Mohon tunggu...
Sosbud

Ranub, dari Simbol Pernikahan Adat Aceh hingga Makna yang Terkandung dalam Ilmu Psikologi

26 Desember 2018   22:40 Diperbarui: 27 Desember 2018   01:03 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Aceh, sirih yang dijadikan simbol ikatan janji tunangan dan perjanjian itu wajib dipatuhi secara bersungguh-sungguh oleh kedua belah pihak. Bagi yang melanggarnya akan mendapat sanksi adat. Sebegitu jauh belum dijumpai syara'ata yang dapat menerangkan sejak kapan orang Aceh menggunakan sirih sebagai simbol pertunangan.

Seulangke dan beberapa orang tua gampong mendatangi rumah pihak wanita yang dituju untuk melaksanakan tanda kong haba. Selain membawa hadiah pertunangan sebagai tanda kong haba, mereka juga membawa satu dalong (baki) yang berisi ranub dong atau sirih berdiri lengkap dengan ramuan yang dipakai untuk makan sirih, seperti pinang, gambir, kapur, bunga lawing (cengkeh). Dikatakan ranub dong karena disusun tegak lurus dalam sebuah dalong (talam) atau tafsi yang bulat, bagian tengahnya terdapat kayu tegak lurus.

Ranub dong dan tanda ikatan kong haba yang berupa emas atau benda berharga lainnya ditempatkan didepan Keuchik, Teungku. Kemudian diserahkan ranub kong haba sebagai symbol pengesahan janji yang dibuat untuk kemudian ditaati oleh kedua belah pihak secara bersungguh-sungguh.

Dalam pertemuan ini, disepakati:

Jeuname (mas kawin)

Waktu yang baik untuk ghatib (menikah) dan mempleue (bersanding)

Dan hal-hal lain yang dirasa perlu dan berkaitan dengan pelaksanaan pernikahan dan perkawinan seperti berapa orang yang mengantar linto baro (intat linto) kerumah dara baro.

Makna ranub diacara pernikahan dalam persepektif  Psikologi

Kaitan antara kegiatan membawa ranub ke acara lamaran dan pernikahan baik intat dara baro maupun intat linto baro yaitu berdasarkan pada Teori Segitiga Cinta (The Triangular Theory of Love) Sternberg. Sternberg (dalam Sternberg dan Barnes, 1988) mengemukakan teori segitiga cinta adalah bahwa cinta memiliki tiga bentuk utama (tiga komponen), yaitu: keintiman (intimacy), gairah (passion), dan keputusan atau komitmen (decision/commitment). Berikut ini akan dijelaskan mengenai komponen cinta menurut Sternberg (dalam Sternberg dan Barnes, 1988).

Kegiatan membawa ranub ini berfokus pada komitmen, komitmen itu adalah komponen keputusan atau komitmen dari cinta mengandung dua aspek, yang pertama adalah aspek jangka pendek dan yang kedua adalah aspek jangka panjang. Aspek jangka pendek adalah keputusan untuk mencintai seseorang. Sedangkan aspek jangka panjang adalah komitmen untuk menjaga cinta itu.

Komitmen sendiri adalah suatu ketetapan seseorang untuk bertahan bersama sesuatu atau seseorang sampai akhir. Kedua aspek tersebut tidak harus terjadi secara bersamaan, dan bukan berarti bila kita memutuskan untuk mencintai seseorang juga berarti kita bersedia untuk memelihara hubungan tersebut, misalnya pada pasangan yang hidup bersama atau sebaliknya, bisa saja kita bersedia untuk terikat (komit) namun tidak mencintai seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun