Mohon tunggu...
F. Nugrahani Setyaningsih
F. Nugrahani Setyaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - JFT Pranata Humas

Anggota Iprahumas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Satpol PP Perlu Adopsi Gaya SPG Rokok

27 Desember 2017   14:24 Diperbarui: 27 Desember 2017   14:28 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka untuk dapat menerima hukum timbal balik ini kita harus memberi dulu baru menerima. Tapi pemberian ini harus signifikan dan tidak terduga. Sebagai contohnya adalah saat para koordinator paguyuban pedagang diajak makan bersama di rumah dinas Walikota yang hendak merelokasi lapak mereka. Saat baru akan menghadiri jamuan pertama, rasa curiga dan was-was terhadap Jokowi masih muncul, namun setelah jamuan yang ke-54, sikap mereka berubah 180 derajad terhadap rencana relokasi.

Berikutnya adalah social proof atau prinsip ikut-ikutan. Dalam kondisi ketidaktahuan atau kurangnya informasi orang akan mengikuti apa yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Itulah mengapa yang diundang Jokowi adalah para koordinator paguyuban pedagang. Hal itu karena mereka adalah tokoh kunci yang bisa mempengaruhi banyak pedagang. Nah kalau sebagian besar pedagang sudah bisa dipengaruhi, maka pedagang-pedagang yang kurang memahami persoalan pastinya akan ikut-ikutan suara mayoritas.

Terakhir adalah prinsip likeability. Prinsip ini bekerja denagn premis dasar: "Seseorang suka membeli sesuatu dari orang yang dikenal atau orang yang disukai (baca: pribadi yang lebih disukai)". Betapa banyak pria yang akhirnya membeli rokok bukan karena merk atau kualitas produknya namun karena tampilan penjualnya yang umumnya disukai oleh pria.Kecantikan penjualnya lah yang membuat mereka tidak kuasa menolak. Itulah situasi di mana prinsip likeability bekerja pada pria. Bayangkan jika Anda adalah seorang PKL yang tiap hari didatangi Satpol PP yang secantik dan semenarik SPG rokok.

Banyak riset menunjukkan seseorang yang tampil tampan dan cantik otomatis akan lebih disukai oleh orang lain. Jadi yang bisa dilakukan oleh Satpol PP adalah memperhatikan penampilannya agar dapat diterima dengan baik oleh khalayak sasaran dalam hal ini para pedagang atau PKL.

Setelah memperhatikan penampilan, yang perlu dilakukan adalah membangun kesamaan. Ketika ingin meyakinkan / membujuk orang lain, terlebih dahulu carilah kesamaan yang dimiliki. Kesamaan ini bisa jadi kesamaan tentang latar belakang (contoh: berasal dari kota yang sama, tentang hal-hal yang sama-sama diketahui dan disukai (contoh: sama-sama ikut jamaah pengajian, gaya bicara/logat dan bahasa tubuh (misalnya ketika lawan bicara posisi duduk maka kita berbicara tidak dengan berdiri tapi duduk mendekati lawan bicara kita). Di sinilah Pimpinan Satpol PP perlu melakukan riset khalayak sasaran sekaligus memetakan dan menseleksi personil yang sesuai dengan karakteristik masyarakat yang menjadi mitranya. Jika perlu juga ditambahi dengan kursus kepribadian, agar misi persuasi Satpol PP dapat berhasil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun