A. Pendidikan Islam dan Mobilitas Sosial
1. Definisi pendidikan Islam
Menurut definisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, "pendidikan" merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu agar dapat menjadi lebih matang melalui pengajaran dan pelatihan. Pendidikan adalah suatu proses di mana guru membantu siswanya memaksimalkan potensi mereka. Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha individu atau kelompok individu lainnya untuk mencapai tahap kematangan atau mencapai taraf kehidupan, pengalaman, dan kesejahteraan mental yang lebih tinggi. Ilmu pendidikan mempelajari masalah praktis, teori, dan ilmu pengetahuan. Aktivitas sosial yang dikenal sebagai pendidikan bertujuan untuk meningkatkan manusia melalui penggunaan ilmu pengetahuan. Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan disadari untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman seseorang dengan tujuan untuk menetapkan tujuan hidup. Islam merupakan sebuah agama yang diberikan oleh Tuhan kepada umat manusia melalui Rasul-Nya. Agama ini mengandung hukum-hukum yang mengatur interaksi manusia dengan Tuhan, hubungan antar manusia, dan juga hubungan manusia dengan alam semesta. Secara terminologi, "pendidikan Islam" berarti mengajarkan dan membimbing siswa untuk menyikapi hidup mereka dengan pengetahuan spiritual keagamaan dan nilai-nilai Islam.
2. Definisi Mobilitas Sosial
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mobilitas memiliki arti gerak. Sebagai akibatnya, mobilitas sosial dapat dijelaskan sebagai pergerakan dalam struktur sosial. Dengan kata lain, mobilitas sosial didefinisikan sebagai perpindahan dari satu status sosial ke status sosial lainnya. Oleh karena itu, mobilitas sosial juga dikenal sebagai proses perpindahan sosial atau gerakan sosial. Terdapat beberapa pendapat para ahli terkait definisi mobilitas. Menurut Hortont dan Hunt, bahwasanya Mobilitas sosial merujuk pada perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Perpindahan kelas sosial tersebut dapat digambarkan sebagai naik atau turun. Kimball Young mengatakan, mobilitas sosial memiliki tujuan tertentu. Dia berpendapat bahwa tujuan mobilitas sosial adalah untuk memahami struktur sosial yang sesuai dengan masyarakat tertentu. Sebagai contoh, memperoleh status sebagai pegawai negeri sipil dianggap sebagai salah satu tujuan mobilitas sosial. Pada dasarnya mobilitas sosial dibagi menjadi dua, yaitu mobilitas horizontal dan vertikal.
Mobilitas horizontal: mengacu pada perpindahan secara mendatar atau perpindahan dalam lapisan yang sama. Dengan kata lain, mobilitas horizontal mengacu pada perpindahan seseorang atau objek sosial lainnya dari satu kelompok sosial yang sederajat ke kelompok sosial lainnya. Oleh karena itu, seseorang tidak berubah derajat atau berubah kedudukannya dalam mobilitas horizontal ini. Mobilitas ini mempunyai dua bentuk, diantaranya adalah bentuk antargenerasi dan intragenerasi. Mobilitas sosial horizontal antargenerasi terjadi ketika ada perpindahan posisi sosial di antara dua generasi atau lebih. Contohnya seperti anak dan bapak. Seorang bapak yang sukses sebagai petani adalah contoh praktisnya. Anaknya tidak mengikuti jejak bapaknya, tetapi memilih untuk menjadi tentara. Contoh tambahan adalah kakek, bapak, dan anak.
Kekeknya adalah petani miskin, bapaknya adalah buruh bangunan, dan anaknya adalah makelar karcis kereta api. Yang kedua yaitu intragenerasi. Misalnya orang yang mengubah pekerjaannya tanpa mempertimbangkan status sosialnya (meskipun status sosialnya lebih rendah) tetapi pada akhirnya lebih berhasil Sebuah contoh langsung dari seseorang yang sebelumnya bekerja sebagai pengusaha, lalu menjadi petani. Terdapat pendapat lagi yang mengatakan bahwa ada mobilitas sosial antar wilayah geografis. Perpindahan individu atau kelompok dari satu tempat ke tempat lain dikenal sebagai gerakan sosial ini. Contohnya adalah migrasi, urbanisasi, dan transmigrasi.
Mobilitas sosial vertikal, adalah pergerakan seseorang atau suatu objek sosial ke posisi lain yang tidak sederajat. Mobilitas ini terbagi menjadi dua bentuk, yaitu social climbing dan sinking. Social climbing adalah Mobilitas vertikal ke atas, juga dikenal sebagai peningkatan sosial, yaitu mobilitas yang disebabkan oleh peningkatan status atau kedudukan seseorang. Ini disebabkan oleh peningkatan produktivitas karyawan maupun kedudukan kursi yang kosong karena proses peralihan generasi. Social sinking atau juga dikenal sebagai mobilitas vertikal ke bawah, adalah proses turunnya status atau posisi seseorang. Dalam hal ini sering menyebabkan gejolak psikis bagi seseorang karena perubahan pada hak dan kewajibannya. Penurunan ini dapat berupa penurunan seseorang ke posisi yang lebih rendah atau penurunan nilai suatu posisi sebagai lapisan sosial.
Ini karena dia telah memasuki masa pensiun atau melakukan kesalahan fatal yang mengakibatkan pemecatan atau penurunan dari jabatannya. Dari pendapat Pitirim A. Sorikin, mobilitas sosial vertikal ini dalam masyarakat memiliki beberapa saluran, hal ini dikenal sebagai social circulation, diantaranya yaitu: 1) Angkatan bersenjata, dengan sistem militerisme, angkatan bersenjata memiliki peran dalam masyarakat. Misalnya, suatu negara mengharapkan kemenangan dalam perang. Masyarakat akan menghargai pekerjaan prajurit. Karena jasanya, ia akan dinaikkan ke posisi yang tinggi. 2) Lembaga keagamaan, Semua agama percaya bahwa manusia memiliki posisi yang sama.
Untuk menggapai tujuan tersebut, para pemuka agama bekerja keras untuk menaikkan status orang-orang dari lapisan bawah masyarakat. Selain itu, apabila para pemuka agama dapat membimbing umat mereka dengan baik, mereka akan semakin dihormati oleh masyarakat. 3) Lembaga pendidikan, Sekolah dapat dianggap sebagai social elevator, membantu orang bergerak dari posisi rendah ke posisi yang lebih tinggi. 4) Organisasi politik, Suatu organisasi politik seperti partai politik dapat memberikan kesempatan yang ideal bagi anggota-anggotanya untuk naik ke posisi yang lebih tinggi, terutama selama pemilihan umum. Seseorang harus membuktikan kemampuan mereka sebelum mereka dapat dipilih. Dalam hal ini, organisasi politik berfungsi sebagai salah satu cara untuk membuktikan kemampuan diri.
5) Organisasi ekonomi, Sangat penting bahwa organisasi ekonomi berfungsi sebagai jalan menuju lapisan sosial yang lebih tinggi; umumnya, orang yang memiliki penghasilan tinggi juga berada di lapisan sosial yang lebih tinggi. Bahkan, faktor ekonomi sering kali digunakan sebagai simbol status seseorang dalam masyarakat. 6) Organisasi keahlian, Himpunan sarjana ilmu pengetahuan sosial, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), persatuan para pelukis, dan lainnya adalah contoh yang dimaksud organisasi keahlian. Orang-orang yang tergabung di dalam organisasi ini dapat mendapatkan nama dan dianggap berada di lapisan atas masyarakat melalui penggunaan organisasi ini sebagai wadah.