Mohon tunggu...
Fitriana Hayyu Arifah
Fitriana Hayyu Arifah Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Student of Faculty of Pharmacy UGM

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Prospek Formula Herba Sambiloto Berbasis Nanoteknologi

11 Agustus 2018   16:12 Diperbarui: 11 Agustus 2018   18:33 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah pernah mendengar herba sambiloto atau nanoteknologi? Belum? Pada tulisan kali ini saya akan menginformasikan tentang fakta menarik tentang manfaat herba sambiloto untuk terapi diabetes melitus. Tidak hanya cukup sampai disitu tetapi juga tentang isu menarik tentang bahan baku obat di Indonesia serta penelitian nanoteknologi pada produk herbal. 

Isu tentang bahan baku obat ini sangat menarik karena Indonesia dikenal memiliki kekayaan biodiversitas ke-2 setelah Brazil namun masih impor bahan baku obat. Pemanfaatan sumber daya alam untuk salah satu alternatif bahan baku obat ini sudah saya pelajari saat saya kuliah S1 di Farmasi UGM dengan mengambil minat konsentrasi Farmasi Bahan Alam (FBA)

Untuk meningkatkan pemahaman, selain belajar di kampus, kami juga melakukan kunjungan ke beberapa industri farmasi obat alam serta institusi yang bergerak pada riset tanaman obat seperti B2P2TOOT. Baiklah, ayo kita langsung saja untuk memulai pembahasan kali ini.

Obat

Obat merupakan komponen penting yang tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Saat ini industri farmasi di Indonesia mampu memenuhi kebutuhan obat sekitar 90% berasal dari produksi dalam negeri, tetapi bahan baku masih tergantung negara lain yang mencapai angka impor sebesar 96%. 

Indonesia mengimpor bahan baku obat dari Tiongkok (60%), India (30%), dan Eropa (10%). Jumlah ini dapat diminimalisir jika ada kemandirian di bidang bahan baku obat  dengan mempertimbangkan permasalahan kesehatan di Indonesia.

Keadaan Indonesia

Saat ini permasalahan kesehatan di Indonesia yaitu double burden diaseases dengan dua beban penyakit yaitu penyakit tidak menular dan penyakit menular sekaligus. Penyakit tidak menular (PTM) cenderung terus meningkat dan telah mengancam generasi muda. Hal ini disebabkan pola hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, pola makan dan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, stres dan pencemaran lingkungan. Penyakit tidak menular yang utama di Indonesia seperti diabetes melitus (DM).

Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan sindrom kompleks dengan ciri-ciri hiperglikemik kronis (kadar gula darah tinggi), gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, terkait dengan kekurangan insulin. DM menjadi penyebab kematian nomor tiga di Indonesia setelah stroke dan penyakit jantung iskemi. Program pengendalian penyakit DM telah dilaksanakan secara integrasi seperti pendekatan faktor risiko PTM di fasilitas layanan kesehatan tetapi penyakit 

DM di Indonesia terus mengalami peningkatan. Penyakit DM berdampak kerugian ekonomi dan produktivitas kerja, sehingga diperlukan pengobatan untuk menangani permasalahan kesehatan ini.

Penanganan kasus DM diutamakan dengan diet dan aktivitas fisik yang cukup. Apabila hal ini kurang efektif, maka diperlukan terapi obat-obatan yang biasa diaplikasikan pada tingkat klinik sehingga kadar gula darah pasien di dalam darah turun menjadi normal dan senantiasa terkontrol. 

Pengobatan DM merupakan tipe pengobatan jangka panjang sehingga potensi munculnya efek samping menjadi lebih besar serta tingkat bosan pada pasien. Oleh karena itu, tugas kita adalah mencari alternatif lain efektifitas antidiabetes baik dengan efek samping yang rendah.

Sambiloto

Sambiloto merupakan salah satu komoditas dari sembilan herbal unggulan bangsa yang dicanangkan oleh BPOM RI. Bagian tanaman yang digunakan dari tanaman sambiloto adalah herba. Apa itu herba? Herba merupakan semua bagian tanaman yang berada di atas permukaan tanah.

Herba sambiloto secara empiris telah digunakan oleh masyarakat untuk mengobati gula darah. Penggunaan yang biasa dilakukan adalah dengan merebus herba sambiloto kemudian meminum air rebusan tersebut secara rutin. Kandungan senyawa aktif yang berperan untuk menurunkan gula darah adalah andrografolid.

Lalu bagaimana cara kerja dari sambiloto dalam menurunkan kadar gula darah? Andrografolid sebagai kandungan aktif dalam herba sambiloto memiliki aksi mirip insulin yaitu menstimulasi translokasi GLUT4 yang merupakan protein untuk menyerap glukosa dari sirkulasi darah, menstimulasi proses transkripsi DNA pada sintesis GLUT4, dan menurunkan PEPPK (phosphoenol pyruvate carboxy kinase) untuk mengurangi proses glukoneogenesis pada hati sehingga terjadi penurunan kadar glukosa darah.

Setelah kita membahas tentang manfaat herba sambiloto dalam menurunkan kadar gula darah yang sudah terbukti secara ilmiah dari berbagai penelitian. Syarat untuk menjadikan kandidat bahan baku obat selain dari segi efektivitas tetapi juga data keamanan. Data keamanan ini dapat dilihat pada uji toksisitas pada hewan uji. Andrografolid tidak toksik pada dosis tinggi pada hewan uji. 

Pemberian andrografolid 10 mg/kg secara intravena tidak menimbulkan kelainan organ pada hati, ginjal, jantung, dan limpa. Pemberian ekstrak sambiloto dosis 10 g/kg pada tikus melalui mulut selama 7 hari ini tidak memperlihatkan kematian. Oleh karena itu, andrografolid sangat direkomendasikan sebagai bahan baku obat pada aplikasi klinik.

Data efektivitas dan keamanan dari herba sambiloto ini memang bagus sebagai kandidat calon bahan baku obat antidiabetes. Namun, memiliki kendala dalam bidang formula dalam bidang kelarutan serta nilai keberterimaan (acceptibility) yang rendah karena rasa yang pahit. Hal ini bukan perkara sepele karena dapat mempengaruhi proses pengobatan. Maka harus dicarikan solusi untuk mengatasi permasalahan ini.

Nanoteknologi

Nanoteknologi ini sudah bukan hal yang baru di Indonesia. Banyak sekali pemanfaatannya, salah satunya dalam bidang pengobatan. Pada kasus ini, aplikasi nanoteknologi dimanfaatkan untuk bidang sistem penghantaran obat (drug delivery system). Penggunaan teknologi nano ini dapat memperbaiki profil kelarutan dari senyawa aktif pada herba sambiloto.

Salah satu aplikasi nanoteknologi yang dapat diaplikasikan adalah nanoenkapsulasi berbasis kitosan. Kitosan merupakan polimer alami yang diperoleh dari kitin yang bersifat polikationik yang berinteraksi dengan ion pembawa membentuk crosslinking sehingga menghasilkan kestabilan dispersi yang lebih baik. 

Mekanisme sistem penghantaran nanokitosan ini dalam mencapai membran sel intestinal dengan cross entrocytes melalui transport transeluler. Cara kerja ini akan mempercepat zat aktif menuju ke tempat target aksi sehingga meningkatkan efek pengobatan.

Dalam penelitian obat herbal, pengembangan teknologi nano seperti nanoenkapsulasi mempunyai banyak keuntungan, diantaranya peningkatan kelarutan dan bioavailabilitas, peningkatan akivitas farmakologi (efektivitas), meningkatkan stabilitas dan distribusi dalam jaringan, penghantaran tertunda (slow release), dan proteksi dari degradasi fisik dan kimia. Selain itu, keunggulan nanoenkapsulasi dibanding mikroenkapsulasi yaitu memberikan penyerapan dan stabilitas yang lebih baik.

Lalu bagaimanakah dengan rasa yang pahit yang ada pada herba sambiloto? Rasa pahit ini dapat diatasi dengan penggunaan sediaan kapsul baik jenis kapsul keras maupun lunak. Rasa pahit dibuat dalam sediaan kapsul akan tertutupi sehingga akan meningkatkan kepatuhan pasien dalam minum obat.

Prospek ke Depan

Gagasan ide mempunyai prospek yang cerah jika dikelola dengan baik. Ide ini selain sudah mantap dari penelitian pre-klinik juga memiliki kelebihan karena penggunaaan bahan baku dari dalam negeri untuk kemandirian bangsa. Herba sambiloto sudah tersedia melimpah di Indonesia. Bahan baku tambahan (eksipien) dalam formula tersebut yaitu kitosan juga tersedia melimpah karena kitosan dapat berasal dari limbah cangkang kepiting maupun udang.

Arah riset zaman now tidak hanya berhenti pada makalah saja tetapi juga harus menghasilkan luaran yang dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat. Hasil riset yang sudah ada ini harus dilakukan inkubasi sehingga nantinya menghasilkan produk unggulan negeri. Lalu bagaimanakah caranya?

Untuk menghasilkan sesuatu yang besar maka juga harus membutuhkan kolaborasi kuat dari berbagai pihak. Riset ini harus harus diinkubasi terlebih dahulu sebelum dilakukan scale up ke pasar. Sebelumnya harus dilakukan Focus Group Discussion (FGD) dari para pemangku kepentingan yaitu pemerintah seperti KEMENKES RI, lembaga riset seperti dari PUSPIPTEK, akademisi dari perguruan tinggi, dan pebisnis (industri farmasi). 

FGD ini setidaknya menghasilkan grand strategy untuk rencana keberlanjutan inkubasi riset ini, kerangka kebijakan nasional bahan baku obat, dan regulasi dalam mengintegrasikan obat bahan alam dalam pelayanan kesehatan.

Peran dari PUSPIPTEK sebagai lembaga riset sekaligus peran inkubator hasil riset sangat penting. PUSPIPTEK harus menggawangi riset untuk scale up dari skala riset, pilot, hingga skala produksi. Hilirisasi hasil penelitian menuju ke ranah industri dapat dipersiapkan melalui Program Technology Business Incubation Center (TBIC). 

Pemikiran ide ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pada solusi bahan baku obat di Indonesia sekaligus menjadikan sumber daya alam ini menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan tamu di negeri asing terutama untuk menghadapi harmonisasi bidang TMHS (Traditional Medicine and Health Supplement) di ASEAN.

Daftar Pustaka

Bilia, A.R., Isacchi, B., Righeschi, C., Guccione, C., Bergonzi, M.C. 2014. Flavonoids loades in nanocarriers: an opportunity to increase oral bioavailability and bioefficacy. Food and Nutrition Sci. 5: 1212-1227.

Chao, W.W., Kuo, Y.H., dan Lin, B.F. 2010. Anti-Inflamatory Activity of New Compounds from Andrographis paniculata by NF-B Trans-Activation Inhibition. J. Agric Food Chem. 58: 2505-2512.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 39 tahun 2016 tentang pedoman penyelenggaraan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 87 tahun 2013 tentang peta jalan pengembangan bahan baku obat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Nugroho AE. 2012. Farmakologi: Obat-obat penting dalam pembelajaran ilmu farmasi dan dunia kesehatan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Suo XB, Zhang H, dan Wang YQ. 2007. HPLC determination of andrographolide in rat whole blood: study on the pharmacokinetics of andrographolide incorporated in liposomes and tablets. Biomedical Chromatography. 21(7): 730--734.

Yu,B.C., dkk. 2008. Mediation of -Endorphin in Andrographolide Induced Plasma Glucose Lowering Action in Type I Diabetes Like Animals."Naunyn-Schmiedeberg's Arch Pharmacol. 377: 529-540.

Zhang, Z, dkk. 2009. Hypoglicemic and Beta Cell Protective Effects of Andrographolide Analogue for Diabetes Treatment. J. Translational Med. 7:62-63.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun