Mohon tunggu...
firgin Sawu
firgin Sawu Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya sorang mahasiswa,hobi membaca buku dan olaraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengupayakan Pendidikan Inklusif yang Setara Melalui Teknologi Pendidikan

19 April 2024   12:52 Diperbarui: 19 April 2024   13:00 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan inklusif adalah filosofi yang menjunjung tinggi hak setiap individu untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas tanpa diskriminasi. Konsep ini didasari pada keyakinan bahwa setiap peserta didik memiliki keunikan tersendiri dan berhak mendapat perlakuan serta kesempatan yang setara dalam belajar. Namun, dalam implementasinya, terdapat banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mewujudkan lingkungan belajar yang benar-benar inklusif. Di sinilah peran penting teknologi pendidikan hadir sebagai katalisator menuju pendidikan inklusif yang bermakna dan efisien.

Salah satu tantangan utama dalam mencapai pendidikan yang benar - benar inklusif adalah perbedaan karakteristik dan kebutuhan belajar dari setiap individu. Beberapa peserta didik mungkin memiliki kebutuhan khusus seperti gangguan belajar, disabilitas fisik atau sensorik, sementara yang lain memiliki bakat istimewa. Mengajar dalam kelas dengan keberagaman ini membutuhkan pendekatan yang fleksibel dan solusi yang terpersonalisasi. Teknologi pendidikan hadir dengan berbagai alat dan sumber daya yang memungkinkan para pendidik untuk menyajikan materi dengan cara yang lebih inklusif. Para pendidik dapat menggunakan alat dan sumber daya teknologi pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. 

Aplikasi belajar adaptif, video pembelajaran interaktif, dan platform e-learning adalah beberapa contoh teknologi yang dapat memfasilitasi pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya dan kecepatan belajar masing-masing individu. Alat-alat ini menawarkan fitur seperti penyesuaian tingkat kesulitan, penyampaian materi melalui berbagai media (visual, audio, teks), dan umpan balik yang responsif terhadap kemajuan belajar setiap peserta didik. Dengan demikian, setiap individu dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka, tanpa merasa terbatasi atau tertinggal.

Teknologi juga berperan besar dalam menjembatani kesenjangan akses terhadap pendidikan. Melalui pembelajaran daring atau e-learning, sumber daya pendidikan dapat dijangkau secara luas tanpa batasan geografis atau mobilitas fisik. Peserta didik di daerah terpencil, mereka yang memiliki keterbatasan fisik, atau yang tidak dapat menghadiri kelas tatap muka tetap dapat terlibat dan belajar dengan perangkat digital yang terhubung ke internet. Teknologi membuka pintu bagi pendidikan yang lebih merata dan inklusif bagi semua.

Namun, keberhasilan pendidikan inklusif tidak hanya bergantung pada teknologi semata. Diperlukan upaya kolaboratif antara berbagai pihak, termasuk guru, orang tua, pembuat kebijakan, dan masyarakat luas. Guru harus dibekali dengan pelatihan dan sumber daya yang memadai untuk mengintegrasikan teknologi dalam pengajaran mereka secara efektif dan efisien. Kurikulum dan metode pengajaran juga harus disesuaikan untuk mendukung pembelajaran yang lebih inklusif dan berorientasi pada kebutuhan individu.

Di sisi lain, orang tua dan masyarakat perlu dilibatkan untuk membangun budaya inklusi yang sesungguhnya. Menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap perbedaan adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi semua peserta didik. Dengan dukungan dan kerjasama dari seluruh pemangku kepentingan, teknologi dapat dioptimalkan untuk mewujudkan pendidikan inklusif yang setara dan bermartabat.

Pada akhirnya, pendidikan inklusif yang inklusif adalah tentang menghargai keragaman dan memastikan bahwa tidak ada satu pun yang tertinggal dalam perjalanan menuju ilmu pengetahuan. Dengan memanfaatkan potensi teknologi pendidikan dan mengintegrasikannya dengan praktik terbaik lainnya, kita dapat mewujudkan sistem pendidikan yang benar-benar setara dan membuka peluang yang sama bagi semua peserta didik untuk berkembang dan mencapai potensi mereka sepenuhnya. Hanya dengan pendidikan inklusif yang sejati, kita dapat membangun masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan.

Kerterkaitan pendidikan inklusif dengan teknologi pendidikan dalam penerapannya di berbagai negara

  1. Indonesia

Di Indonesia, anak berkebutuhan khusus diklasifikasikan menjadi beberapa ketunaan dan masing - masing dari individu memiliki kebutuhan yang berbeda. Kebutuhan dari setiap individu tersebut dapat diakomodasikan oleh teknologi yang sesuai. Teknologi berperan penting bagi anak berkebutuhan khusus di Indonesia karena dapat digunakan untuk mobilitas dan media belajar yang efektif dan efisien.

Alat bantu atau media sering disebut Teknologi Asiatif (Assistive Technology) dimana didalamnya terdapat teknologi yang dimodifikasi atau langsung digunakan untuk menningkatkan kemampuan anak berkebutuhan khusus. Contoh teknologi yang dibuat untuk membantu anak berkebutuhan khusus adalah : 

a. LISan merupakan aplikasi komputer untuk penyandang disabilitas Daksa dengan sistem kerjanya menggunakan sensor suara.

b. SIDoBi merupakan aplikasi untuk disabilitas rungu dimana sistem kerjanya mentranskip suara dari video menjadi tulisan pada layar.


  1. Jerman

Dalam sebuah laman artikel disebutkan bahwa perkembangan teknologi yang ada untuk penyandang difabel di Jerman sudah sangat maju terdapat fasilitas-fasilitas umum yang sudah memenuhi standar aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Meski tak semua kategori hambatan fisik dapat terakomodasi tetapi hampir semua infrastruktur publik di Jerman menyediakan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Sarana transportasi umum, misalnya pintu bus atau kereta dibuat lebar dan sejajar halte hal ini memudahkan kursi roda masuk. Didalam kereta terdapat tulisan imbauan untuk mengutamakan tempat duduk bagi penyandang disabilitas dan pemberitahuan suara menjelang setiap pemberhentian kereta. Selain dari aksesibilitas untuk anak-anak penyandang disabilitas ada beberapa temuan yang dapat membantu proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus diantaranya adalah baju pasir. Baju ini didesain untuk dipasangkan kepada anak dengan ADHD. Baju ini didesain agar anak mampu meningkatkan konsentrasi anak karena tidak mampu bergerak secara cepat. Meskipun banyak sekali perdebatan dengan penggunaan baju ini akan tetapi menurut beberapa penelitian baju ini sangat mendukung konsentrasi anak ADHD.

  1. Finlandia

Finlandia merupakan sebuah negara skandinavia. Telephone genggam nokia berasal dari negara ini. Finlandia adalah negara di eropa utara dan anggota dari uni eropa. Finlandia juga merupakan walfare state yang berarti pajak yang besar bagi setiap orang. Sebagai gantinya, kesejahteraan yang cukup terjamin disana. Pemerintah Finlandia membentuk sistem pendidikan yang fleksibel dengan prinsip sedikit mengajar, perbanyak belajar.Hal tersebut menjadikan pendidikan di negara Finlandia mencetak lulusan-lulusan yang berkualitas dan memiliki daya saing yang tinggi.Salah satu lulusan dari Finlandia yang terkenal adalah Linus Torvalds sebagai perekayasa software karena menciptakan sistem operasi open-source kernel Linux. Karrna- Iin Bednarik, Sutinen,& Virnes (2007) menyebutknan empat teknologi yang digunakan untuk anak berkebutuhan khusus di Finlandia, yakni: 

  1. Assistive technologies : alat yang bisa meningkatkan kapasitas kemandirian dan inisiatif anak berkebutuhan khusus. Ragamnya dari walking sticks, magnifying glasses to speech synthesizes, dan high developed computer systems.

  2. Communication devices, terbagi menjadi perangkat tradisional dan perangkat teknologi. Perangkat tradisional meliputi augmentative and alternative communication, dan simple boards, sementara perangkat teknologi meliputi electronic speech devices and computer based communication programs.

  3. Learning software, banyak digunakan oleh anak berkesulitan belajar spesifik. Programnya berwujud computerized drills, intelligent tutoring. Merek yang paling sering digunakan adalah Lexia dan Dyslex untuk pembelajaran membaca menulis dan keterampilan kognitif, sementara untuk pembelajaran matematika dan keterampilan perseptual menggunakan program Cami. 

  4. Educational Robotics as a Concretizing Tool, digunakan untuk memudahkan anak menyusun maupun memahami konsep dengan membuat model tertentu, bentuknya mirip dengan lego dalam aneka jenis seperti kendaraan, bangunan, dan lain-lain.

Referensi 

Ulwa Humairok GL,Herry Widyastono. 2020. Analisis Perbandingan Teknologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di Negara Indonesia dan Negara - Negara Eropa (Finlandia, Jerman, Inggris, Belanda). Surakarta : Universitas Sebelas Maret

UNESCO (2020). Global Education Monitoring Report 2020: Inclusion and Education.

Edyburn, D. L. (2010). Teknologi pendidikan inklusif: Meningkatkan kesempatan belajar untuk setiap peserta didik.

Istenic Starcic, A., & Bagon, S. (2014). Teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan inklusif.

Laporan Teknis dari Pusat Teknologi Khusus Terapan (2021). Meningkatkan pembelajaran dan keterlibatan melalui teknologi pendidikan.

Artikel jurnal "Pendidikan inklusif menggunakan teknologi untuk semua murid: Peluang dan tantangan" oleh Leonard dan Hill di Technology, Pedagogy and Education (2019). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun