapan atau bahkan langsung ke Fatumnasi. Kami mengacungkan jempol sebagai tanda kami memerlukan tumpangan. 

Beberapa mobil berhenti dan kami harus negosiasi menawar tarif mobil. Harga yang ditawarkan cukup mahal. Alasannya karena jalan menuju kesana sangat buruk. Pada akhirnya, ada mobil yang bersedia mengangkut kami setelah kami terus menawar.

Akhirnya kami melanjutkan perjalanan kami lagi menuju ke desa Fatumnasi. Sepanjang perjalanan saya melihat begitu banyak pemandangan indah, dan udara juga terasa sangat sejuk. Kami melihat pepohonan-pepohonan yang tinggi besar dan bukit-bukit. 

Setelah itu, kami melewati jalan yang kondisinya sangat buruk. Jalan mendaki dengan bebatuan yang mudah lepas, membuat saya dan teman-teman berteriak-teriak ketakutan saat melewatinya.

Meskipun begitu, kami tetap merasa senang sepanjang perjalanan. Saya dan teman-teman senang sekali bercanda selama perjalanan. Selain itu, kami juga senang menyapa orang - orang yang kami lewati. Saya dan teman-teman merasakan menjadi wisatawan saat itu.

Pada akhirnya kami tiba di tempat tujuan kami, yaitu di Homestay Lopo Mutis. Kami disambut dengan sangat ramah dan hangat oleh Bapak Mateos Anin. Kami dipersilahkan duduk di aula utama Lopo Mutis lalu dijelaskan tentang keadaan-keadaan di sana.

dokpri
dokpri
Hasil dari perjalanan kami ke Fatumnasi adalah kami dapat menganalisa hambatan - hambatan apa saja yang bisa menjadi kendala dalam mengembangkan pariwisata di Fatumnasi. Permasalahan yang kami temui diantaranya adalah akses transportasi yang kurang memadai, kondisi jalan yang buruk, sehingga tidak heran jika tarif menuju ke desa Fatumnasi menjadi mahal. 

 

Menggali Informasi dan Tradisi

Karya: Hintol Fanry Olbata

Pada tanggal 30 November hingga 1 Desember, 2 hari 1 malam, saya bersama 7 teman saya dan 1 guru pendamping melakukan studi wisata ke desa Fatumnasi salah satu dari 7 Destinasi Pariwisata Estate Provinsi NTT. Letaknya di Molo Utara Kabupaten Timor Tengah Selatan. Destinasi tersebut sedang dalam proses pembangunan menjadi desa wisata dengan daya tarik utamanya adalah gunung Mutis.

Kami serombongan berangkat dari Kupang sekitar jam 10 pagi menggunakan bus antar kota dengan tarif 25.000 per orang. Waktu perjalanan kurang lebih 3 jam perjalanan. Setibanya kami di Soe, tepatnya di cabang Kapan kami turun dari bus dan mencari transportasi lanjutan. 

Tidak ada transportasi umum seperti bemo / angkot untuk menuju ke Fatumnasi atau Kapan. Oleh karena itu, jalan keluarnya adalah menyewa mobil pick up. Saat itu kami sepakat diharga 200.000 untuk biaya antar langsung menuju desa Fatumnasi. 

Setibanya di desa Fatumnasi kami menginap di sebuah homestay tradisional dengan desain lopo -- lopo kecil khas Timor. Penginapan tersebut dikelola oleh bapak Mateos Anin. Tarif yang diberikan adalah 200.000 per kamar per malam. Setiap lopo nya terdapat 3 tempat tidur dapat diisi 3 - 6 orang dalam 1 kamarnya.

Disana kami banyak melakukan kegiatan, diantaranya adalah memasak bersama, mengembala ternak-ternak seperti sapi, kerbau, kuda dan kambing, melihat sunrise (matahari terbit), dan berdiskusi dengan Bapak Mateos Anin. Dari bapak Mateos, kami mendengarkan cerita tentang sejarah gunung Mutis, larangan - larangan masuk hutan, tradisi - tradisi masyarakat Fatumnasi, dan yang paling penting kami belajar dari motivasi bapak Mateos dalam mengembangkan usaha homestaynya.

Ada yang unik yang saya pelajari disana. Saya mengetahui bahwa banyak tanaman - tanaman di sekitar dimanfaatkan sebagai obat - obatan. Seperti tanaman Non Kolabe yang digunakan untuk menyembuhkan sakit gigi. 

Batangnya bisa diusap - usapkan ke gigi seperti untuk menggosok gigi. Gigi kita bisa sehat dan kuat jika kita rutin menggunakannya. Oleh karena itu, tidak heran jika bapak Mateos yang umurnya sudah 80an masih memiliki gigi yang sehat dan kuat.

dokpri
dokpri
Kami juga belajar dari keramahtamahan dari bapak Mateos dan keluarganya dalam melayani tamu-tamu yang mengunjungi Lopo Mutis. Secara keseluruhan kami sangat senang bisa belajar dari bapak Mateos Anin.

Perjalanan kembali ke Kupang kami menyewa mobil pick up lagi, namun kali ini langsung menuju ke Kupang. Ongkos yang kami bayar adalah 425.000 dengan lama tempuh sekitar 4 jam perjalanan.

Hasil analisa dari perjalanan kami ke desa wisata Fatumnasi adalah kurangnya informasi untuk wisatawan mengenai objek wisata ini. Oleh karena itu, saya ingin membantu menuliskan informasi tentang bagaimana kesana dan biayanya, supaya wisatawan lain dapat mempersiapkan rencana perjalanannya secara lebih baik.

 

How to get there, What to prepare

Karya: Maria Enjelina Taus

Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki keindahan dan pesona alam yang tidak ada habisnya. Jika Anda datang ke Kupang, tidak hanya pantai Oesapa, Gua Kristal dan Pantai Kolbano saja yang bisa dikunjungi. 

Sempatkan waktu untuk menengok keindahan cagar alam gunung Mutis yang terletak di Kabupaten TTS. Kawasan yang berjarak sekitar 140 km sebelah timur laut dari Kota Kupang. Secara geografis, cagar alam gunung Mutis terletak di desa Fatumnasi, kecamatan Mollo Utara, Kabupaten TTS. 

Untuk menuju ke Fatumnasi, Anda harus menumpang bus antar kota jurusan Kupang - Soe dengan ongkos 25.000 per orang. Waktu perjalanan kurang lebih 3 jam perjalanan. 

Kemudian, setibanya di Soe tidak ada angkutan umum untuk menuju ke Desa Fatumnasi. Anda harus melanjutkan perjalanan secara kolektif agar menghemat biaya. Jika Anda dapat menyewa mobil pickup dengan atap tertutup, ongkos sewa yang ditawarkan bisa mencapai 250.000.

Untuk menginap, Anda bisa menyewa homestay lokal. Disana terdapat penginapan homestay Lopo Mutis yang bangunannya berbentuk lopo - lopo dengan atap alang - alang. Setiap kamarnya berisi 3 tempat tidur yang bisa diisi 3 - 6 orang. Harga yang ditawarkan adalah 200.000 per kamar per malam.

20191201-073714-5e060a92097f36107e56df24.jpg
20191201-073714-5e060a92097f36107e56df24.jpg
Di desa Fatumnasi Anda dapat menemukan beberapa flora yang hidup didataran tinggi seperti Ampupu dan Cendana. Selain itu, pesona unik lainnya adalah hutan bonsai yang disebut sebagai pohon kayu putih. Secara umum hutan - hutan di desa Fatumnasi masih sangat asri terjaga dan indah untuk dipandang. 

Kegiatan yang bisa dilakukan disana diantaranya adalah melihat pemandangan perkebunan dan bukit - bukitnya, menyaksikan keindahan sunrise (matahari terbit), belajar beternak seperti kami yang pada saat itu belajar memindahkan ternak - ternak ke padang rumput, kemudian mendengar cerita sejarah yang diceritakan oleh bapak Mateos Anin. 

Bapak Mateos adalah pemilik homestay yang juga ketua kelompok sadar wisata. Dari bapak Mateos saya belajar menggosok gigi dengan menggunakan batang kayu. Aktivitas ini benar - benar memberikan pengalaman tersendiri karena saya dapat mengenal dan menghargai cara hidup masyarakat desa Fatumnasi. 

Dari bapak Mateos, saya juga mendengar cerita kesulitan air disana. Kondisi jalan yang rusak juga menghambat masuknya tangki - tangki air ke desa ini. Oleh karena itu, saya menyarankan Anda membawa cukup bekal air minum untuk persediaan selama berkunjung di desa Fatumnasi. 

Rekomendasi dari saya, akan lebih baik jika bapak Mateos Anin dan masyarakat Fatumnasi menyiapkan galon dan menjual air mineral isi ulang. Wisatawan atau pembeli bisa membeli air dengan membawa botol isi ulang. Jadi kunjungan wisatawan tidak meninggalkan banyak sampah botol plastik disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun