Hidup adalah sebuah siklus, begitu juga saat Anda memilih wirausaha atau entrepreneur sebagai jalan pilihan Anda. Tentunya Anda sudah sadar konsekwensi logis memilih jalan ini, baik sukses atau pun gagal. Untuk itulah, tema menjadi seorang Maverick di tengah ancaman kegagalan bisnis ini sangat menarik untuk dibahas.
Saya teringat beberapa waktu lalu sekitar bulan April 2023 kemarin, saat membaca sebuah berita dimana Bapak Jokowi, Presiden Republik Indonesai dengan PP Nomor 17 tahun 2023 resmi membubarkan PT Kertas Kraft Aceh, beserta perusahaan plat merah lainnya. Yang menarik disini ternyata Kraft adalah tempat bekerja Bapak Jokowi dulu selama 2 tahun sebelum kembali ke Solo.
Dari hal tersebut di atas memberikan sebuah pertimbangan khusus bahwa sebuah usaha yang nyata-nyata plat merah saja bisa ditutup, entah dengan berbagai alasannya, apalagi dengan usaha kecil dengan modal terbatas dan kondisinya minus, mempertahankannya menggerus modal, menutupnya ada rasa malu didalamnya. Tapi semua itu adalah pilihan.
Ancaman Usaha Gagal
Tidak dapat dipungkiri bahwa mendirikan dan membangun usaha terlepas dengan segala persiapan yang telah dilakukan, pasti ada faktor force majeur, yaitu sesuatu yang tidak bisa diprediksi, tentu saja yang bisa dilakukan hanyalah mempersiapkan usaha, membangun dengan benar dan menjalankan sesuai kemampuan.
Yang menjadi pertanyaan adalah "bagaimana bila usaha yang sudah direncanakan dan dibangun tersebut nyata-nyata gagal?"
Tentu semua wirausaha, baik kecil atau pun besar pasti memiliki bayangan ini, karena pada dasarnya kita semua tidak tahu jalan hidup berbisnis nanti.
Sedih? Pasti, kalau bener-benar usaha yang dibangun ini benar-benar gagal, tentu yang harus dilakukan adalah tetap move on dan mengerjakan hal lainnya, dan yang pasti sebagai wirausaha atau entrepreneur meyakini bahwa semua itu hanya titipan, dan kapan pun bisa diambil dan hilang dari jangkaun kita sebagai manusi ayang hanya bisa berusaha.
Menurut imanusman dalam akun instagramnya (instagram.com/imanusman/)":
Perusahaan adalah sesuau yang materiil. Namun usaha membangunnya, pelajaran yang diperoleh ketika membangunnya, jejaring dan persahabatan yang dibangun dengan tim dan mitra, nilai dan etos yang melekat dalam diri -- semuanya tidak serta merta hilang, meskipun perusahaan tersebut tidak ada lagi. Itu semua modal berharga yang bisa digunakan untuk bangkit lagi dan menghasilkan dampak baru! Never discount the value of the process.
Bisnis Gagal dan Penyebabnya
Selain ancaman gagalnya bisnis yang disampaikan di atas, tentu sukses tidaknya bisnis akan terlihat di awal saat bisnis dibuka, hal yang mudah dilihat pada bisnis kuliner, informasi ini juga dialami penulis sendiri saat membersamai para pebisnis kuliner dan juga info tentang perkembangan bisnis kuliner yang disampaikan jpwedukasi dalam akun instagramnya (instagram.com/jpwindonesia), antara lain:
Hal ini bisa dilihat pada usaha bisnis kuliner, entah kedai kopi, caf atau tempat kuliner baru yang baru berjalan 1 tahun dan ternyata sepi.
Pembuktian sebuah tempat kuliner tersebut bisa diterima customer atau tidak, sebenarnya bukan di tahun pertama, melainkan setelah mampu bertahan di 2 sampai 3 tahun, namun bisnis tersebut tetap ramai, hal ini membuktikan bahwa bisnis kuliner tersebut bisa diterima dengan baik oleh customer.
Terdapat beberapa penyebab sebuah usaha kuliner gagal (instagram.con/jpwindoensia), antara lain:
1. Customer hanya ingin tahu saja (penasaran).
Pada saat ada suatu tempat kuliner atau caf baru, biasanya mereka akan ingin mencoba. Setelah mereka datang, dan merasa tempat yang didatangi tersebut biasa-biasa saja, baik dari sisi menu, pelayanan dan tempat, pada akhirnya mereka hanya datang pada satu kali itu saja.
2. Menu dan rasa yang standar saja.
Bila pengalaman menikmati kuliner yang diberikan dan sajikan hanya standar saja, rasa yang biasa, tidak unik dan tidak beda dengan tempat lain. Atau tidak bisa memberikan kesan khusus pada customer saat pertama mereka mencoba, bisa dipastikan itu mereka kali pertama dan terakhir datang ke tempat kuliner milik Anda.
3. Adanya pelayanan yang buruk.
Biasanya tempat kuliner atau caf baru, apalagi dengan memberikan diskon besar untuk menarik customer, biasanya akan kaget bila yang datang membludak, dan pada akhirnya banyak customer yang kecewa saat baru datang ke tempat kuliner tersebut.
4. Tempat yang kotor.
Pada dasarnya untuk suatu usaha, seperti bisnis kuliner, maka kebersihan tempat adalah segalanya, bila dibandingkan fasilitas lain, seperti Wi-Fi. Maka saat tidak perhatian dengan kebersihan, dapat dipastikan customer akan malas untuk datang.
5. Tempat parkir yang susah.
Masalah ini menjadi masalah umum terjadi, dan kebanyakan dengan susahnya parkir akan menjadi pertimbangan bagi customer untuk datang, karena tempat parkir yang tidak ada atau parkir yang sempit tersebut
6. Banyak muncul tempat kuliner baru atau caf baru di sekitar tempat usaha kita.
Tentu saja hal ini harus disadari oleh pemiliki bisnis, dengan kemunculan tempat kuliner baru atu caf baru yang bisa memberikan experience yang lebih baik kepada customer bila dibanding tempat kita, bisa dipastikan mereka akan memilih ke caf lain daripada tempat kita.
Tentu saja hal tersebut di atas, harus menjadi pertimbangan dan evaluasi kita untuk bisa menemukan solusi yang tepat.
Risk Attitude Entrepreneur vs Kegagalan Bisnis
Kegagalan bisnis? Siapa yang mau menerima dengan ikhlas atas kenyataan bisnis yang sudah dibangunnya telah gagal, pasti tidak ada bukan?
Untuk itulah dibutuhkan sebuah kesiapan dalam attitude bagi siapa pun yang ingin memilih bisnis sebagai jalan hidupnya.
Memang bisa diakui, dalam bidang apa pun pasti semua orang tidak ingin semua yang diupayakannya gagal, namun yang menjadi kenyataan, hal ini bisa terjadi pada siapa pun, untuk itulah seorang entrepreneur harus memiliki risk attitude sebagai seorang calculated risk taker.
Mengapa dibutuhkan attitude seperti hal di atas? Berani mengambil keputusan menjadi sebuah sikap yang harus dimiliki seorang wirausaha atau entrepreneur.
Pasti Anda pernah mendengar istilah 'Maverick' dalam film Hollywood sebuah film yang mencerikan tentang seorang pilot tempur dalam film Top Gun. Kalau ya, disini juga akan disampaiakn ciri-ciri seorang entrepreneur dalam menghadapi kegagalan bisnis.
Yang patut dipahami disini adalah seorang entrepreneur adalah seseorang yang sudah berani mengambil risiko dengan memperhitungkan segala sesuatunya dengan matang. Dan sering kali seorang entrepreneur harus membuat keputusan dalam kondisi ketidakpastian. Hal ini sama dengan yang disampaikan John F. Kennedy:
We should not let our fears hold us back from pursuing our hopes.
Untuk itulah, dibutuhkan kesiapan mental yang besar bagi Anda yang sudah memilih jalur entrepeeneur sebagai jalan hidup, karena pada dasarnya, hal yang tidak diketahui atau ketidakpastian inilah yang menjadi sebuah risiko dari bisnis yang dijalani tersebut.
Maka untuk bisa menimbulkan rasa berani mengambil risiko tersebut, bisa dilakukan dengan melakukan identifikasi terhadap segala kejadian yang bisa mengancam kelangsungan hidup bisnis Anda, setelah itu baru lakukan skala prioritas untuk mengetahui risiko yang paling berbahaya dan juga lakukan secara aktif untuk bisa meminimalkan risiko tersebut.
Pada intinya, seorang entrepreneur diharuskan memiliki risk attitude sebagai seorang calculated risk, maka sebagai seorang calculated risk akan menggunakan seluruh energinya untuk bisa menganalisis peluang dan juga menyadari potensi dari hasil paling buruk yang akan terjadi.
Terhadap 5 (lima) jenis karakter individu terhadap risiko, sebagaimana dikutip dari Tedy Firmansyah, seorang akademi dan pengamat investasi-keuangan, antara lain:
1. Karakter Ostrich (burung unta).
Pada tipe ini Anda merupakan orang yang lebih baik mati daripada harus mengambil risiko, pada tipe ini Anda ingin hidup yang selalu bisa diprediksi, dan juga Anda lebih memilih lebih baik menyimpan uang di bawah bantal.
2. Tipe Gazelle (rusa).
Pada tipe ini Anda tidak berani melakukan sendiri sesuatu yang berisiko apalagi jika berbau tentang uang. Anda lebih cenderung untuk menggunakan orang lain yang anda anggap piawai untuk menangani uang Anda.
3. Fence Straddler (netral terhadap risiko).
Yaitu seseorang yang kadang-kadang berani mengambil risiko dan kadang-kadang hanya menjadi penonton.
4. Maverick (objectif dan independen).
Pada tipe ini Anda suka mengambil risiko karena memiliki persepsi bahwa risiko adalah oportunities. Anda hanya mau mengambil dan sanggup menanggung risiko yang telah Anda hitung dengan matang.
5. Adrenaline Junkies (pecandu).
Pada tipe ini, semua opportunities merupakan tantangan yang harus diambil, jika sekali gagal, Anda mungkin akan menanamkan modal lebih banyak lagi untuk opportunities berikutnya. Hidup tanpa adrenalien menjadi membosankan untuk orang dengan tipe ini.
Untuk itulah bila Anda memiliki tipe seorang Maverick (calculteed risk taker), Anda sudah memiliki satu modal utama untuk sukses menjadi seorang entrepreneur.
Semoga sedikit catatan di atas tentang "menjadi seorang Maverick di tengah ancaman kegagalan bisnis" ini bermanfaat dan bisa menjadi referensi untuk Anda dalam membangun bisnis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H