Mohon tunggu...
F. Nugrahani Setyaningsih
F. Nugrahani Setyaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - JFT Pranata Humas

Anggota Iprahumas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Saat Media Jadi Sumber Kecemasan Baru di Tengah Bencana

31 Desember 2018   16:50 Diperbarui: 31 Desember 2018   17:14 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Menarik pula untuk disimak, saat dua orang peneliti dari University of Amsterdam, Sanne Kruikemeier dan Sophie Lecheler melakukan sebuah penelitian berjudul "News Consumer Perceptions of News Journaslistic Sourcing Techniques" (2016). Keduanya mewawancarai 422 responden terkait bagaimana jurnalis mengakses narasumber dalam berita-beritanya.

Salah satu hasilnya, sebagian besar beranggapan berita yang bersumber dari narasumber lebih kredibel jika dibandingkan dengan  berita yang bersumber dari media sosial.

Kruikemeier dan Lecherer menggunakan nilai 1-7 untuk mengukur tingkat persepsi pembaca atas kredibilitas berita yang diukur dari beberapa faktor, seperti objektivitas, akurasi, keberimbangan dan sebagainya. 

Semakin tinggi nilainya, semakin masyarakat percaya atas berita tersebut. Hasilnya, media sosial menempati urutan paling bawah, yakni Facebook (2,55) dan Twitter (2,56). Peringkat tertinggi diraih oleh wawancara (4,7), konferensi pers (4,33), dan surel (4,25).

Kepercayaan audiens adalah salah satu faktor yang menghidupi sebuah media. Untuk mendapatkan kepercayaan audiens adalah dengan memberikan berita yang akurat dan berkualitas. Penelitian yang dilakukan oleh Kruikemeier dan Lecherer menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat menginginkan berita yang melalui proses verifikasi sehingga bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Padahal apa yang terjadi sekarang adalah kebalikannya, dimana media sosial yang masih dipertanyakan kebenarannya menjadi sasaran para jurnalis dalam mencari materi berita.

Tantangan media saat ini memang menuntut jurnalis untuk bekerja lebih cepat dalam menghimpun berita. Tapi, akurasi berita semestinya tetap dikedepankan. 

Sebab hal itu amat terkait dengan kredibilitas dan kepercayaan masyarakat pada media yang bersangkutan. Jurnalis harus ekstra hati-hati dalam menyusun berita. Sebab berita yang ditulis dapat memberikan pengaruh yang luas bagi para pembaca (Kusumaningrat, 2016).

Bagi masyarakat terdampak bencana, segala informasi yang didapat pun perlu dikonfirmasi lagi kebenarannya. Jangan sampai berita yang sampai di tangan pembaca hoax atau tidak seluruhnya benar dan merugikan masyarakat luas.

Karena itulah, warga dituntut lebih kritis terhadap setiap pemberitaan media arus utama maupun media komunitas di jejaring sosial.

Dan untuk internal pemerintah daerah, saya berharap akan ada upaya serius untuk memperbaiki manajemen kebencanaan terutama dalam penyajian data & informasi kebencanaan yang terpadu, cepat, akurat, dan mudah diakses media maupun warga, sehingga kecemasan warga pada situasi bencana dapat diminimalisir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun