Akhirnya, aku mengambil amplop di  kantong, menyobeknya, ingin tahu berapa isinya.  Ternyata cukup untuk beli empat buah. Maunya beli satu, tapi mengingat istri kok pingin banget maem durian, ya sudah aku belikan dua.
"Beli dua, Pak. Pilihkan yang manis, ya."
Pedagang mengangguk. Transaksi selesai seusai aku memberi uang.
Setelah itu aku pulang. Sesampainya, aku segera mengetuk pintu. Tak lama kemudian, wajah istri nongol di jendela. Aku langsung mengangkat dua durian itu menempelkannya ke kaca. Lalu dia histeris, seolah baru saja ketemu dengan artis. Cepat-cepat dia membuka  pintu. Dia mengambil tanganku, aku kira tanganku mau dicium, ternyata mau ngambil durian itu.
Eh, tapi setelah durian diletakkan di lantai, dia cium tanganku. Aih, udah kayak adegan di sinetron aja. Yang judulnya Double Azab.
Aku tersenyum.
"Seneng, Neng?"
"Seneng, Bang. Makasih banyak ya, Bang." Dia sumringah. "Dapat uang dari mana, Bang? Kan belum gajian."
"Ya dari dampingi anak-anak tampil."
"Wah, gara-gara aku minta durian, Abang langsung dapat rezeki lebih."
"Sepertinya iya, Neng. Rezekinya Neng itu."