Mohon tunggu...
Firman sabar
Firman sabar Mohon Tunggu... Bankir - Manager Perbankan

Peminat sejarah dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Menelusuri Rakeyan Sancang (Seri Raka & Iyan): Hind

21 Mei 2023   02:48 Diperbarui: 21 Mei 2023   06:00 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: archive.org via Wikipedia

Saat itu malam sudah larut, dua pemuda bernama Raka dan Iyan yang tengah bergadang, pergi beranjak dari tempat tongkrongan mereka di daerah Tarogong. Mereka bermaksud mengunjungi salah seorang ustadz untuk menanyakan sebuah informasi yang mereka dapat. Ustadz itu bernama Ali. Dengan mobil Avanza hitam, mereka menuju Karangpawitan, tempat ustadz Ali berada.

Setibanya di sana, kedua pemuda itu menjumpai ustadz sedang seorang diri, ditemani beberapa bungkus rokok dan secangkir kopi hitam. Dengan sigap, ustadz menyambut Raka dan Iyan, mempersilahkan duduk, dan melayani mereka. Tak lama, dua gelas kopi sudah terhidang di depan Raka dan Iyan yang tengah bersila.

Sudah tak merasa canggung lagi, Raka dan Iyan tanpa segan menyalakan rokok di hadapan ustadz. Asap mengepul seketika dari tiga batang rokok: rokok ustadz Ali, Raka, dan Iyan Asap rokok mereka seolah menjadi tanda dimulainya pembahasan.

"Stadz, kami dapat informasi tentang raja Nusantara yang pernah bertemu Rasul. Apa itu benar?" tanya Raka mengawali pembahasan.

"Ya benar, dalam beberapa kitab memang tercantum seperti itu." jawab ustadz sambil menghisap rokoknya.

"Kitab apa saja itu?" tanya Iyan.

"Salah satunya berjudul Biharul Anwar."

"Bagaimana itu Stadz ceritanya?"

"Begini..."

Raka dan Iyan pun bersiap menyimak penjelasan ustadz. Dalam keadaan bersila, badan mereka condong ke depan tanda antusias.

Sembari merokok, Ustadz Ali pun mulai membahas. "Raka..Yan..Begini, di Biharul Anwar dalam bab kitab cerita para nabi, subbab cerita para raja dunia, ada hadits yang menceritakan bahwa sahabat-sahabat Rasulullah Saw pernah bertemu seorang tokoh bernama Saryabaka Malik al Hind dari negeri Shouh."

"Malik itu raja. Malik al Hind itu berarti raja dari al Hind."

"Kalian tahu dimana al Hind itu?"

"India kan stadz?" jawab Iyan.

"Hmm...."

"Awalnya al Hind memang banyak yang mengira India dan yang dimaksud Malik al Hind adalah raja Cheraman Perumal dari Kerala."

"Tapi teori ini ditentang oleh orang Keralanya sendiri, seorang akademisi bernama Parthasarathi."

"Ditentang bagaimana Stadz?" tanya Raka.

"Parthasarathi bilang kalau tokoh bernama raja Cheraman Perumal itu cuma buatan. Seorang akademisi Eropa yang tertarik dengan cerita rakyat Kerala yang membuatnya."

"Jadi, di mana al Hind yang sebenarnya Stadz?" Iyan penasaran.

Ustadz Ali meneguk kopi dan menghisap rokoknya dengan hisapan yang dalam. Setelah menghembuskan asap rokok yang tebal, ustadz Ali melanjutkan pembahasan.

"Ada seorang akademisi bernama S. Q. Fatimi. Dalam artikelnya, dia berikan kesimpulan bahwa al Hind yang dimaksud oleh para penulis Arab zaman dulu bukanlah India, tapi wilayah Nusantara."

“Berarti dengan kata lain Malik al Hind ini ya yang dimaksud sebagai raja nusantara yang pernah bertemu Rasul?” tanya Raka memastikan.

“Iya benar.” Jawab ustadz Ali

“Kata Hind diartikan sebagai India, baru terjadi setelah penjajahan Eropa. Maka dari itu, ibukota India diberi nama New Delhi yang berasal dari kata New Del Hind, Hind yang baru.”

“Lebih jauh lagi tentang al Hind, ada tercecer dalam kitab Al Masalik wal Mamalik karya Abu Ubaid Al Bakri.”

Ustdaz Ali lalu beranjak mengambil handphone yang sedari tadi sedang dicharge. Lalu dia buka satu file ebook berjudul Al Masalik wa Al Mamalik terjemahan bahasa Melayu.

“Kitab ini ditulis oleh Abu Ubaid Al Bakri, seorang ilmuwan Andalus sekitar kurun ke-5 hijirah. Kitab ini selesai ditulis tahun 460 H/ 1058 M.”

“Kitab ini aslinya terdiri dari dua jilid yang tebal. Yang ada disaya ini terjemahan sebagiannya saja. Hanya terjemahan yang berkaitan dengan kepulauan Melayu dan lautan Hindia.”

“Saya bacakan ya. Dari sini kita bisa dapat info tentang di mana sebenarnya al Hind”

“Bab Kerajaan Maharaja…”

Isi teksnya sebagai berikut:

Di kepulauan laut Sanfa adalah terletaknya kerajaan Maharaja. Keseluruhan kerajaan baginda tidak dapat dijelajahi dalam masa beberapa tahun sekalipun dengan menggunakan kapal yang paling cepat pelayarannya. Dalam kepulauan baginda terdapat aneka jenis wangi-wangian dan rempah-ratus. Dan tiada seorang [penguasa] pun dalam negeri Hind yang memiliki seperti apa yang dimiliki baginda itu.

(Al Masalik wa Al Mamalik, Beberapa Bab Pada Menyatakan Perihal Kepulauan Melayu, hlm 9)

“Dari teks ini kita mendapatkan info bahwa di negeri Hind terdapat banyak raja dan ada seorang Maharaja yang memiliki kerajaan yang sangat besar, sehingga tidak ada seorang rajapun yang memiliki seperti apa yang dimiliki Maharaja itu.”

“Tempat Maharaja berkuasa memiliki ciri sebagai berikut:”

Pulau yang menjadi tempat bersemayamnya Maharaja sangatlah besar dan makmur dengan penempatan yang bersambung-sambung serta subur tanah ladangnya. Sebahagian pedagang yang telah memasuki pulau [tempat bersemayam Maharaja] itu dan dapat dipercayai penceritaannya telah menyebutkan bahawa suara kokokan ayam yang bertenggek di pohon akan disahut bersahut-sahutan [oleh ayam jantan lainnya] sehingga seratus (100) farsakh jauhnya. Ini disebabkan penempatan penduduknya yang bersambungan dan tersusun rapi tanpa sebarang tanah gersang atau sepi tidak berpenghuni.

Begitu juga apabila ada seseorang musafir yang berkelana di pelusuk pulau berkenaan tanpa sebarang bekalan pasti akan mendapatkan makanan dan kehidupan yang mewah di mana saja yang dia singgahi.

Kepulauan baginda bersambung dengan banjaran gunung yang tinggi mencecah awan. Pada malam hari, akan kelihatan jelas api kemerahan daripada pergunungan itu yang menghamburkan bunyi guruh dan petir. Adakalanya akan kedengaran dari gunung-ganang itu bunyi yang pelik lagi mengerikan yang memberi peringatan akan berlakunya kematian seorang raja mereka.

(Al Masalik wa Al Mamalik, Beberapa Bab Pada Menyatakan Perihal Kepulauan Melayu, hlm 9-10)

“Pulau tempat Maharaja berkuasa ciri-cirinya sangatlah besar, subur tanahnya, suara kokokan ayam jantan bersahut-sahutan, dan pegunungan api yang tinggi berderet sambung-menyambung.”

“Jadi berarti ciri-ciri itu adalah ciri yang terdapat di negeri Hind karena Maharaja adalah raja di negeri Hind.”

“Lalu dalam Bab Kawah-Kawah Berapi…”

Kawasan nyala api terbesar adalah yang berada di dalam kerajaan Maharaja, iaitu raja Kepulauan Zabaj. Maharaja adalah gelaran bagi setiap raja Kepulauan itu. Lidah nyala api ini sehingga mencecah awan tingginya dan kedengaran dari situ bunyi seolah-olah guruh berdentum dan kilat menyambar. Adakalanya akan kedengaran bunyi yang pelik lagi menyeramkan yang dapat didengar daripada negeri yang jauh. Bunyi pelik itu menandakan bakal berlaku kematian sebahagian raja-raja mereka. Kadangkala bunyinya agak perlahan yang bermakna kematian akan menimpa sebahagian para pembesar. Perkara itu diketahui oleh para penduduk berdasarkan petunjuk dan pengalaman semenjak zaman berzaman lagi.

“Ada disebutkan kata Zabaj. Raka dan Iyan bisa searching dimana yang dimaksud dengan Zabaj.”

Segera Raka dan Iyan mengambil handphone masing-masing dan mulai menelusuri di peramban web.

“Zabaj adalah sebuah wilayah kuno yang menurut beberapa sumber berada di perairan Tiongkok dan India. Mayoritas sejarawan menafsirkan Zabaj sebagai wilayah Jawa saat ini”

Ujar Iyan sambal membaca halaman Wikipedia yang dia temukan dalam peramban.

“Beberapa sejarawan menganggap Zabaj merupakan sebutan Arab dan Persia untuk labaidu (Yawadwipa).” Timpal Raka yang ternyata membaca halaman peramban yang sama.

“Nah, jadi mari kita runut:

  • Ada seorang Maharaja di negeri Hind yang wilayah kekuasaannya sangat besar.Wilayah kekuasaannya itu berada di kepulauan Laut Sanfa. Tidak ada raja-raja di negeri itu yang memiliki serupa dengan apa yang dimiliki oleh Maharaja itu.
  • Kepulauan yang dikuasai oleh Maharaja tanahnya subur dan dipenuhi dengan rangkaian pegunungan api yang menjulang tinggi.
  • Titik api terbesar dari rangkaian pegunungan itu ada di wilayah kekuasaan Maharaja yang bernama Zabaj. Zabaj adalah sebutan kuno untuk pulau Jawa.

Jadi, bisa kita simpulkan bahwa negeri al Hind adalah negeri kepulauan yang luas, banyak terdapat gunung api disana, dan memiliki satu wilayah yang bernama Zabaj atau Yawadwipa atau Jawa. Dengan kata lain, kitab ini menyebut negeri al Hind adalah…”

“Nusantara!” Jawab Raka dan Iyan sambil mengangguk-anggukan kepala.

“Wah, terjawab sudah, dari informasi yang diceritakan ustadz memang al Hind itu merujuk pada Nusantara. Berarti Malik al Hind yang bertemu sahabat-sahabat Rasul adalah raja dari Nusantara” Ujar Raka.

“Tapi ustadz, itu baru membenarkan informasi bahwa ada raja Nusantara yang bertemu sahabat Rasul, bukan Rasul.”

“Lalu bagaimana dengan informasi yang kami dapat bahwa ada raja Nusantara yang bertemu Rasul?” tanya Iyan penuh rasa penasaran.

Allahu Akbar…Allahu Akbar…” seketika terdengar suara adzan subuh.

Tak terasa sudah tiba waktu shalat subuh. Pembahasan terhenti dan merekapun bersiap untuk shalat. Bersambung.

Sumber:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun