Salah satu  terminal Kota Bandung yang terkenal dengan angkotnya saat itu adalah Terminal Kebon Kelapa, yang lokasinya dekat dengan Alu-Alun dan Mesjid Agung. Sekarang ini, saya sudah sangat jarang naik angkot.Â
Jika diperhatikan angkot yang lalu lalang di jalan, jumlah penumpangnya semakin sedikit. Dan bahkan jumlah angkot nya pun saya perhatikan semakin menurun.
Wajar saja pamor angkot menurun karena belakangan ini warga Bandung lebih akrab dengan transportasi publik berbasis online, baik itu motor maupun mobil.Â
Kemajuan teknologi informasi dan alat komunikasi yang semakin canggih, penggunaan transportasi online menjadi primadona bagi warga Bandung walaupun harga nya lebih mahal daripada transportasi yang disediakan oleh pemerintah dan juga angkot.Â
Sekarang ini, di setiap sudut wilayah Bandung Raya, transportasi online hampir menjangkau seluruh sudut wilayah. Gesekan antara transportasi online dengan transportasi ojek sepeda motor yang mangkal, menjadi salah satu kasus yang seringkali terjadi dan perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Ojek sepeda motor pangkalan sering merasa terancam periuk nasinya dengan kehadiran ojek sepeda motor online.
Sebetulnya, di pinggiran wilayah Bandung Raya dan di pelosok pedesaan di Kabupaten Bandung, Bandung Barat dan Sumedang, masih banyak terdapat transportasi publik berupa delman dan becak. Biasanya angkutan tersebut melayani rute jarak dekat saja, misal dari rumah ke sekolah dan pasar.Â
Sebagai contoh, di Soreang-ibukota Kabupaten Bandung masih banyak terdapat delman dan becak yang mangkal di dekat pasar, terminal dan pusat keramaian lainnya. Atau di Lembang yang masuk wilayah Kabupaten Bandung Barat, delman masih sering terlihat mengangkut penumpang dan barang di pasar-pasar.
Krisis Transportasi Publik yang terjadi
Baru-baru ini saja Bandung mendapat gelar sebagai kota termacet ke-12 di dunia berdasarkan rilis laporan dari TomTom Traffic yang mengukur kondisi lalulintas di 500 kota dari 62 negara di 6 benua. Salah satu faktor penyebab kemacetan lalu lintas ini adalah banyaknya warga Bandung Raya yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi seperti motor dan mobil untuk bepergian baik itu untuk bekerja, sekolah dan sebagainya. Warga Bandung enggan untuk menggunakan transportasi publik seperti bus dan angkot.Â