Kembali lagi, orang pada era modernisasi cenderung lebih self sentris dimana orang-orang muda tidak mau dipusingkan dengan kehidupan dan komitmen dalam berumah tangga apalagi membesarkan anak.Â
Jika setiap tahun angka kelahiran anak semakin menurun, maka pada masa depan bumi akan mengalami kekurangan populasi manusia. Dunia akan dipenuhi  oleh orang dewasa dan lansia. Pada masa kini orang-orang muda banyak ditakuti dengan  segudang kesulitan membesarkan anak dimulai dari biaya persalinan hingga biaya pendidikan anak yang cenderung meningkat setiap tahunnya.
Biaya pendidikan tidak lagi murah, bahkan saat ini SPP taman kanak-kanak di sejumlah kota besar rata-rata di atas 1 juta rupiah per bulannya. Kenaikan biaya pendidikan anak tidak sebanding dengan kenaikan upah pekerja. Hal inilah yang menjadi pertimbangan besar beberapa pasangan yang sudah menikah menunda memiliki anak bahkan tidak ingin memiliki anak.Â
Kehidupan tidak Selalu Menakutkan Jika Memiliki Anak
Kehidupan manusia saat ini memang banyak mengalami evolusi dalam berbagai lini bidang kehidupan. Dampak perubahan besar yaitu di bidang teknologi. Kemudahan hidup dengan bantuan inovasi teknologi ternyata mampu memanjakan kehidupan manusia. Akibatnya, manusia lebih banyak berinteraksi dengan teknologi ketimbang berinteraksi dengan sesama manusia. Maka dapat kita simpulkan, banyak orang dewasa muda lebih nyaman dengan hidup sendiri dan merasa bebas melakukan apa saja tanpa ikatan dengan orang lain.
Orang dahulu cenderung memandang masa depan kehidupan dengan berusaha mengembangbiakan diri. Mereka lebih mengutamakan meneruskan generasi, dimana dengan lahirnya generasi penerus, kehidupan akan jauh lebih baik. Demikianlah prinsip orang dahulu. Â Namun, tidak dengan jaman sekarang, justru menikah dan memiliki anak bagi sebagian orang di dunia ini terasa merupakan beban hidup. Memikirkannya saja sudah menjadi beban, apalagi menjalaninya. Orang sekarang lebih menginginkan kehidupan bagi kebebasan dan kebahagiaannya sendiri. Apalagi orang-orang yang dibesarkan dari orang tua toxic, merasa hidup lebih damai tanpa ikatan dengan orang lain.Â
Anak-anak merupakan simbol generasi penerus manusia dan meneruskan kehidupan suatu negara. Anak-anak dapat menjadi tongkat dan tonggak majunya kehidupan di dunia. Anak-anak yang lahir dalam peperangan, akan menjadi anak-anak yang kuat di masa depan. Walau perang memporak-porandakan negerinya, justru jumlah anak di negara perang tersebut semakin hari semakin banyak, hal ini mencerminkan bahwa anak-anak korban perang tersebut merupakan anak terpilih yang akan meneruskan kehidupan negaranya. Seperti itulah kita lihat pada anak-anak Gaza yang dengan tegar dan kuat walau mereka menderita, kelaparan, penuh air mata, dan penuh luka kesedihan karena kehilangan orang-orang terkasihnya, namun masa depan mereka selalu menyertai mereka. Â
Semakin banyak bom menghancurkan negerinya, anak-anak terus lahir, dan anak-anak semakin dewasa dengan kemandirian dan penuh ketegaran menjalani kehidupan. Orang tua mereka tidak pernah takut untuk memiliki anak dalam tekanan perang, lalu kenapa negara maju yang bebas perang malah sebaliknya?
Hal ini menjadi menarik untuk kita amati. Fenomena memelihara anak kucing dan anjing menjadi sesuatu hal biasa yang menjamur di seluruh dunia. Dewasa muda di setiap rumah pasti memelihara salah satu anak kucinga atu anjing. Bahkan pasangan yang sudah menikah banyak yang lebih memilih memelihara binatang dibandingkan memiliki anak sebagai penerusnya sendiri. Seperti yang sudah dibahas, bahwa orang dewasa muda masa kini lebih banyak menganggap membesarkan anak berarti harus lebih banyak menyiapkan biaya dan sehat secara mental.
Sebetulnya, memiliki anak tidak selalu menakutkan. Hal ini hanya soal sudut pandang. Bila seseorang terlalu fokus memikirkan biaya kehidupan dan takut stress menjalani kehidupan rumah tangga dan memiliki anak, maka orang tersebut akan sulit keluar dari pemikirannya sendiri. Namun, bila kita memiliki pikiran lebih terbuka, maka pandangan memiliki anak tidak selalu menakutkan. Berikut berbagai alasan yang membuat orang takut memiliki anak: