Mohon tunggu...
Fitri Apriyani
Fitri Apriyani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger dan content writer

Blogger di Matchadreamy.com, yang suka membaca dan menulis | IG : @fiapriyani

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menghadapi Ancaman AI Bagi Pekerja Profesional di Masa Depan

31 Januari 2023   13:28 Diperbarui: 2 Februari 2023   06:09 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi robot AI | Photo by Alex Knight on Unsplash 

Kisah bagaimana teknologi berambisi menguasai kehidupan manusia dalam film fiksi ilmiah terminator beberapa tahun yang lalu sepertinya akan mendekati kenyataan. Bukan dari sisi peperangan tentunya, tapi sisi penguasaan peran pekerjaan oleh teknologi. 

Pasalnya belakangan aplikasi berbasis teknologi AI atau Artificial Intelligence booming serta membuat takjub banyak orang setelah terbukti mampu melakukan berbagai pekerjaan yang biasa dilakukan oleh manusia.

Apalagi kebolehan yang mampu dilakukan oleh mesin kecerdasan buatan tersebut ternyata tidak hanya berkutat pada pekerjaan yang bersifat sistematis seperti akuntansi---yang mana telah digadang-gadang akan digantikan perannya oleh para AI di masa depan---tapi juga melakukan pelbagai pekerjaan yang membutuhkan kreativitas, seperti mendesain produk hingga membuat ilustrasi gambar.

Setali tiga uang, baru-baru ini ChatGPT atau OpenAI juga baru dirilis dan langsung viral di jagat global. 

Teknologi yang diciptakan oleh Sam Altman dan Elon Musk ini, salah satu fiturnya memungkinkan pengguna menemukan jawaban atas apa saja yang ditanyakan. 

Mulai dari membuat content plan, artikel, cerita pendek, hingga membuat skripsi. 

Nah, cukup membuat desainer, ilustrator, content writer, dan pekerja profesional lainnya ketar-ketir kan sama si AI ini?

Bagaimana pengaruh AI pada dunia kerja profesional di masa depan?

Photo by Markus Winkler on Unsplash 
Photo by Markus Winkler on Unsplash 

Pengaruh AI di dunia profesional ini cukup signifikan, sebab si teknologi ini nyatanya memang memiliki kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan yang biasa dilakukan manusia seperti tugas administratif, pengecekan  dan pengolahan data yang banyak dan rumit dengan lebih cepat dan akurat, membuat desain, dan lainnya.

Kemampuan teknologi AI ini sebenarnya sangat bagus karena dapat meningkatkan kualitas pekerjaan dengan mengurangi tingkat kelelahan pada manusia, menghemat waktu, dan meningkatkan produktivitas kerja. 

Jadi manusia bisa fokus melakukan pekerjaan lain yang kiranya tidak bisa dilakukan oleh AI seperti misalnya mengambil keputusan strategis dengan cepat dan tepat berdasarkan data-data yang disodorkan oleh AI. 

Namun, fenomena ini juga menimbulkan dampak lain yaitu munculnya banyak pengangguran akibat pengambilalihan peran pekerjaan oleh teknologi AI. 

Terutama pekerjaan yang berhubungan dengan proses kerja yang repetitif, bisa diotomisasi, dan tidak membutuhkan kreativitas. 

Dilansir dari Infokomputer.grid.id bedasarkan penelitian Brookings Institution 2019, ada 36 juta orang yang pekerjaannya rawan digantikan. 

Tapi, apakah semua pekerjaan profesional bisa digantikan oleh AI?

Tidak Semua Pekerjaan Bisa Digantikan AI

Sebagai orang yang pekerjaannya menulis dan katanya terancam digantikan oleh AI, saya tidak mau ketinggalan mencoba OpenAI dengan memintanya untuk menulis artikel sesuai tema yang saya inginkan. 

Dan voila! Hanya dalam waktu beberapa detik, si mesin AI sudah langsung bekerja menyajikan artikel kalimat demi kalimat dengan begitu cepatnya.

Sontak saya merasa terkagum setelah mendapati hasil tulisan yang disodorkan lumayan informatif, dan setelah saya cek tingkat plagiarismenya, hasilnya artikel tersebut 100% unik! 

Artinya si mesin AI ini memang cukup cerdas dengan memberikan artikel yang fresh hasil 'karyanya' sendiri, bukan hasil jiplak dari artikel pihak lain.

Namun, setelah saya baca lebih teliti, saya berpendapat bahwa bahasa yang digunakan pada artikel tersebut masih terlalu kaku, 'hampa', dan kurang humanis. Wajar, namanya juga ditulis oleh mesin, bukan manusia.

Pada akhirnya saya setuju dengan jurnal STMIK Jayakarta tentang analisis pengaruh implementasi AI bagi kehidupan manusia,  yang menyebutkan bahwa pada hakikatnya AI tidak akan pernah bisa menggantikan sisi emosional manusia. 

Dalam konteks penulisan artikel, AI tidak bisa memberikan sentuhan emosional dan empati di setiap tulisan yang ia buat. 

Hasil tulisannya terkesan dibuat untuk dibaca oleh mesin, bukan manusia. Hemat saya, pekerjaan penulis baik content writer, penulis fiksi atau non-fiksi tidak akan tergantikan di masa depan.

Good news, hasil analisis pada jurnal tersebut bisa jadi juga berlaku pada bidang pekerjaan lain seperti desainer. 

Hasil desain dari AI bisa saja bagus dan cepat, tapi tidak ada yang bisa menggantikan unsur latar belakang di balik sebuah karya, seperti asal usul ide, karakter sang kreator, taste dan nilai-nilai lainnya. 

Begitu juga pekerjaan akuntansi yang nyatanya lingkup pekerjaannya tidak hanya sekedar pembukuan dan pencatatan yang bisa serta merta digantikan oleh mesin, tapi ternyata lebih kompleks dan dinamis yang tetap membutuhkan unsur humanis.

Hal yang bisa dilakukan untuk mengimbangi hadirnya AI

Fenomena AI ini memang tidak bisa dielakkan di masa depan. Bagaimana pun, manusia tetap membutuhkan teknologi untuk mendukung kehidupan yang lebih baik. 

Beberapa pekerjaan yang terancam akan digantikan AI mungkin akan tetap ada, karena dengan memanfaatkan teknologi AI, dapat mendukung proses pekerjaan menjadi lebih cepat, akurat, dan efisien.

Oleh karena itu, alih-alih defensif dan terlalu pede bahwa pekerjaan saat ini tidak akan terancam oleh AI, ada baiknya kita tetap harus bisa membekali diri menghadapi 'persaingan' dengan para AI agar peran kita tidak mudah digantikan di masa depan. 

Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mengupgrade keterampilan dan kemampuan yang sesuai dengan perkembangan AI. 

Contohnya dengan terus belajar memanfaatkan teknologi berbasis AI yang dapat menunjang kinerja, mengakselerasi ide, dan meningkatkan produktivitas kerja, sehingga kemudian mampu menghasilkan karya dan hasil pekerjaan terbaik.

Nah, apakah kamu termasuk yang khawatir dengan eksistensi AI ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun