Namun, satu hal yang membuatnya bingung adalah perubahan sikap Wila. Sahabat yang biasanya hangat itu mulai menjauh. Wila jarang menghubungi, dan ketika mereka bertemu, senyumnya terasa hambar.
"Kenapa, ya, Wila berubah? Apa karena masalah laptop itu?" pikir Armaya berulang kali.
Pertemuan Tak Terduga
Beberapa bulan kemudian, dalam perjalanan dinas ke luar kota, Armaya melihat Wila di sebuah kafe. Dengan penuh semangat, ia mendekati sahabatnya.
"Wila! Kamu di sini?" sapanya.
Wila menoleh dan tersenyum tipis. "Oh, hai, Ma. Iya, aku lagi ada kerjaan," jawabnya singkat.
Percakapan mereka hanya berlangsung sebentar. Wila tampak terburu-buru dan tidak lagi ramah seperti dulu. Armaya merasa aneh, tetapi ia memilih untuk tidak bertanya lebih jauh.
Sebuah Kecurigaan
Seiring waktu, Armaya mulai menyadari bahwa Wila lebih sering bersama Dinda, seorang teman lain yang belakangan dikenal Armaya sebagai manipulatif.
Armaya sering melihat Dinda mempengaruhi banyak teman-temannya, termasuk Wila. Ia mencoba berpikir positif, tetapi tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa semakin banyak orang yang menjauh darinya.
"Kenapa semua orang meninggalkanku? Apa aku melakukan sesuatu yang salah?" pikir Armaya, kesepian.