Mohon tunggu...
Fiter YopiValendra
Fiter YopiValendra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fiter Yopi Mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malang

Mahasiswa universitas Kanjuruhan Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pertemuan yang Nyata di Shanghai

29 Maret 2024   16:15 Diperbarui: 29 Maret 2024   16:27 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 Sebenarnya pertemuan ini hanyalah sebatas angan-anganku saja. Waktu itu aku berkenalan dengan seorang teman melalui media sosial, namanya Kallila anak gadis yang baik hati, ia selalu meresponku dengan cepat ketika aku bertanya tentang suatu hal tentang dirinya dan Shanghai. Manisnya ia memberikanku nama Zhou Theng Fei yang artinya "ambisi untuk meraih keinginan".

   Dalam obrolan chat dia menyambutku dengan hangat dan mengajakku melihat keindahan Shanghai, dia juga mengirimiku foto perumahan Shanghai yang begitu indah, dia menuliskan "selamat datang di Shanghai, jika kamu kesini suatu saat, aku akan menunjukkan keindahan Shanghai, semoga kita bisa bertemu". Namun beberapa tahun kemudian muncul virus yang mematikan, "aku sekarang berada di Wuhan, sedang dikarantina, keadaan disini sangat mencengkam, bahkan buruk...," pesan terakhir dari Kallila. Aku sangat sedih, balasan pesan darinya tak terbalas, bahkan sudah 5 tahun.

    Malam ini aku teringat kepadanya, ingin sekali bertemu dengannya. Maka dari itu aku menuliskan kisah ini yang seakan-akan bertemu dengannya. Baiklah aku akan berimajinasi, aku akan menjadi Zhou teman Kallila. 

   Zhou Theng Fei, seorang anak laki-laki berusia 21 tahun, mengunjungi Shanghai, China, untuk pertama kalinya. Zou Theng Fei merasa berdebar-debar ketika pesawatnya mendarat di Bandar Udara Internasional Hongqiao Shanghai. Ini adalah pertama kalinya dia berkunjung ke China, dan dia sangat bersemangat untuk bertemu dengan teman online nya, Kalila. Mereka bertemu secara online beberapa bulan yang lalu dan memenjak itu menjadi teman dekat. Setelah keluar dari pesawat, Zou dengan cepat mencari tanda-tanda yang menunjukkan tempat dimana Kalila menunggunya. 

   Di antara kerumunan orang yang sibuk, dia akhirnya melihat seorang gadis dengan senyum cerah mengibaskan tangan ke arahnya.

 "Zhou! Selamat datang di Shanghai!" sapa Kalila dengan antusias. 

Zhou tersenyum lebar, "Terima kasih, Kalila! Aku sangat senang bisa bertemu denganmu." Mereka berjabat tangan sebentar sebelum Kalila mengajak Zhou ke tempat parkir dimana mobilnya sudah menunggu. 

"Pak supir..., ayo kita pulang...., pasti Zhou kecapek an..!" 

Jarak antara Bandar Udara Internasional Hongqiao Shanghai dengan rumah Kallila sekitar 18 kilometer. Perjalanan ke rumah Kalila penuh dengan obrolan gembira. Zhou terpesona melihat pemandangan Shanghai yang megah, dengan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi di sekitar mereka. 

   Setibanya di rumah Kalila, Zou disambut oleh keluarga Kalila dengan hangat. 

"Ni hao (halo), selamat datang dirumah kami...., silahkan masuk..," kedua orang tua Kallila menyambut Zhou dengan hangat, seperti keluarga sendiri. 

"Ni hao (halo)....," Zhou tersenyum bahagia. Zhou terpana melihat rumah Kallila, yang tampak sederhana namun masih terlihat mewah dengan hiasan lukisan gunung bertuliskan huruf piyin disamping nya.

 "bibi..., ini oleh-oleh dari Indonesia..." Zhou menerahkan oleh-oleh yang ia bawa dari Indonesia.

 "wah....,tidak usah repot begini..., terimakasih banyak, Kallila antar temanmu kekamar, dan ibu akan siapkan perjamuan makan malam untuk kita" kata ibu Kallila.

 "bibi tidak usah repot-repot...." Zhou terlihat segan dengan ibu Kallila.

 "ahh....,tidak usah bagitu..., sudah kewajiban kami melayani tamu...." jawab ibu Kallila.

 "mari aku antar ke kamar mu....," Kallila mengajakku ke kamar untuk beristirahat.

   Setelah beberapa saat Kallila mengetuk pintu kamar, dan mengajakku ke meja makan. Disana ada berbagai makanan tradisional China. Seperti Peking Duck (bebek peking), hidangan ikonik dari Beijing yang terkenal dengan kulitnya yang renyah dan dagingnya yang lembut. Bebek disajikan dengan cara dipanggang hingga kulitnya garing dan dagingnya tetap juicy. Kung Pao Chicken (ayam kung pao), hidangan khas Sichuan yang terkenal dengan rasa pedas dan gurihnya. Potongan ayam digoreng bersama kacang tanah, cabai, dan sayuran seperti paprika dan bawang bombay. Dan terakhir ada Hot Pot (guoqiao), hidangan interaktif yang populer di seluruh China. 

   Ini melibatkan panci besar yang diisi dengan kaldu yang beraroma, dan bahan-bahan segar seperti daging, seafood, sayuran, dan tahu yang dimasak di dalamnya oleh para pelanggan.

 "Aku melihatmu seperti kesulitan makan menggunakan sumpit....," ayah Kallila tersenyum kecil melihatku. 

"iya kan....?, ini mengingatkan ku pada putri kecil kita waktu itu juga sama kesulitan dengan hal ini," kata ibu Kallila membuat kami tertawa. 

"sudahlah....., itu sudah berlalu ibu...., aku malu...", pipi Kallila memerah saking malunya.

 "kau sungguh lucu Kallila....," Zhou tertawa "oh iya.....Zhou, ceritakan tentang negaramu..., aku ingin mendengarkan langsung" Kallila mengalihkan pembicaraan.

 "kami juga ingin mendengarkannya...., kami hanya mendengar dari cerita Kallila waktu itu," ibu Kallila kelihatannya masih penasaran dengan negara asal ku. 

"mmm...., negara ku Indonesia, ibukotanya Jakarta..., dan aku berasal dari Jawa Timur, banyak makanan tradisional salah satunya adalah rujak," Zhou menjelaskan kepada mereka. 

"rujak...?, apakah yang pernah kamu jelaskan waktu itu di chat?, aku lupa bertanya apakah seperti salad?, kan ada sayurannya? Kallila menyerbu Zhou dengan pertanyaannya, saking penasaran.

 "kalau menurutku tidak sama..., karena berbeda dari cara mengolahnya...," Zhou menjawab rasa penasaran Kallila. 

  Makan malam pun berakhir, Zhou dipersilahkan ke kamarnya lagi untuk beristirahat. 

"selamat malam Zhou..., selamat beristirahat...., besok aku akan mengajakmu ke tempat yang menakjubkan di Shanghai", kata Kallila dengan wajah yang sumringah.

 "selamat malam Kallila, bibi, dan paman...., aku tak sabar untuk hari esok" jawab Zhou, dan bergegas menuju kamar. 

   Keesokan paginya, Kalila mengajak Zou menjelajahi Shanghai. Mereka mengunjungi berbagai tempat menarik, seperti Bund, Shanghai Tower, dan Yu Garden. Zou sangat kagum dengan keindahan dan keunikannya. Saat hari mulai gelap, mereka kembali ke rumah Kalila dengan kenangan indah dari petualangan hari itu.

   Malam itu, sebelum Zou tidur, dia memandang langit dari jendela kamarnya. Dia merasa bersyukur telah memiliki teman sebaik Kalila dan tak sabar untuk hari ke tiga, untuk mengunjungi Xiaodian Mounthain. Dengan senyum, tak sabar untuk hari esok. Pagi pukul 08:00, Kallila dan Zhou bersiap untuk berangkat ke tempat wisata Xiaodian Mounthain. 

   Perjalanan dari rumah Kallila menuju Xiaodian Mounthain memakan waktu sekitar 46 menit. Setelah sampai disana Zhou terpana melihat keindahan alamnya. Yang meliputi pegunungan, lembah dan hutan. Mereka foto bersama di lembah yang sangat meneduhkan mata, hijau rerumputan dan udara dingin menenangkan hati. Setelah itu, Kallila mengajak Zhou ke situs bangunan bersejarah dan bangunan berusia ratusan tahun, termasuk kuil-kuil.

   Ketika beralih ke air terjun, Zhou terpana melihat air yang sangat jernih mengalir begitu derasnya. Tiba-tiba hujan datang, sayang sekali kami tidak bisa berlama-lama menikmati keindahan air terjun dan mengobrol santai.

 "Zhou mari kita pulang...., aku takut kamu sakit, tidak bisa menyesuaikan udara disini....". Zhou kecewa mendengar perkataan Kallila.

   Dengan berat hati Zhou menuruti perintah Kallila. Sesampainya dirumah mereka dibuatkan teh hijau oleh ibu nya Kallila. Mereka menikmati teh hijau di taman belakang rumah. Mereka mengobrol tentang cita-cita mereka dimasa depan. 

   Malamnya Zhou membuka jendela kamar, memandangi gedung-gedung yang menjulang tinggi, dia berkata dalam hati "tak terasa pertemuan ini akan berakhir..., besok pagi aku akan pulang ke negaraku, andai aku bisa berlama-lama disini....", sebenarnya Zhou bingung antara sedih harus meninggalkan Shanghai dan disisi lain ia juga merindukan keluarganya. 

   Malam pun berlalu, pukul 07:00 pagi, Zhou berpamitan ke orang tua Kallila. Sebenarnya orang tua Kallila tak ingin Zhou pergi dari rumah mereka, mereka sudah akrab dengan Zhou. Kallila mengantarkan Zhou ke Bandar Udara Internasional Hongqiao Shanghai. "Selamat tinggal Zhou...., semoga kita bisa bertemu kembali, kabari aku jika kamu sudah sampai...., hati-hati...." kata Kallila dengan perasaan sedih. Mereka berjabatan tangan, kali ini untuk perpisahan, entah kapan lagi mereka bertemu kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun