Indonesia, dan ASEAN, perlu mengajak negara-negara middle power lain untuk satu suara terkait ancaman senjata nuklir, bukan hanya untuk ketegangan Semenanjung Korea secara spesifik, tetapi juga untuk dunia. Amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD 1945) bahwa Indonesia mesti “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial” layak dijadikan acuan kebijakan politik luar negeri Merah Putih.
Pengalaman Hanoi dan Masa Depan Dunia
Senjata nuklir baru dua kali digunakan dalam perang, dan keduanya terjadi di Perang Dunia II saat Amerika Serikat menjatuhkan Little Boy ke Hiroshima dan Fat Man ke Nagasaki. Hanya butuh 10 detik untuk ledakan nuklir. Namun, efek dahsyatnya membekas dari generasi ke generasi. Faktanya, lebih dari 97 persen korban meninggal akibat senjata ini adalah masyarakat sipil. Ini belum ditambah sekitar 540.000 penyintas yang sebagian mengalami leukimia hingga kanker. Belum lagi kerusakan infrastruktur dan lingkungan. Pengalaman buruk itu adalah catatan kelam yang tidak boleh terulang.
Kembali pada pertemuan Trump dan Kim Jong-un 5 tahun lampau di Hanoi, seorang jurnalis bertanya kepada Kim Jong-un, apakah sang pimpinan tertinggi Korut bersedia melucuti persenjataan nuklir sepenuhnya. Jawabanya kala itu, "Jika tidak bersedia, saya tidak akan berada di sini sekarang[6]."
KTT Hanoi terhenti di tengah jalan. Namun, jawaban Kim Jong-un ketika itu menunjukkan bahwa dia bukanlah sosok yang tidak bisa diajak bicara. Kegagalan diplomasi di Hanoi bisa jadi inspirasi bagi Indonesia dan negara ASEAN lain sebagai middle power untuk jadi jembatan penghubung Korea Utara dengan lawan-lawan politik mereka. Misalnya, dengan menggelar KTT lain yang langsung melibatkan kedua negara Semenanjung Korea.
Posisi ASEAN yang tegas sebagai zona bebas senjata nuklir, di samping kesatuan yang solid antarsesama negara Asia Tenggara, adalah jalan bagi Korut dan Korsel agar bisa duduk bersama, bukan untuk gertak-menggertak, tetapi demi meninggalkan legacy perdamaian yang dikenang dunia.