(7) akses pemasaran hasil pertanian dan peternakan masih terkendala oleh beratnya medan geografis.
Faktor kebiasaan adat setempat
Permasalahan gizi kurang dan buruk yang diderita oleh anak-anak pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi. Asupan nutrisi ini terkait dengan pola pemberian makanan pada anak-anak yang disamakan dengan orang dewasa yang umumnya berupa makanan jagung bose sehingga lebih banyak mengandung karbohidrat.
Pada ibu menyusui juga terdapat tradisi setempat memakan jagung bose sehingga mempengaruhi asupan nutrisi bayi yang disusui. Jagung bose ini adalah jagung yang kulit bijinya dibuang lalu dimasak dengan air. Selain itu, anak-anak balita juga asupan gizi proteinnya sangat terbatas karena hanya bersumber dari kacang-kacangan saja yang kadang dicampur dengan sayur. Jagung bose ini kadang dicampur juga dengan kacang hijau dan kacang tanah.
Salah satu masalah kekurangan gizi yang terjadi pada anak balita di Kabupaten TTS ini adalah masalah stunting, yang artinya tingai badan anak balita lebih pendek dari yang seharusnya bisa dicapai pada umur tertentu. Hal ini ternyata berhubungan dengan pola makan saat si ibu sedang hamil dan ketika si ibu menyusui bayi.
Pada saat hamil, asupan gizi sang ibu tidak terpenuhi secara maksimal. Hal ini bisa mengakibatkan bayi yang dilahirkan akan mengalami berat badan lahir rendah (BBLR) sehingga terjadi stunting. Ternyata ada kebiasaan setempat pada saat hamil, sang ibu pantang memakan makanan seperti ikan dan daun singkong karena takut mengalami kesulitan saat melahirkan.
Kemudian pada saat menyusui bayi, juga tidak makan buah dan pepaya karena khawatir bayi akan mengalami gatal-gatal. Setelah melahirkan pun, sang ibu pantang memakan kacang polong, garam, bawang dan lombok.
Selain itu, sang bayi di bawah usia 6 bulan banyak yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk. Hal ini terkait dengan kebiasaan dari nenek moyang mereka bahwa saat bayi menangis itu menandakan bayi tersebut masih lapar dan membutuhkan makanan. Sedangkan menurut si ibu, air susu ibu (ASI) hanya sekedar minuman saja sehingga tidak cukup membuat si bayi kenyang.
Oleh karena itu, si bayi harus diberi makanan padat seperti jagung titi yang dibuat bubur dan juga bubur kacang hijau, padahal si bayi belum waktunya diberi makanan tambahan. Tentunya ASI yang diberikan sudah tidak eksklusif lagi karena bayi sudah diberi makanan tambahan sejak umur 3 bulan.Â
Faktor penghasilan keluarga juga sangat mempengaruhi keadaan kekurangan gizi. Rendahnya pendapatan yang diperoleh dan juga penghasilan yang tidak menentu akan mempengaruhi apa saja yang dimakan karena terbatasnya daya beli terhadap bahan makanan yang akan dikonsumsi. Sehingga tak jarang anggota keluarga hanya makan nasi saja atau jagung bose tanpa disertai dengan lauk pauk lainnya.
Kebutuhan makan sehari-hari hanya mengandalkan pada cadangan makanan dari hasil panen terdahulu. Pendapatan yang rendah menyebabkan terjadinya kemiskinan dan hal ini menyebabkan tidak terpenuhinya asupan gizi pada anak.