“Yeah… “ Angguk Kirana dengan wajah sendu. Sesendu hatinya ketika harus melepas kepergian Regine yang membuatnya seperti kembali terlempar ke tujuh tahun yang lalu, di saat ia terakhir kali melihat senyum Dewi. Apakah ini pertanda bahwa ia pun takkan pernah bertemu lagi dengan Regine? Entahlah… berbagai rasa bergejolak di benaknya. Sebuah misteri kehidupan terpampang di depan matanya. Tanpa jawaban, tanpa penjelasan.
[caption id="attachment_205302" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi : www.shutterstock.com"][/caption]
Dalam hati Kirana berharap, bila Regine memang Dewi, semoga saja gadis itu dapat mengingat kembali sejarah hidupnya dari mana ia berasal dan impian kanak-kanaknya yang indah, terlepas dari apakah dia mengalami amnesia atau apapun. Namun, seandainya pun Regine bukan Dewi, semoga saja kehidupannya bersama keluarga adopsinya bisa lebih baik daripada kehidupan Dewi – sang pemulung cilik yang begitu merana dalam kemiskinan keluarganya – yang kini menghilang entah kemana.
“Di mana pun engkau berada, semoga kau mampu menemukan Negeri Di Ujung Pelangi yang kau impikan, Adikku…. Di mana semua impianmu menjadi kenyataan…,” bisik Kirana sambil menatap syahdu selengkung spektrum cahaya berwarna-warni dari balik kaca jendela pesawatnya yang menembus gumpalan awan di langit. “…Semoga….seindah pelangi….”
***
*Catatan :
- Cerpen ini hanya fiksi belaka. Jika terdapat kesamaan cerita & nama tokoh, hal tersebut hanyalah ketaksengajaan semata.
- Cerpen ini terinspirasi oleh momen “Hari Anak Nasional” tanggal 23 Juli sekaligus menjawab tantangan Ibu Sri Budiati kepada penulis untuk membuat sebuah cerita tentang anak jalanan. “Bu Sri.. maaf yaaa, cerpennya baru terealisasi sekarang dan kisahnya mungkin masih kurang memuaskan…” :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H