Mohon tunggu...
firsty warda
firsty warda Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya suka melakukan kegiatan yang membuat saya bahagia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tantanngan Dalam : Mengembangkan Empati Saat Melakukan Proses Komunikasi

2 Januari 2025   16:45 Diperbarui: 2 Januari 2025   16:45 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Empati adalah kemampuan yang dimiliki semua orang untuk memahami, merasakan, serta berbagi perasaan dengan orang lain. Dalam melakukan komunikasi, empati menjadi peran penting untuk membangun hubungan yang baik dengan seseorang, memperkuat koneksi emosional, dan menciptakan lingkungan yang saling pengertian. Empati bukan hanya sekedar merasa kasihan. Akan tetapi, ini tentang cara kita merespon, mendengar , dan melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Namun, mengembangkan empati dalam komunikasi bukan hal yang mudah, banyak tantangan yang akan memengaruhi kemampuan berempati seseorang untuk memahami sudut pandang orang lain.

Artikel ini akan membahas berbagai tantangan yang sering dihadapi seseorang dalam mengembangkan empati saat berkomunikasi, baik dalam interaksi sehari - hari, maupun dalam komunikasi digital.

1. Bias pribadi dan prasangka.

Setiap orang pasti memiliki bias dan prasangka masing - masing yang didasari dengan pengalaman, dan keyakinan orang itu sendiri. Prasangka ini sering kali menjadi hambatan untuk seseorang mengembangkan empati dalam komunikasi. Misalnya, jika seseorang memiliki prasangka buruk kepada salah satu orang, mereka mungkin tidak akan terbuka untuk memahami sudut pandang orang tersebut, karena memang dari awal mereka sudah memiliki prasangka buruk terhadap orang tersebut.

Solusi : kita dapat membangun sikap rendah hati dan terbuka terhadap perbedaan untuk membantu mengatasi prasangka masing - masing. Menyadari bahwa setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda dapat mendorong rasa empati kita terhadap orang lain.

2. Ketidak mampuan membangun relasi.

Ada sebagian orang yang sulit untuk berbaur dengan orang lain, hasilnya relasi yang orang tersebut miliki akan sedikit, serta tekanan hidup yang semakin berat akan menjadi hambatan seseorang sulit mengembangkan kemampuan berempatinya. Hal ini akan menyebabkan isolasi sosial dan kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain secara efektif.

Solusi : kita dapat membangun relasi dan mencoba untuk berinteraksi dengan orang baru sehingga, kita akan lebih sering berkomunikasi dengan orang lain dan akan mendorong kemampuan empati kita terhadap orang lain.

3. Kurangnya kesadaran diri.

Seseorang seringkali tidak menyadari bagaimana tingkah laku dan perkataannya memengaruhi perasaan orang lain. Kurangnya kesadaran diri ini dapat menghalangi berkembangnya kemampuan empati seseorang. 

Dalam berbagai kasus, hal ini sangat sering terjadi seperti, saat kita sedang bercanda dengan teman kita, tanpa kita sadari, kita sudah menyinggung perasaannya dengan kata - kata yang kita anggap sebagai candaan.

Solusi : Meningkatkan kesadaran diri melalui refleksi dan umpan balik dari orang lain dapat membantu individu memahami dampak tindakan mereka dan mendorong komunikasi yang lebih empatik.

4. Kurangnya kemampuan mendengarkan aktif.

Mendengar merupakan salah satu syarat utama dalam mengembangkan empati saat berkomunikasi. Namun, masih banyak orang yang tidak menyadari dan lebih berfokus dengan apa yang mereka katakan dari pada mendengarkan apa yang orang lain katakan. Hal ini dapat menimbulkan perasaan tidak dihargai dan akan menjadi penghambat pembangunan empati.

Solusi : kita bisa lebih fokus dalam mendengarkan perkataan lawan bicara kita, menjaga kontak mata, serta menunjukan minat tentang apa yang lawan bicara kita katakan.

5. Faktor stres dan masalah pribadi.

Stres dan masalah pribadi yang belum terselesaikan juga dapat menjadi hambatan besar untuk meningkatkan empati. Saat seseorang sedang memiliki masalah, orang tersebut cenderung tidak peduli dengan orang lain serta akan mudah tersinggung. Hal ini akan membuat mereka sulit untuk peka terhadap perasaan orang lain dan lebih berfokus dengan dirinya sendiri.

Solusi : Mengelola stres dan emosi pribadi adalah bagian penting dari pengembangan empati. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan berlatih teknik manajemen stres, seperti meditasi, pernapasan dalam, atau aktivitas fisik.

6. Empati terbatas dalam komunikasi digital

Emosional penting sering kali hilang saat berkomunikasi secara digital, seperti melalui pesan teks, email, atau media sosial. Beberapa penyebab masalah ini adalah saat berkomunikasi melalui teks atau media sosial, nuansa emosional yang penting sering dihilangkan, yang dapat menyebabkan kesalahpahaman.

 Solusi: Penggunaan emoji dan gaya penulisan dalam komunikasi digital, lebih mudah menyampaikan emosi dengan emoji atau gaya penulisan, mengacu pada permasalahan, jangan ragu untuk menanyakan permasalahan jika ada yang tidak jelas dalam komunikasi untuk menghindari kesalahpahaman.

7. Keterbatasan waktu dan fokus pada Komunikasi

 Komentar Banyak orang yang merasa tertekan dengan berbagai tuntutan pekerjaan, tanggung jawab keluarga, dan kehidupan sosial yang padat di dunia yang semakin cepat dan sibuk ini. Akibatnya, orang sering kali tidak meluangkan waktu yang cukup untuk membangun hubungan yang kuat dengan orang lain. Komunikasi yang cepat ini seringkali menghasilkan interaksi yang dangkal, di mana pesan tidak dipahami atau diproses dengan baik.

 Dengan keterbatasan ini, seseorang dapat berkonsentrasi pada menyajikan informasi daripada mendengarkan dan merasakan perasaan orang lain. Ketika komunikasi menjadi terburu-buru, kesempatan untuk mempelajari pengalaman, perasaan, dan perspektif lawan bicara semakin terbatas, yang pada gilirannya mengurangi kualitas hubungan yang dibangun.

Solusi : Jadwalkan waktu khusus untuk berbicara dengan teman, keluarga, dan orang lain. Hal ini dapat dicapai dengan menetapkan "waktu berbicara" mingguan yang memungkinkan Anda dan orang yang Anda ajak bicara berkonsentrasi satu sama lain.

Untuk memastikan bahwa Anda benar-benar mendengarkan dan memahami pesan yang disampaikan, gunakan strategi seperti "pendekatan dua menit", di mana Anda memberikan dua menit penuh perhatian untuk mendengarkan orang lain sebelum memberikan tanggapan.

Keterampilan mendengarkan secara empatik adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh manusia saat ini, tetapi sering kali tidak di perhatikan. Meskipun membutuhkan waktu lama untuk melakukanya itu, tidak memerlukan waktu yang sama untuk mundur dan memperbaiki kesalahpahaman atau untuk mengerjakan ulang, atau untuk hidup dengan masalah yang tidak terungkap dan tidak terpecahkan.

Kegagalan dalam berkomunikasi salah satunya disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mendengarkan secara empatik. Jadi, jika kita sedikit bersabar untuk mendengarkan lawan bicara kita, kita dapat menguraikan kesalahan komunikasi, menghindari kesalahpahaman, dan mengurangi perselisihan.

Dapat dikomunikasikan dengan jelas, sehingga kesalahpahaman dapat dihindari dan perselisihan dapat diminimalkan. Pendengar yang empatik dapat membaca peristiwa secara cepat dan mendalam. Ia memiliki kemampuan untuk menerima dan memahami orang lain sehingga orang lain dapat merasa nyaman untuk membuka lapisan demi lapisan tirai yang menutupi masalah sebenarnya mereka. Satu hal yang akan sangat menguntungkan jika kita berusaha untuk mengerti orang lain.

Karena empati sudah ada dalam diri manusia sejak lahir, setiap orang memiliki kemampuan untuk mendengarkan. Namun, sikap empati berkurang akibat dari kondisi psikologis seseorang, faktor lingkungan yang tidak mendukung, dan kebiasaan mendengar yang buruk. Oleh karena itu, sudah waktunya bagi para pendidik, orang tua, dan pemerhati komunikasi untuk melakukan penelitian dan pelatihan tambahan untuk meningkatkan keterampilan mendengar secara empatik.

Jika orang-orang saat ini telah memperoleh pengetahuan dan pelatihan komunikasi seperti menulis, berbicara, atau membaca, sekarang saatnya untuk meningkatkan keterampilan komunikasi mereka dengan mengikuti pelatihan komunikasi mendengar secara empati. Oleh karena itu, kemampuan mereka untuk berkomunikasi menjadi lengkap dan sempurna.

https://bk.fip.unesa.ac.id/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini:

 https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun