"Pak Fitrah. Terimakasih, ya. Tampilan anak-anak bagus," ia menyalami. "Oh, iya Ustadz. Ini ada uang transport buat pelatih. Mohon diterima, ya?"
Aku mengangguk. Menerima amplop itu. Beranjak ke  parkiran setelah mengucapkan terimakasih.
Di perjalanan pulang, aku kembali melewati lapak durian. Saat itulah, saat melihat durian-durian itu digantung, aku seperti melihat wajah istriku di sana. Durian itu seolah tersenyum padaku dan bilang,
"Bawa aku pulang, Fit. Istrimu pingin aku."
Benar juga, Jangan-jangan karena kemarin istri minta dibelikan durian, aku jadi dapat penghasilan tambahan. Oke. Akhirnya aku berhenti, kemudian memutar kemudi menuju pedagang durian.
"Berapaan, Pak?"
"Tiga puluh ribuan. Lima puluh ribu dapat dua." Pedagang menjawab.
"Manis?"
"Manis."
"Semanis aku ndak?"
Mau tanya kayak gitu, tapi urung karena takut malah dilempar pakai durian sambil dibacain taawudz sama pak pedagang.