Mohon tunggu...
firsty warda
firsty warda Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya suka melakukan kegiatan yang membuat saya bahagia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tantanngan Dalam : Mengembangkan Empati Saat Melakukan Proses Komunikasi

2 Januari 2025   16:45 Diperbarui: 2 Januari 2025   16:45 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 Komentar Banyak orang yang merasa tertekan dengan berbagai tuntutan pekerjaan, tanggung jawab keluarga, dan kehidupan sosial yang padat di dunia yang semakin cepat dan sibuk ini. Akibatnya, orang sering kali tidak meluangkan waktu yang cukup untuk membangun hubungan yang kuat dengan orang lain. Komunikasi yang cepat ini seringkali menghasilkan interaksi yang dangkal, di mana pesan tidak dipahami atau diproses dengan baik.

 Dengan keterbatasan ini, seseorang dapat berkonsentrasi pada menyajikan informasi daripada mendengarkan dan merasakan perasaan orang lain. Ketika komunikasi menjadi terburu-buru, kesempatan untuk mempelajari pengalaman, perasaan, dan perspektif lawan bicara semakin terbatas, yang pada gilirannya mengurangi kualitas hubungan yang dibangun.

Solusi : Jadwalkan waktu khusus untuk berbicara dengan teman, keluarga, dan orang lain. Hal ini dapat dicapai dengan menetapkan "waktu berbicara" mingguan yang memungkinkan Anda dan orang yang Anda ajak bicara berkonsentrasi satu sama lain.

Untuk memastikan bahwa Anda benar-benar mendengarkan dan memahami pesan yang disampaikan, gunakan strategi seperti "pendekatan dua menit", di mana Anda memberikan dua menit penuh perhatian untuk mendengarkan orang lain sebelum memberikan tanggapan.

Keterampilan mendengarkan secara empatik adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh manusia saat ini, tetapi sering kali tidak di perhatikan. Meskipun membutuhkan waktu lama untuk melakukanya itu, tidak memerlukan waktu yang sama untuk mundur dan memperbaiki kesalahpahaman atau untuk mengerjakan ulang, atau untuk hidup dengan masalah yang tidak terungkap dan tidak terpecahkan.

Kegagalan dalam berkomunikasi salah satunya disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mendengarkan secara empatik. Jadi, jika kita sedikit bersabar untuk mendengarkan lawan bicara kita, kita dapat menguraikan kesalahan komunikasi, menghindari kesalahpahaman, dan mengurangi perselisihan.

Dapat dikomunikasikan dengan jelas, sehingga kesalahpahaman dapat dihindari dan perselisihan dapat diminimalkan. Pendengar yang empatik dapat membaca peristiwa secara cepat dan mendalam. Ia memiliki kemampuan untuk menerima dan memahami orang lain sehingga orang lain dapat merasa nyaman untuk membuka lapisan demi lapisan tirai yang menutupi masalah sebenarnya mereka. Satu hal yang akan sangat menguntungkan jika kita berusaha untuk mengerti orang lain.

Karena empati sudah ada dalam diri manusia sejak lahir, setiap orang memiliki kemampuan untuk mendengarkan. Namun, sikap empati berkurang akibat dari kondisi psikologis seseorang, faktor lingkungan yang tidak mendukung, dan kebiasaan mendengar yang buruk. Oleh karena itu, sudah waktunya bagi para pendidik, orang tua, dan pemerhati komunikasi untuk melakukan penelitian dan pelatihan tambahan untuk meningkatkan keterampilan mendengar secara empatik.

Jika orang-orang saat ini telah memperoleh pengetahuan dan pelatihan komunikasi seperti menulis, berbicara, atau membaca, sekarang saatnya untuk meningkatkan keterampilan komunikasi mereka dengan mengikuti pelatihan komunikasi mendengar secara empati. Oleh karena itu, kemampuan mereka untuk berkomunikasi menjadi lengkap dan sempurna.

https://bk.fip.unesa.ac.id/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun