Dalam konteks penulisan artikel, AI tidak bisa memberikan sentuhan emosional dan empati di setiap tulisan yang ia buat.Â
Hasil tulisannya terkesan dibuat untuk dibaca oleh mesin, bukan manusia. Hemat saya, pekerjaan penulis baik content writer, penulis fiksi atau non-fiksi tidak akan tergantikan di masa depan.
Good news, hasil analisis pada jurnal tersebut bisa jadi juga berlaku pada bidang pekerjaan lain seperti desainer.Â
Hasil desain dari AI bisa saja bagus dan cepat, tapi tidak ada yang bisa menggantikan unsur latar belakang di balik sebuah karya, seperti asal usul ide, karakter sang kreator, taste dan nilai-nilai lainnya.Â
Begitu juga pekerjaan akuntansi yang nyatanya lingkup pekerjaannya tidak hanya sekedar pembukuan dan pencatatan yang bisa serta merta digantikan oleh mesin, tapi ternyata lebih kompleks dan dinamis yang tetap membutuhkan unsur humanis.
Hal yang bisa dilakukan untuk mengimbangi hadirnya AI
Fenomena AI ini memang tidak bisa dielakkan di masa depan. Bagaimana pun, manusia tetap membutuhkan teknologi untuk mendukung kehidupan yang lebih baik.Â
Beberapa pekerjaan yang terancam akan digantikan AI mungkin akan tetap ada, karena dengan memanfaatkan teknologi AI, dapat mendukung proses pekerjaan menjadi lebih cepat, akurat, dan efisien.
Oleh karena itu, alih-alih defensif dan terlalu pede bahwa pekerjaan saat ini tidak akan terancam oleh AI, ada baiknya kita tetap harus bisa membekali diri menghadapi 'persaingan' dengan para AI agar peran kita tidak mudah digantikan di masa depan.Â
Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mengupgrade keterampilan dan kemampuan yang sesuai dengan perkembangan AI.Â
Contohnya dengan terus belajar memanfaatkan teknologi berbasis AI yang dapat menunjang kinerja, mengakselerasi ide, dan meningkatkan produktivitas kerja, sehingga kemudian mampu menghasilkan karya dan hasil pekerjaan terbaik.
Nah, apakah kamu termasuk yang khawatir dengan eksistensi AI ini?