Naha kunaon nu bangor loba nu geulis
Sigana mah ngarasa asa aing hade rupa
Bisa payu kasasaha tungtungna jadi cilaka
Lastri menyanyikan sebuah lagu yang sedang hits saat ini, sesekali badannya meliuk-liuk seolah-olah sedang berperan sebagai seorang artis dangdut di acara hajatan. Kemoceng yang berada dalam genggaman tangan kanannya acapkali beralih fungsi menjadi sebuah mix. Ulalaaa... Lastri tea atuh...
"Las, konser wae atuh... Aya sendal capit nomer 10 teu...?" tanya ema Emah penjual lotek di belakang SD Padamaju
"Eh ema, aya... nu biru atanapi ungu?" Lastri balik bertanya
"Biru ah, ungu mah meni asa akur jeung hirup ema, jomlo" jawab ema Emah sambil bercanda, ema-ema satu ini memang lawak abis
"Beuh, wios atuh jomlo ge asal bahagia" jawab Lastri sambil fokus mencari ukuran sendal nomer 10 warna biru
"Ungu"
"Ieu ungu"
"Eta ungu oge" gumam Lastri
"Tah ieu ning aya, cobian heula ma" Lastri menyodorkan sepasang sendal permintaan ema Emah
"Cukup ah... turun Las?" tanya ema Emah sambil merogoh saku di celemek yang dikenakannya lalu menyerahkan selembar uang berwarna hijau kepada Lastri
"Turun ma... tinu mobil" gurau Lastri sembari memberikan uang kembalian
"Dasar... Hayu ah, jongko lotek bisi aya nu mangku" Nenek tua yang masih lincah itu bergegas keluar dari warung milik Lastri menuju ke lapak miliknya
Sulastri, putri bungsu Emih Atik dan Abah Jaka yang selalu ceria dan murah senyum. Dia memiliki tiga orang kakak laki-laki yang sudah berkeluarga dan semuanya tinggal di luar kota. Selisih usia Lastri dengan kakaknya yang nomer tiga sangat jauh, hampir 15 tahun.Â
Menurut cerita abah, dulu Emih Atik tidak menyadari jika dirinya sedang hamil karena tidak mengalami mual mual apalagi muntah. Emih Atik mengira jika dia sudah tidak mendapat periode bulanan dikarenakan mulai memasuki masa menopause, mengingat usianya sudah 43 tahun.Â
Akhirnya abah memaksa emih supaya periksa ke bidan, karena abah curiga dengan pola makan istrinya yang meningkat drastis, seperti tidak makan berhari-hari. Ternyata kecurigaan abah terbukti, ibu bidan mengatakan bahwa Emih Atik positif hamil 2 bulan. Tentu saja Emih Atik sangat terkejut hingga pingsan hampir satu jam. Dan anak yang tidak disangka-sangka itu adalah Lastri, seorang perempuan berwajah manis yang murah senyum.
Lastri hanya seorang lulusan SMK, dia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah, bukan karena masalah biaya namun karena dia merasa kemampuan otakna berada dibawah garis standar. Akhirnya Lastri pun memilih meneruskan warung kelontongan milik ibunya saja mengingat usia Emih Atik yang sudah mulai sepuh, sudah sering mengeluh, pinggang encok lah, lutut sakit lah, mata rabun lah, belum lagi keluhan badan pegel-pegel yang hampir setiap hari Lastri dengar... Faktor U
"Neng, yeuh beresihan lauk, emih hayang goreng nila cenah, sing garing" abah menyodorkan jaring berisi tiga buah ikan berukuran sedang, rupanya abah mampir dulu ke kolam ikan setelah mengontrol keadaan sawah miliknya, untuk memenuhi keinginan sang ibunda ratu tercinta
"Muhun bah" Lastri membawa jaring ikan itu ke belakang sekalian meminta Emih Atik untuk menunggui warung sejenak. Yang dicari  rupanya sedang khusyu menonton ceramah dari ustad kesayangannya di handphone miliknya.