Mohon tunggu...
Firda ZahrotusSipa
Firda ZahrotusSipa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

saya seorang mahasiswi dari Universitas UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Kesenian Sisingaan di Kabupaten Subang

11 November 2022   17:05 Diperbarui: 11 November 2022   17:10 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sisingaan adalah jenis keseniah tradisional yang dilahirkan di Subang. Kesenian sisingaan menjadi bentuk icon Kabupaten subang, dan mengharumkan nama Kabupaten Subang bukan hanya dalam negri, tetapi telah dikenal di dunia internasional. Sisingaan atau gotong singa (sebutan lainnya odong-odong), Kesenian ini berupa keterampilan memainkan tandu berisi boneka singa. Sisingaan adalah kesenian yang didalamnya terdapat makna.

Kesenian sisingaan muncul pada saat kaum penjajah menguasai Subang, yang diciptakan sebagai bentuk perlawanan penjajah Belanda dan Inggris. Kesenia sisingaan terdapat banyak perubahan pada bentuk boneka singa, dalam segi pertunjukannya, dan pada kostum.

  • Penyajian Kesenian Sisingaan
  • Bentuk Sisingaan

Perkembangan pada Bentuk Sisingaan dimasa penjajahan di Subang. Pada mulanya Bentuk bonreka singa dibuat sederhana, namun semasin kesini semakin disempurnakan, baik dari bahan maupun rupanya, semakin menarik dan gagah. Awalnya sisingaan bibuat dengan dedaunan, singa yang di buat dari dedaunan disebut dengan singa ubrug.

Zaman dulu sisingaan hanya bisa satu kali pake. Jika akan di adakan pertunjukan sisingaan dibuat terlebih dahulu, dan setelah selesai pertunjukan boneka singa dibuang, lain halnya dengan sekarang, alat sisingan sudah di buat secaraa pemanen.

Perkembangan sisingaan pada tahun 1955-1972, para seniman memodifikasi boneka singa.dulu boneka singa dibuat atau dihias hanya menggunakan dedaunan, namun pada tahun 1655-1972 terdapat perubahan pada boneka singa bahan diantarang yang digunakan diantaranya kayu, rafia, dan bahan kertas.

Namun pada tahun 1972-2013 terjadi perubahan pada wujud boneka singa mulai dari badan sisingaan dan rambut singa. Yang tadinya hanya menggunakan kayu, rafia, dan bahan kertas, pada tahun itu jadi menggunakan bahan busa, kayu dan benang wol. Perkembangan kesenian sisingaan merubah bentuk sisingaan menjadi lebih menarikdan semakin mirip dengan singa asli.

  • Gerakan Kesenian Sisingaan

Dalam hal perkembangannnya kesenian sisingaan sudah banyak mengalami penambahan, seperti dalam gerak tari sudah banyak dimasuki unsur-unsur tarian baru.  Dulu gerakan kesenian sisingaan gerakan yang dilakukaan sangat sederhan. yang di lakukan oleh pengusung, gerakan yang dilakukan adalah gerakan bebas namun tetap terdapat makna heroik. Gerakan yang ditampilkan saat pertunjukan pada saat itu adalah garakan yang memiliki makna dalam gerakan silat, terdiri dari empat gerakan yaitu: tendang, lompatan, minced, dan dorong sapi.

 Namun pada tahn 1868-2013 gerakan mulai dimasukan dengan unsur silat dan ketuk tilu, diantaranga: gerakan ancang-ancang, gerakan ewad, gerakan depok, gerakan mincid, gerakan ayun dan gerakan tajong maju.

Adapun musik dangerakan tarian yang dipergerakan di atas panggung adalah Overture Arang-arang yang dilakukan melalui tiupan terompet dan Gurudungan. Lalu gerakan-gerakan yang mengiringi lagu Kidung, yaitu: kuda-kuda masang, ngayun, jablagan. lalu lagu Kangsreng mengiringi gerakan-gerakan: eway, minced, selor. Atraksi akrobatik dalam gerakan-gerakan putar katak, gendong singa, kait suku, melak cau, dan nincak acak. Atraksi sisingaan dilakukan diatas panggung dan di jalan.

  • Iringan Musik atau widitra Kesenian Sisingaan

Alat musik yang digunakan dahulu menggunakan alat sederhana hanya memakai beberapa alat musik, alat musik yang digunakan yaitu dog, genjring, dan angklung. Perkembangan yang dialami pada iringan musik yaitu: dogdog, genjring, kendang, kendang, goong, angklung, dan terompet. Namun seiring berjalannya waktu iringan musik dan alat-alat yang digunakan pun ditambah juruh kawih atau sinden, dan sound sistem. Dan di tahun 2000-2013 ditambahkan alat musik yaitu unsur penerus. Dengan teknologi yang terus berkembang, iringan musik di Subang bagian utara menambahkan alat musik dangdut alat musik yang digunakan yaitu musik organ dan gitar listrik. Begitu juga dengan lagulagunya, sekarang didominasi oleh dangdut populer.

Iringan atau usik yang dipergunakan dalam pertunjukan kesenian sisingaan pada umumnya, adalah sebagai berikut:

  • Iringan pada bagian keringan

Diawali dengan bunyi terompet, kemudian diikuti dengan alat musik lain. Musik ini disajikan dengan pola tabuhan kendang berirama cepat, jenis musik ini disebut pola tabuhan kendang.

  • Iringan bagian nganyum

Lagu yang digunakan adalah kembang beureum yang dinyanyikan oleh juru kawih diiringi dengan alat musik terompet, kendang dan alat musik lainnya. Lagu kembang beureun ini disajikan dalam pola tabuhan tepak tilu yaitu berirama sedang.

  • Iringan pada bagian jeblagan

Lagu yang digunakan adalah kangsreng yang dinyanyikan juga oleh juru kawih dan alat musik lainnya. Lagu ini disajikan dengan pola tabuhan lebih cepat dari tepak tilu yang didominasikan oleh alat musik kendang, sebab pada bagian ini merupakan ciri khas dari kesenian sisingaan.

  • Iringan pada bagian gondang

Lagu yang dinyanyikan gondang, lagu ini biasanya dinyanyikan oleh juru kawih dan alat musik terompet lagu gondang disajikan dalam irama sedang dan cepat.

  • Iringan pada bagian jaipongan

Diawali seorang kawih yang menyanyikan lagu sisingaan lagu diikuti oleh alat musik lain. Lagu bagian jaipongan disajikan dalam tepak jaipong yang berirama sedang dan cepat. irama sedang utuk mengiring gerak jaipong, sedangkan irama cepat untuk mengiringi gerakan mincid.

  • Iringan pada bagian atraksi

Pada bagian ini tidam menggunakan juru kawih, tetapi berupa musik yang berirama cepat atau pola taguhan padungdung. Lagu yang digunakan adalah: arang-arang dan waledan yang dimainkan alat musik terompet dan alat musik yang lainnya.

  • Busana Kesenian Sisingaan

Busana yang biasa pakai dalam pertunjukan sisingaan dikelompokan menjadi dua jenis yaitu: yang pertama, busana orang yang diusung (anak yang di khitan). dan kedua, busana para penggotong sisingaan dan para nayaga (para pemain musik).

Busana-busana yang mengalami perkembangan dan bervariasi dapat dilihat dari yang dikenakan oleh para penari yang ikut meramaikan pertunjukan. Pada zaman dahulu busana pada saat sisingan memakai pakaian sederhana namun ditambah sabuk sebagai hiasan.  dankostum yang di pakai oleh anak yang memunggangi boneka singa pakaian yang biasa dipakei sehari-hari. Namun dengan berjalannya waktu busana yang dikenakan anak yang ada diatas singa terdapat perubahan yang menyesuaikan denga perkembangan zaman, perubahan terdapat pada konsum.

Perubahan pada busana yang dipakai oleh para pemain musik (nayaga) dan penggotong sisingaan bajunya yang berbentuk solontreng warna terang atau mencolok, dan celana yang dipakai adalah pangsi warna hitam, dan kepalanya memakai cocontong. Busana para pemain biasanya milik grup bukan milik perorangan.

  • Pertunjukan Kesenian Sisingaan

Kesenian sisingaan adalah salah satu kesenian tradisional yang terus berkembang di Subang yang merupakan bentuk seni pertunjukan. Seni pertunjukan sisingaan memiliki arti sebagai sarana hibura, seperti festifal, pertunjukan di atas panggung dan upacara sehari sebelum khitanan yang merupakan bentuk rasa syukur masyarakan Jawa Barat khususnya daerah Subang yang beragama islam. Dalam upacara khitanan biasanya pertunjukan sisingaan digelar sehari sebelum anak dikhitan atau disunat, pertunjukan digelar dengan cara si anak diarak mengelilingi desa atau kampung dan diiringi dengan tabuhan yang meriah.

Dalam pertunjukan atau pagelaran sisingaan tidak hanya digunakan  untuk upacara khitanan saja, akan tetapi digunakan juga untuk acara-acara resmi yang bersifat lokan ataupun internasional. Namun, karena pertunjukan kesenian sisingan itu lebih sering dipergelarkan untuk menghibur anak yang khitanan, oleh karena itu kesenian sisingaan lebih ditekankan pada jalannya pertunjukan dalam kesempatan upacaraa khitanan.

Komposisi gerak tari antara gerakan yang di gunakan dalam acara pawai atau arak-arakan yang berkaitan dengan khitanan berbeda dengan gerakan yang digunakan dalam acara pagelaran yang di aras panggung. Kesenian sisingaan tidak hanya dipergrlarkan di acara khitanan saja, akan tetapi dipergelarkan juga untuk menyambuk kedatangan tamu terhormat.

Perkembangan zaman yang mempengaruri perubahan-perubahan yang terejadi pada kesenian pertunjukan sisingaan. Perubahan-perubahan itu terjadi salah satunya pada unsur seni pertunjukan. Sebelumnya telah dijelaskan kesenian sisingaan ini tidak hanya dipergelarkan untuk upacara khitannan saja, namun dipergelarkan untu menyambut tamu Kehormatan juga.

Pertunjukan kesenian sisingaan pada tahun 1812 diselenggarakan dengan sederhana. Hanya dimainkan dengan cara di gerakan kesana kemari. Perkembangan pertunjukan kesenian sisingaan membawa pengaruh dalam pertunjukan kesenian. Perkembangan kesenian sisingan dipengaruhi oleh berkembangnya grup sisingaan di daerah Subang.

Kesenian sisingaan ditampilkan dengan acara khitanan, menyambut tamu, merayakan ulang tahun daerah, peresmian, festipal, dan sebagainya. Dalam pertunjukan heleran biasanya melakukan unsur neukeun, dengan cara menyerahkan anak yang dikhitan kepada sepuh, langsung diserahkan ke rombongan sisingaan, terus langsung dinaikan keatas sisingaan. Terdapat makna pada pertunjukan sisingaan yaitu spontinitas, egalitaria daln lainnya.

Unsur-unsur heleran sisingaan terbagi menjadi tiga bagian:

  • Naekeun adalah menaikan anak yang di khitan atau sunat ke atas sisingaan.
  • Helaran adalah pertunjukan yang disajikan dengan melakukan keliling desa atau kampung dengan rute yang ditentukan. Salah satu unsur yang harus dilakukan adalah unsur heleran.
  • Atraksi yaitu variasi dalam kesenian sisingaan untuk lebih menyemarakan dan menjadi daya tarik.
  • Fungsi Kesenian

Fungsi sisingaan tidak terlepas dari sejarah yaitu sebagai lambang perlawanan masyarakat subang terhadap penjajah. Sebelum tahun 1955 fungsi kesenian sisingaan sebagai penyebaran agama Islam. Sisingaan selain berfungsi sebagai perjuangan dan penyebaran agama Islam, fungsi sisingaan setelah kemerdekaa memiliki dua fungsi, yaitu: kesenian sisingaan merupakan tradisi pada saat mengadakan hajatan khitanan yang merupakan wujud Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sisingaan juga berfungsi untuk hiburan. Pada dasarnya kesenian tradisional menurut sudarsono terdapat tiga fungsi pada kehidupan masyarakat, yaitu: fungsi sosial dan kritik media, fungsi hiburan, dan fungsi ritual.

Seorang informan mengatakan fungsi sisingaan yang berkaitan dengan upacara khitanan, bukan sekedar untuk menghibur anak yang akan di khitan, akan tetapi berfungsi untuk bewara bahwa anak tersebut sudah di Islamkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun