Mohon tunggu...
Firmauli Sihaloho
Firmauli Sihaloho Mohon Tunggu... Jurnalis - Bataknese who Grown in West Sumatera & Working in Riau Province

Menghidupi Hidup Sepenuhnya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

G20 2022 Menjadi Kebanggan Indonesia, Saatnya Menampilkan Potensi Bangsa

31 Juli 2022   07:50 Diperbarui: 31 Juli 2022   07:55 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta G20 di Bali mencoba membatik. Pertemuan 20 negara ini berlangsung hingga akhir tahun 2022. (Sumber Foto: Bank Indonesia)

Indonesia ditetapkan sebagai pemegang Presidensi G20 pada 2022 pada Riyadh Summit 2020, kemudian diresmikan melalui proses serah terima di KTT Roma pada 30-31 Oktober 2021.

Informasi itu disambut gembira oleh seluruh elemen masyarakat. Sebab, ajang internasional ini digelar usai perekonomian bangsa diguncang pandemi Covid-19. Oleh karena itu, pertemuan ini patut disyukuri karena digelar pada waktu yang tepat.

Bayangkan, 437 pertemuan akan digelar secara marathon mulai dari Desember 2021 hingga akhir 2022 di Bali. Ditaksir, Presidensi G20 di Indonesia ini menyumbang konsumsi domestik sebesar Rp 1,7 triliun dan Rp 7,43 triliun PDB Nasional.

Kemudian diikuti dengan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah yang banyak, menjadi ajang promosi pariwisata serta membuka keran informasi ekonomi global.

Universitas Toronto pada tahun 2010 merilis hasil studi tentang keuntung yang didapatkan negara pemegang Presidensi G20 ini. Studi itu menemukan bahwa penyelenggara menerima manfaat dalam jangka pendek terkait pariwisata, seperti peningkatan kunjungan wisata, peningkatan akomodasi dan keuntungan dari tarif pesawat. 

Dan terpenting, negara itu mendapatkan iklan promosi baik dalam bentuk cerita tertulis maupun iklan langsung yang disampaikan para tamu itu nantinya.

Studi itu juga mencatat pendapatan negara Pemegang Presidensi G20. Seperti Kota Pittsburgh, kota yang dipilih Amerika Serikat sebagai lokasi G20 tahun 2009 mendapatkan keuntungan secara ekonomi senilai 135 juta dollar AS. Kemudian pada tahun 2010, Kanada sebagai Presidensi G20 tahun 2010 mendapatkan keuntungan mencapai 100 juta dollar AS.

Dari studi di atas, sudah sepatutnya ajang ini menjadi suatu kebanggaan bagi kita bersama dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Pasalnya, Indonesia menjadi satu-satunya negara ASEAN yang tergabung dengan G20, bersama negara adikuasa semacam Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Jerman dan Tiongkok.

Lalu penunjukkan Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20 ini juga layak kita anggap sebagai penghargaan tertinggi dunia kepada kita. Sebab, iven taraf internasional dihelat di tengah pandemi yang membuktikan kepercayaan dunia atas kesiapan dan kesigapan Indonesia untuk bangkit dari keterpurukan. 

Maka, Indonesia layak ditunjuk sebagai penggerak ekonomi global di masa mendatang.

Oleh karena itu, momentum langka ini mesti dimaksimalkan semua pihak, mulai pemerintah, sektor swasta hingga masyarakat. 

Sebab, penunjukkan suatu negara sebagai presidensi ini hanya terjadi satu kali setiap generasi (kurang lebih 20 tahun sekali).


Potensi Indonesia yang Mesti Dipamerkan

Indonesia telah mencanangkan tahun 2045 sebagai tahun emas bagi bangsa yang genap berusia 100 tahun ini. Berbagai kebijakan dan persiapan terus digesa Pemerintah dalam membangun jalan menuju Indonesia Emas.

Ajang G20 2022 ini dapat dijadikan salah satu jembatan menuju Indonesia Emas dengan cara menunjukkan potensi bangsa kepada negara-negara yang hadir. Mengingat, G20 merupakan forum internasional yang merepresentasikan lebih dari 2/3 penduduk dunia, 3/4 perdagangan global dan 80 persen PDB dunia.

Ada dua hal yang mesti ditampilkan Indonesia pada ajang ini. 

Pertama ekosistem digital yang sangat baik. Sebab, komunitas di Indonesia mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dengan memanfaatkan potensi ekonomi di era Revolusi 4.0 ini. 

Pencapaian itu terbukti dari 8 perusahaan rintisan atau start-up asli Indonesia yang berhasil mencapai status Unicorn atau startup yang memiliki nilai valuasi sebesar 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 14,2 triliun.

Kemudian, sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) juga semakin melek internet. Pelaku usaha kini semakin gencar memanfaatkan ruang digital untuk mengembangkan bisnis mereka, karena terbukti lebih efisien dan efektif. 

Bahkan, berkat kecakapan mereka di ruang digital ini, UMKM menjadi sektor penting dalam menopang perekonomian bangsa saat Pandemi terjadi.

Sektor lain yang mesti ditampilkan selama ajang ini ialah komitmen Indonesia terhadap perekonomian hijau. Bagaimana industri yang dibangun menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dengan kelestarian lingkungan.

Sebagaimana ditegaskan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang mengajak seluruh anggota G20 untuk berkomitmen bekerja sama mendukung pemulihan ekonomi global melalui kebijakan ekonomi hijau.

"Investasi dalam instrumen keuangan hijau yang ditujukan untuk energi hijau, transportasi hijau, bangunan hijau, dan lain-lain dapat menciptakan sumber-sumber baru pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja. Hal ini akan membantu transisi menuju ekonomi dan keuangan yang lebih berkelanjutan, serta menuju emisi gas rumah kaca yang rendah untuk mendukung Perjanjian Paris 2030 dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)," kata Perry Warjiyo.

Komitmen itu tergambar dari keberhasilan Pertamina dalam mengembangkan fasilitas 5000 liter microalga photobioreactor. Tumbuhan alga ini bisa diolah menjadi sumber energi baru terbarukan untuk  menjadi alternatif pengganti minyak bumi. Bahkan, jenis bahan bakar nabati ini dijuluki sebagai Biofuel Generasi Ketiga atau Blue Energy. Dan proyek itu kini bersiap untuk mencapai skala komersial budidaya dan produksi pada tahun 2025.

Budidaya dan pengolahan alga ini dinilai mampu mengurangi limbah serta mengurangi polusi. Keunggulan lainnya terkait proses fotosintesis Alga yang akan mengendalikan polusi udara, khususnya gas rumah kaca karbondioksida (CO2) yang saat ini menjadi perhatian dunia atas perubahan iklim yang ekstrim.

Selanjutnya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang terus dibangun di berbagai daerah. Kementerian ESDM menilai Indonesia memiliki potensi pemanfaatan PLTS sebagai sumber energi mencapai 207,8 gigawatt (GW). 

Sementara pada tahun 2020, pemanfaatan energi surya di Indonesia tercatat baru mencapai 153,4 megawatt (MW). Artinya, potensi berlimpah ini mesti diakselerasi secepat mungkin.

Potensi ini jika dipaparkan pada ajang G20, bisa saja menarik perhatian negara-negara yang hadir untuk berinvestasi di Indonesia. Sehingga menghasilkan efek domino kepada masyarakat nantinya.

Komitmen Indonesia terhadap ekonomi hijau selanjutnya adalah pembangunan Ibu Kota Nusantara di dua kabupaten di Kalimantan Timur, Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kertanegara yang mengusung konsep Living With Nature (Konsep Forest City).

Ibu Kota yang baru ini nantinya menggunakan sumber energi baru terbarukan. dan rendah karbon. Seperti sumber energi yang berasal dari PLTS, energi gas bumi dan lainnya. Guna efisiensi dan konservasi energi, maka dibangun Green Building Design melalui penerapan sistem manajemen Circular Water Management System, Efficient Lighting System, dan District Cooling System.

Hal menarik lainnya adalah penerapan Ruang Terbuka Hijau (RTH) minimal 50 persen dari total luas area yang meliputi taman rekreasi, taman hijau, kebun binatang, botanical garden, dan sport complex, yang terintegrasi dengan bentang alam yang ada seperti kawasan berbukit dan Daerah Aliran Sungai (DAS), serta struktur topografi.

Oleh karena itu, G20 2022 menjadi sejarah bagi peradaban bangsa ini bahwa Indonesia bisa dipercaya dunia internasional serta mampu menjadi penggerak ekonomi global. 

Hal itu terbukti dari ketangguhan Indonesia menghadapi pandemi Covid-19 yang penanganannya diapresiasi dunia, baik penanggulangan di sisi kesehatan maupun dalam pemulihan ekonomi nasional.

Selain itu, G20 2022 menjadi batu loncatan menuju Indonesia Emas 2045 dengan menampilkan potensi-potensi bangsa. 

Bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah yang belum digarap sepenuhnya serta  mempunyai sumber daya manusia berkualitas yang siap bersaing.

Mari mengukir sejarah melalui ajang G20 2022!

Sumber

https://www.brisbanetimes.com.au/national/queensland/study-shows-g20-hosts-reap-the-economic-benefits-20131202-2ym6j.html

https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/cerita-bi/Pages/Kontribusi-dan-Peran-Indonesia-dalam-Presidensi-G20.aspx

https://www.republika.co.id/berita/r7i1pv383/gubernur-bi-saat-ini-bergerak-menuju-bank-sentral-hijau

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun