Kesibukan mereka mencakup mengurus suami, anak, dan urusan domestik rumah tangga seperti memasak, mencuci, bersih-bersih, dan lain sebagainya.
Nah, topik perbincangan working wife vs full time wife ini belakangan kembali santer terdengar di jagat dunia maya, khususnya di Twitter.
Topik ini bermula saat sebuah akun berpendapat bahwa sebenarnya ia pun ingin menjadi istri yang 'ongkang-ongkang' kaki tidak bekerja, tapi ia urungkan saat tahu bagaimana ibunya yang dulu tidak pernah bekerja, tiba-tiba mendapat tanggung jawab bertumpuk menggantikan ayahnya yang meninggal dunia.
Baginya, terlalu bergantung pada seseorang itu sangat riskan, sebab kita tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari.
Tentu saja, tweet seperti itu mengundang beragam tanggapan.Â
Ada yang tidak sependapat jika istri yang tidak bekerja disebut hanya ongkang-ongkang kaki di rumah, karena nyatanya para full time wife ini memiliki aktivitas yang tidak kalah menyibukkan dan melelahkan dibanding para working wife, dan seterusnya.Â
Benar-benar perdebatan yang tiada habisnya.
Namun, yang menarik ada pula full time wife yang mengaku ingin juga memiliki pekerjaan dan punya uang sendiri.
Ada juga para istri yang bekerja, ingin istirahat dan memiliki lebih banyak waktu bersama keluarga sebagaimana para istri yang tidak bekerja.Â
Nah, rumput tetangga selalu kelihatan lebih hijau kan?
Menjadi working wife agar lebih terjamin di masa depan?
Mungkin sebagian besar alasan seseorang memilih menjadi working wife adalah untuk meminimalisir resiko finansial di masa depan.Â