Menurut WHO (World Health Organization), Remaja merupakan fase kehidupan antara masa kanak-kanak dan dewasa, dari usia 10 sampai 19 tahun. Dimana remaja akan mengalami perubahan fisik, kognitif dan psikososial yang cepat.Â
Pengertian remaja menurut UU Perlindungan Anak adalah seseorang yang berusia antara 10-18 tahun, dan merupakan kelompok penduduk Indonesia dengan jumlah yang cukup besar (hampir 20% dari jumlah penduduk).
Dapat disimpulkan masa remaja adalah masa perubahan baik fisik maupun psikologis dari anak-anak sampai menjadi dewasa, dalam masa perubahan tersebut remaja rentan terhadap apapun yang diterimanya sehingga akan mempengaruhi perasaan, pola pikir, cara mengambil keputusan, dan cara berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Menurut data UNICEF pada tahun 2019 diperkirakan 1 dari 7 remaja mengalami masalah mental. Menurut WHO (World Health Organization) depresi, kecemasan dan gangguan perilaku merupakan penyebab utama penyakit dan kecacatan di kalangan remaja.Â
Diperkirakan sebanyak 3,6% anak usia 10-14 tahun dan 4,6% anak usia 15-19 tahun mengalami gangguan kecemasan. Dan diperkirakan sebanyak 1,1% remaja usia 10-14 tahun dan 2,8% remaja usia 15-19 mengalami depresi.Â
Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018 menunjukan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan, untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 6,1% dari jumlah penduduk Indonesia atau setara dengan 11 juta orang. Dan pada usia remaja (15-24 tahun) memiliki presentase depresi sebesar 6,2%.
Kecemasan atau Ansietas
Merupakan kondisi yang normal ketika seseorang menghadapi suatu ancaman atau bahaya, tetapi jika kecemasan yang berlebihan akan menjadi hal yang sangat mengganggu saat situasi yang mengancam tidak ada atau tidak seburuk yang dipikirkan.
Ansietas adalah perasaan waswas, khawatir, rasa takut yang tidak jelas disertai perasaan ketidakberdayaan, ketidakpastian, dan ketidaknyamanan yang seakan-akan terjadi sesuatu yang mengancam (Husna et al., 2022). Remaja yang mengalami anisetas dapat muncul berbagai tanda dan gejala diantaranya,
- Perasaan khawatir
- Gugup
- Tangan berkeringat
- Peningkatan tekanan darah
- Detak jantung lebih cepat
- Mual
- Sakit perut daj sakit kepala
- Sulit berkonsentrasi
- Perubahan nafsu makan
- Gangguan tidur
- Tantrum dan agresif
Factor penyebab munculnya kecemasan pada remaja bervariasi diantaranya ada factor keturunan, adanya perlakuan kekerasan terhadap anak remaja, kedekatan orang tua, anak yang memiliki fobia tertentu, anak remaja pernah mengalami peristiwa traumatis seperti kecelakaan, pola asuh orang tua, dan factor genetic (Amalia et al., 2021)
Menurut hasil penelitian (Hidayati et al., 2022) terapi yang dapat dilakukan pada remaja untuk menurunkan ansietas pada remaja antara lain :
- Terapi kognitif
- Terapi ini untuk membantu remaja berpikir logis dengan kondisinya dan melihat sisi lain dari kondisi yang sedang dialaminya.
- Family psychoeducation
- Dukungan keluarga yang baik dapat membantu anak untuk membentuk koping yang konstruktif. Keluarga memiliki peran penting dalam memberikan motivasi dan dukungan kepada anak. Terapi yang dilakukan meliputi tarik napas dalam, teknik distraksi, hypnosis 5 jari yang telah terbukti dapat menurunkan kecemasan pada remaja.
- Terapi meditasi
- Terapi ini membantu remaja untuk membentuk kepercayaan diri pada remaja dengan mengurangi dan mengendalikan pikiran negative dan perilaku marah. Terapi ini juga dapat meningkatkan perhatian dan kesadaran diri.
- Expressive writing therapy
- Teknik terapi ini mendorong remaja untuk menulis pengalaman tidak menyenangkan yang mengganggu pikiran, Ketika seorang remaja menulis dia akan melepaskan emosi yang selama ini terpendam dan mencoba menyusun kembali ingatan pada peristiwa tertentu, sehingga menciptakan kesadaran ulang di otak untuk memperbaiki pikiran negative, sehingga anak remaja dapat memiliki pikiran yang positif.
- Terapi logo dan terapi suportif
- Teknik terapi ini menggunakan peristiwa yang tidak menyenangkan sebagai alat ukur untuk menemukan tujuan hidup yang lebih baik. Terapi ini untuk mengajarkan anak untuk melihat nilai positif dari peristiwa yang tidak menyenangkan yang mereka alami dan memberikan kesempatan untuk merasa bangga dengan hidup yang mereka jalani. Setelah diberikan terapi logo selanjutnya di berikan terapi supportive, sehingga setelah mereka tahu arti dari peristiwa tidak menyenangkan dalam hidupnya maka terapi supportive akan memecahkan masalah yang tidak menyenangkan tersebut dengan memberikan dukungan yang memadai pada remaja.
- Art therapy
- Terapi ini memungkinkan anak remaja dapat lebih memahami kecemasan yang mereka alami dan bagaimana kecemasan tersebut mempengaruhi mereka. Teknik art therapy ini membantu anak remaja untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka melalui seni atau gambar.
Menurut WHO (World Health Organizaton) tahun 2012 Depresi adalah gangguan mental yang umumnya ditandai dengan perasaan depresi, kehilangan minat atau kesenangan, terjadi penurunan energi, perasaan bersalah atau rendah diri, sulit tidur atau nafsu makan berkurang, perasaan kelelahan dan kurang konsentrasi.Â
Kondisi depresi dapat menjadi kronis dan berulang, dan secara keseluruhan dapat mengganggu kemampuan individu dalam menjalankan tanggung jawab sehari-hari. Dan jika deperesi di tingkat yang paling parah, dapat menyebabkan bunuh diri.Â
Menurut Rizem, (2015) depresi merupakan salah satu gangguan jiwa yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa tidak berharga, merasa kosong, dan tidak ada harapan, berpusat pada kegagalan dan menuduh diri dan sering disertai perasaan ingin bunuh diri.
Menurut penelitian Desi et al., (2020) Gejala yang muncul pada remaja yang mengalami depresi meliputi :
- Perasaan sedih yang berlarut-larut,
- Senang menarik diri dari kegiatan sosial atau menyendiri,
- Kurang konsentrasi di dalam kelas,
- Kurang nafsu makan atau makan berlebihan,
- Gangguan pola makan,
- Gangguan pola tidur, dan
- Sering merasa Lelah.
Ada beberapa factor penyebab terjadinya depresi pada remaja yaitu
- Factor biologi yang disebabkan oleh system persarafan manusia,Â
- Factor genetic
- Factor psikologis atau kepribadian, seseorang dengan harga diri rendah, peimis, menyalahkan diri sendiri dapat menyebabkan depresi
- Factor lingkungan, sosial dapat mempengaruhi remaja mengalami depresi. Kejadian tragis seperti kehilanagan seseorang, kejadian pascabencana, masalah keuangan, ketergantungan narkoba, trauma masa kecil, dan tuntutan dan peran sosial contohnya menjadi juara sekolah .
Penaganan depresi
Ada beberapa penanganan depresi, penanganan depresi harus disesuaikan berdasarkan tingkat keparahan gejala, usia serta kemampuan, dan jika ada gangguan yang terjadi bersamaan.
- Terapi suportif
- Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan rasa percaya diri. Penderita depresi akan diberikan penjelasan mengenai masalah yang dialaminya, penyebabnya, perasaan, dan memberitahu bagaimana cara menyikapi permasalahannya.
- Terapi kognitif
- Terapi ini bertujuan untuk mengubah pikiran negative atau pesimis, dan pikiran yang tidak realistis. Penderita akan diajarkan cara mengidentifikasi pikiran yang tidak realistis dan mengganti dengan pikiran yang adaptif.
- Terapi problem solving
- Terapi ini bertujuan untuk membantu penderita depresi agar mampu mengatasi permasalahannya.
- Terapi perilaku
- Terapi ini bertujuan untuk mengubah perilaku dari maladaptive menjadi adaptif.
- Terapi obat
- Terapi obat merupakan alternatif terapi yang dapat dilakukan jika gejala depresi yang dirasakan sangat mengganggu. Terapi obat harus diresepkan oleh psikiater.
Kesimpulan :
Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, dalam masa tersebut remaja rentan terhadap apapun yang diterimanya sehingga akan mempengaruhi perasaan, pola pikir, cara mengambil keputusan, dan cara berinteraksi di lingkungan sekitar.Â
Menurut WHO depresi, kecemasan merupakan penyebab utama penyakit dan kecacatan dikalangan remaja. Ada beberapa terapi yang dapat menangani anisetas yaitu, terapi kognitif, family psychoeducation, terapi meditasi, expressive writing therapy, terapi logo dan terapi suportif, dan art therapy.Â
Untuk penanganan depresi dapat dilakukan dengan terapi suportif, terapi kognitif, terapi problem solving, terapi perilaku dan terapi obat. Terapi tersebut diberikan dengan disesuaikan dengan gejala dan kondisi yang dialami.
Referensi :
Amalia, H., Ulfa, M., Yanti, D., & Zainab, S. (2021). PSIKOPATOLOGI ANAK DAN REMAJA. SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS.
Desi, D., Felita, A., & Kinasih, A. (2020). Gejala Depresi Pada Remaja Di Sekolah Menengah Atas. Care : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 8(1), 30. https://doi.org/10.33366/jc.v8i1.1144
Hidayati, N. O., Diana, D. L., Astuti, I. S., Herviyanti, M. M., & Kamila, S. R. (2022). Interventions among Child and Adolescent Inmates with Anxiety: A Literature Review. Jurnal Keperawatan Komprehensif (Comprehensive Nursing Journal), 8.
Husna, C., Darmawati, Rahayunigsih, S. I., Martina, Fithria, Nurhasanah, Maulina, Syarif, H., & Yuswardi. (2022). Proses Keperawatan dan Soal Uji Kompetensi Ners Indonesia: Lengkap dengan Sembilan Bagian Keilmuan Keperawatan. SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS.
Rizem, A. (2015). MELAWAN STRES & DEPRESI. Saufa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H