Mohon tunggu...
Fitri Apriyani
Fitri Apriyani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger dan content writer

Blogger di Matchadreamy.com, yang suka membaca dan menulis | IG : @fiapriyani

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menghadapi Ancaman AI Bagi Pekerja Profesional di Masa Depan

31 Januari 2023   13:28 Diperbarui: 2 Februari 2023   06:09 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi robot AI | Photo by Alex Knight on Unsplash 

Jadi manusia bisa fokus melakukan pekerjaan lain yang kiranya tidak bisa dilakukan oleh AI seperti misalnya mengambil keputusan strategis dengan cepat dan tepat berdasarkan data-data yang disodorkan oleh AI. 

Namun, fenomena ini juga menimbulkan dampak lain yaitu munculnya banyak pengangguran akibat pengambilalihan peran pekerjaan oleh teknologi AI. 

Terutama pekerjaan yang berhubungan dengan proses kerja yang repetitif, bisa diotomisasi, dan tidak membutuhkan kreativitas. 

Dilansir dari Infokomputer.grid.id bedasarkan penelitian Brookings Institution 2019, ada 36 juta orang yang pekerjaannya rawan digantikan. 

Tapi, apakah semua pekerjaan profesional bisa digantikan oleh AI?

Tidak Semua Pekerjaan Bisa Digantikan AI

Sebagai orang yang pekerjaannya menulis dan katanya terancam digantikan oleh AI, saya tidak mau ketinggalan mencoba OpenAI dengan memintanya untuk menulis artikel sesuai tema yang saya inginkan. 

Dan voila! Hanya dalam waktu beberapa detik, si mesin AI sudah langsung bekerja menyajikan artikel kalimat demi kalimat dengan begitu cepatnya.

Sontak saya merasa terkagum setelah mendapati hasil tulisan yang disodorkan lumayan informatif, dan setelah saya cek tingkat plagiarismenya, hasilnya artikel tersebut 100% unik! 

Artinya si mesin AI ini memang cukup cerdas dengan memberikan artikel yang fresh hasil 'karyanya' sendiri, bukan hasil jiplak dari artikel pihak lain.

Namun, setelah saya baca lebih teliti, saya berpendapat bahwa bahasa yang digunakan pada artikel tersebut masih terlalu kaku, 'hampa', dan kurang humanis. Wajar, namanya juga ditulis oleh mesin, bukan manusia.

Pada akhirnya saya setuju dengan jurnal STMIK Jayakarta tentang analisis pengaruh implementasi AI bagi kehidupan manusia,  yang menyebutkan bahwa pada hakikatnya AI tidak akan pernah bisa menggantikan sisi emosional manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun