Mohon tunggu...
Fisio Yuliana
Fisio Yuliana Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi Fisioterapi

Perkuat literasi dengan membaca! Sebuah Halaman yang membagikan kualitas kesehatan mental, fisik, gerak tubuh, dan hubungan manusia. Bacalah 1 artikel setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memudarnya Kegiatan Menulis Tangan

13 Oktober 2024   14:20 Diperbarui: 13 Oktober 2024   14:37 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https:/www.unsplash.com

"Pada suatu hari tangan saya terasa kaku sekali untuk menulis di atas kertas. Entah sudah berapa lama saya tidak menulis menggunakan pena. Bahkan menulis 2 bait kalimat saja sudah terasa melelahkan. Goresan tulisan saya pun sangat buruk seperti tulisan tangan anak SD yang baru belajar menulis. Karena itulah, saya mulai mencerna ini, ternyata saya sudah terlalu banyak mengetik daripada menulis tangan". 

Pada masa sekarang mengetik berbagai catatan menggunakan laptop, komputer, atau gadget menjadi hal yang umum. Digitalisasi membawa dampak besar bagi kehidupan kita. Saat ini kertas elektronik berbasis aplikasi seperti microsoft word, note, dan pdf lebih sering digunakan untuk menulis. Namun, kegiatan menulis manual menggunakan pulpen dan kertas sudah mulai perlahan ditinggalkan. Selain itu, para siswa di sekolah dan mahasiswa di perguruan tinggi, lebih banyak menulis menggunakan alat elektronik ketimbang menggunakan buku tulis. 

Wadah menulis telah mengalami banyak pergeseran dan perkembangan dari jaman ke jaman. Pada jaman dunia masih menerapkan sistem pemerintahan kerajaan seperti di Negara Cina dan Jepang, dimana para cendekiawan dan raja pada masa itu menulis di atas kulit sapi menggunakan kuas dan tinta. Sedangkan pada jaman manusia masih berburu, manusia menulis menggunakan batu pahat di dinding gua dan di atas batu. 

Selain membahas mengenai perubahan wadah menulis, kegiatan menulis itu sendiri juga mengalami perkembangan dari pola dan tekniknya. Bahasa Indonesia dahulu dan saat ini mengalami perubahan ejaan yang disempurnakan dan tercatat dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).  

Pada masa sebelum era digital, kegiatan menulis di sekolah dan perguruan tinggi masih melibatkan penggunaan buku tulis dan pulpen. Para siswa dan mahasiswa mencatat berbagai materi yang disampaikan oleh pengajar secara manual. Demikian halnya dengan para pengajar sebagian besar masih menulis menggunakan spidol atau kapur di papan tulis. 

Pada Kurikulum 1994 misalnya, kita generasi milenial yang bersekolah pada masa itu, masih rutin melakukan kegiatan mencatat secara manual. Metode belajar pada masa itu cukup banyak memberikan kesan dan arti mendalam bagi para siswa hingga saat ini. Bila kita lakukan perbandingan jaman, siswa jaman dahulu lebih banyak mengaktifkan sensoris dan penalarannya secara mendalam karena dituntut untuk mencatat sambil memperhatikan penjelasan guru. Metode mencatat sambil mendengarkan penjelasan dari pengajar menjadikan materi tersebut lebih mudah dipahami dan dipelajari berulang saat di rumah. Hal ini pun dapat membantu daya tangkap lebih baik. 

Namun pada masa sekarang, adanya tablet dan laptop membuat perubahan cara belajar para siswa dan mahasiswa. Para pengajar juga ikut melakukan perubahan dengan lebih banyak memberikan materi untuk dibaca dan membekali siswa dan mahasiswa dengan tugas-tugas untuk dikerjakan di kelas dan di rumah. Walau kegiatan mengajar masih dilakukan oleh pengajar menggunakan power point. Tetapi, para siswa dan mahasiswa mencatat materi menggunakan tablet dan mengetik di laptop.

Sebagian besar dari mereka merekam pengajar saat menjelaskan materi. Metode belajar ini dikenal lebih praktis karena dapat diulang di rumah, tetapi apakah benar seseorang akan mengulang menonton rekaman pembelajaran tersebut di rumah? Jika dilakukan, misalnya ada 7 pertemuan dengan satu rekaman berdurasi 2 hingga 3 jam, saya kira kita akan kehabisan waktu, apalagi menjelang ujian. Jika mata pelajarannya ada 2 atau 3 untuk ujian pada 1 hari, tentu saja metode belajar seperti ini lebih melelahkan. Apalagi catatan yang dibuat pada tablet akan memusingkan untuk dilihat karena harus mengulir lembar demi lembar power point. Bagi saya ini akan menimbulkan stress dalam belajar yang terlalu modern dan menyulitkan bagi diri sendiri.

Kegiatan menulis atau mencatat secara manual menggunakan pena dan kertas masih memiliki manfaat yang lebih besar dibandingkan mencatat menggunakan tablet atau mengetik di laptop. Menulis dengan pena dapat melatih motorik halus jari-jari tangan dan menstimulasi otak untuk bernalar. Menulis menggunakan tablet kurang lebih sama dengan menulis di atas kertas, namun secara esensi lebih sulit menerapkan kenyamanan dalam proses belajar. 

Penggunaan tablet dalam kegiatan mencatat dan membaca memang memberikan kemudahan dan mengurangi limbah kertas dan pena sekali pakai. Namun, penggunaan tablet dapat menimbulkan kelelahan mata lebih awal dibandingkan membaca buku fisik. Pantulan cahaya yang dihasilkan dari layar tablet juga dapat menimbulkan kerusakan pada retina. Untuk mengurangi dampak buruk ini, para produsen tablet berinovasi dengan meningkatkan kenyamanan dan keamanan layar tablet bagi pengguna saat mencatat dan membaca dengan teknologi pappermatte seperti pada tablet Huawei. 

Namun, kecanggihan teknologi tablet tidak dapat menggantikan manfaat besar dari buku fisik dan buku tulis yang lebih baik. Buku fisik memberikan kepuasaan dan pengalaman terbaik saat membaca dan menulis. Proses belajar menggunakan buku fisik sebagai bagian di dalamnya akan memberikan kemudahan dalam belajar. 

Kita tidak akan merasa sulit belajar seperti saat belajar menggunakan tablet dimana kita harus mengulir bagian buku digital atau mencari marking/jejak catatan yang kita tinggalkan. Tentunya menggunakan tablet sebagai buku butuh proses adaptasi dan menuntut kita untuk memahami kecepatan penggunaannya dalam belajar. Generasi muda yang terlahir pada jaman teknologi akan lebih terbiasa menggunakan buku digital dalam mencatat dan membaca. 

Sedangkan kita yang baru merasakan perkembangan teknologi pada masa sekarang membutuhkan adaptasi lebih dalam untuk menggunakan tablet sebagai media menulis dan membaca. Demikian pula dengan laptop dan komputer. Ketika kita sudah terbiasa mengetik dan sudah jarang sekali menulis, tentunya jika kita kembali menulis menggunakan pena di atas kertas, kita akan merasa canggung dan jari-jari tangan lebih cepat lelah saat menulis. 

Sumber gambar: https:/ www.unsplash.com
Sumber gambar: https:/ www.unsplash.com

Pekerjaan di kantor atau tugas di sekolah menuntut kita untuk lebih banyak mengetik menggunakan laptop atau komputer, dimana membuat kita perlahan mulai meninggalkan proses menulis menggunakan pena di atas kertas. Proses mengetik dengan komputer dan menulis di atas kertas merupakan hal yang berbeda. Menulis secara manual menggunakan pulpen di atas kertas dapat melatih otot-otot jari tangan. Menulis manual dapat membangun proses pembentukan suatu huruf menjadi kata dan kalimat. Proses mengetik hanya menyatukan huruf menjadi kata dan kalimat. 

Proses menulis secara manual pada masa mendatang nampaknya akan menjadi artefak. Generasi teknologi yang lebih canggih pada tahun-tahun mendatang akan mengalami proses belajar yang lebih modern. Mereka yang terlahir pada masa itu mungkin akan melompati proses belajar menulis sebuah huruf. Mereka mungkin hanya akan belajar menyatukan huruf-huruf yang sudah tersedia pada teknologi digital seperti tablet, laptop, dan komputer. 

Mengetik memang lebih modern dibandingkan menulis. Mengetik membuat pekerjaan lebih cepat dibandingkan menulis manual. Dahulu sebelum komputer berkembang, penulis menggunakan mesin tik untuk membuat text book, dimana huruf yang salah diketik akan sulit dihapus. Namun berkat komputer, huruf yang salah ditulis dapat dihapus sempurna. Demikian pula saat menulis manual di atas kertas, jika salah menulis kita harus menghapusnya menggunakan penghapus atau tip-x. 

Bicara soal penghapus dan tip-x, nampaknya dua benda ini juga akan punah di masa mendatang. Selain buku fisik mulai punah, alat bantu menulis manual juga ikut sirna. Kenyataan ini memang sungguh memilukan. Kita sebagai generasi yang masih memahami proses belajar menulis manual sebaiknya mulai kembali menggiatkan kegiatan menulis ini.

Kita dapat membantu generasi kita selanjutnya baik anak dan cucu kita untuk belajar menuliskan sebuah huruf dan merangkainya menjadi kata dan kalimat. Dengan demikian, kita dapat melestarikan budaya menulis hingga ke generasi mendatang. 

Apakah Anda yang sudah terbiasa mengetik, merasa canggung ketika menulis menggunakan pulpen di atas kertas?

Hal ini sangat wajar karena Anda sudah lama tidak menulis manual.

Memang kita membutuhkan adaptasi yang tidak mudah untuk kembali menjadi pribadi yang mampu membawa dampak baik bagi generasi di sekeliling kita. Anak-anak yang terlahir pada masa kini, harus tetap belajar bagaimana caranya menulis huruf dan angka. Walau mereka merasakan kecanggihan teknologi ketika mereka lahir, mereka juga harus dibimbing untuk tetap menjaga budaya menulis. 

Jangan sampai kelak, di puluhan tahun mendatang, masa yang sekarang kita anggap sudah baik akan musnah digantikan segala kecanggihan dari robotika. Manusia tidak perlu lagi mengetik dan menulis, digantikan oleh robot yang menulis untuk kita, wah apakah manusia sangat keterlaluan? 

Saya rasa di antara kita akan mulai cermat mengamati perkembangan teknologi dari sisi positif dan negatifnya. Hal-hal positif dapat kita serap, sedangkan hal negatif harus kita minimalisir dan eliminasi. Cara efektif melestarikan budaya menulis manual yaitu mulailah dengan membuat agenda harian, diari, dan menuliskan artikel sederhana.

Saya rasa itu tidak akan sesulit yang kita bayangkan. Memang melakukan hal-hal baik yang sudah lama tidak kita lakukan seperti menulis tangan, terasa berat dan sulit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun