"tidak"
"ayolah mas"
"ayolah Mir"
"Bapakmu minta besanan dengan bapakku mas"
Aku menghentikan langkahku. Mir yang sudah mendahuluiku dua langkah kemudian mundur lagi.
"Mir, aku adalah anak tunggal, kau juga. Kalau bapakku minta besanan, bukankah itu berarti kita akan dikawinkan?" Kulihat Miranti mengarahkan pandangannya ke dahiku. Barangkali ia melihat jidatku yang mengkerut.
"persis begitu mas"
"Tapi aku sama sekali tak ingat Mir, kita bahkan masih bocah waktu itu, dan kita tak pernah bertemu selama.. berapa... enam tahun? Tujuh?"
"Delapan mas"
"Coba kau pikir Mir, delapan tahun. Kau tak akan bilang itu sebentar bukan? Tak ada pula sepucuk surat darimu untukku. Tiba-tiba sekarang kau datang dan menginginkanku jadi suamimu"
"Kita memang sudah dijodohkan mas"