Dunia semakin berubah, begitu pula dengan karakter generasi yang lahir dan tumbuh di setiap jamannya. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia, apalagi sejak merebaknya dan meredanya wabah Covid-19 beberapa tahun lalu, menjadi sebuah era baru termasuk diantaranya dalam dunia pendidikan.
Bila dalam konsep ekonomi dan bisnis muncul perilaku dan gaya baru dalam proses konsumsi para konsumen yang membuat para pebisnis harus beradaptasi dengan cepat pada perubahan tersebut. Begitu pula dalam dunia pendidikan, yang harus adaptif dan responsif dalam menjawab tuntutan zaman untuk memenuhi kebutuhan generasi didalamnya.
Beda dahulu, beda sekarang, bila dahulu para siswa cukup hanya belajar melalui buku yang disediakan dari sekolah, namun beda dengan generasi saat ini yang disebut dengan Gen Z. Sejak masa pandemi lalu, penggunaan teknologi telah merubah pola pembelajaran yang membuat generasi ini sangat melek akan teknologi.
Kemajuan teknologi telah membuka sebuah wacana dan generasi baru (dalam hal ini Gen Z) yang telah membersamai dan membantu generasi ini dalam beraktivitas sehari-hari, mulai dari belajar, bermain hingga berhubungan dengan teman. Maka tidak salah bila 'Kurikulum Merdeka' menjadi jalan tengah atas perubahan teknologi dan juga kurikulum lama yang membuat Gen Z lebih mudah untuk belajar dan juga menjawab tantangan zaman.
Apa Itu Kurikulum Merdeka?
Tidak dapat dipungkiri perubahan kurikulum memang membuat orang tua resah, apalagi bila berhubungan dengan biaya, misalnya harus membeli buku baru. Tidak hanya itu, kekhawatiran tidak paham akan kurikulum baru ini dikarenakan para orang tua masih banyak yang belum melek teknologi, meskipun kebanyakan semua sudah memiliki smartphone.
Sebenarnya apa sih Kurikulum Merdeka itu?
Mengambil informasi dari ditpsd.kemdikbud.go.id. maka Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, dimana konten akan menjadi lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan juga menguatkan kompetensi.
Kurikulum Merdeka ini berdasarkan referensi, pertama kali diluncurkan pada tahun 2022 saat pandemi Covid-19. Hal ini didasarkan atas studi  yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Assesment) yang menunjukkan bahwa 70% siswa yang berusia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum dalam memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar.
Untuk mengatasi hal tersebut , dilakukan penyederhanaan dalam rangka mengatasi kesenjangan antar wilayah dan juga kelompok sosial ekonomi dalam kualitas belajar, dengan kurikulum dalam kondisi khusus, yang disebut dengan kurikulum darurat, yang menjadi cikal bakal lahirnya "Kurikulum Merdeka".
Terdapat beberapa prinsip dalam Kurikulum Merdeka, yang mencakup tiga tipe kegiatan pembelajaran, yaitu:
1. Pembelajaran Intrakurikuler
Dalam pembelajaran ini dilakukan secara terdiferensiasi yang membuat peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan juga untuk menguatkan kompetensi.
2. Pembelajaran Kokurikuler
Pembelajaran ini berupa projek penguatan Profil Pelajar Pnacsila, yang berorientasi pada pengembangan karakter dan juga kompetensi umum.
3. Pembelajaran Ekstrakurikuler
Merupakan pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan minat murid dan sumber daya satuan pendidik.
Pentingnya Peranan Orang Tua dalam Implementasi Kurikulum Merdeka
Pada dasarnya esensi "Kurikulum Merdeka" dengan mengacu pada laman kemdikbud.go.id adalah menciptakan ruang bagi setiap individu untuk tumbuh dan juga berkembang sesuai fitrah keunikannya masing-masing.
Dengan melihat esensi Kurikulum Merdeka tersebut, maka Kurikulum Merdeka hanya akan tercapai tujuannya bila terdapat kolaborasi antara sekolah sebagai penyelenggara pendidikan, orang tua dan anak sebagai peserta didik.
Perubahan pola pikir atau mindset dalam mendidik anak ini diterjemahkan dalam Kurikulum Merdeka, dalam Konsep P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) yang tentunya akan mendorong terjadinya kolaborasi dan gotong royong antara pihak sekolah dan orang tua.
Disinilah mulai banyak orang tua yang menyadari bahwa proses pembelajaran pada anak tidak hanya diserahkan pada sekolah saja, namun peran aktif orang tua dalam tumbuh kembang anak dalam proses pendidikan juga sangat berpengaruh.
Dengan Kurikulum Merdeka melalui P5-nya, murid diberikan pembelajaran aktif terkait isu penting yang melanda saat ini, seperti tentang kewirausahaan atau entrepereneur, teknologi, kesehatan mental, budaya, antiradikalisme, dan juga kehidupan demokrasi sehingga para murid tahu dan paham tentang adanya isu-isu tersebut.
Kurikulum Merdeka Menjadi Kurikulum Nasional Tahun 2024/2025, Siapkah?
Berbicara tentang kebijakan dan pelaksanaan aturan dan penerapan Kurikulum Merdeka, maka siap tidak siap, semua pihak terkait dalam hal ini harus siap.
Berdasarkan informasi, 80% sekolah yang ada di Indonesia sudah mengadopsi Kurikulum Merdeka untuk mengganti kurikulum sebelumnya. Dimana Kurikulum Merdeka sudah dilaksanakan sejak tahun 2022.
Bila berbicara awal penerapan Kurikulum Merdeka ini, sebenarnya menurut Anindito Aditomo, Kepala Badan Standar, Kurikulum  dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikburistek, menyampaikan bahwa kurikulum ini sudah mulai diterapkan secara bertahap sejak tahun 2020. Kurikulum ini sudah diuji coba pada 3.000 sekolah di Indonesia termasuk di kawasan tertinggal, terdepan dan terluar. (antaranews.com).
Dengan implementasi Kurikulum Merdeka yang sudah dilakukan sejak lama sekitar empat tahun lalu tersebut, maka wajar bila Kurikulum Merdeka diaplikasikan pada ajaran baru tahun 2024.
Proses implementasi Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum nasional penetapannya dilakukan dengan penerbitan Permendikburistek Nomo12 Tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan juga Pendidikan Menengah.
Dengan terbitnya Permendikbudristrek Nomo12 Tahun 2024 ini maka Kurikulum Merdeka secara resmi menjadi kerangka dasar dan struktur kurikulum untuk seluruh sekolah di Indonesia.
Hal menarik tentang Kurikulum Merdeka ini, meskipun sudah secara resmi ditetapkan sebagai kurikulum nasional untuk tahun ajaran baru 2024/2025. Namun implementasinya tidak bersifat kaku. Dalam hal ini diberikan "MASA TRANSISI" yang implementasinya tetap bergantung pada kesiapan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Itu dia sedikit informasi tentang "Siapkah Kurikulum Merdeka Menjadi Kurikulum Nasional di Tahun Ajaran Baru 2024/2025?". Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H