Mohon tunggu...
Firda Putri Astuti
Firda Putri Astuti Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Life-long learner

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Malam Minggu di Distrik Merah

15 Mei 2024   10:56 Diperbarui: 17 Mei 2024   19:46 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Suasana cafe di Amsterdam, Belanda. (Sumber: Pixabay/user32212)

Perdebatan terhenti. Kepandaian istrinya berkelit membuat Abraham malas memperpanjang masalah. 

Pria itu kerap menemui jalan buntu setiap kali membahas aktivitas Sarah walau hanya bertanya "Bagaimana harimu?" Sarah melengang masuk ke kamar. Abraham mematung di depan pintu kamar mereka.

***

Abraham mencoba memperdalam pemahaman  tentang wanita yang dahulu pernah ia puja. Ia persunting Sarah pada hari baik untuk menjadi rekan sehidup semati termasuk rekan menjemput mimpi bersama. 

Namun, Sarah yang hari ini dirasa sangat jauh hingga mustahil ia gapai. Bayang-bayang wanita itu serupa kabut pekat yang menyelimuti panorama kota malam ini, memeluk kesedihan Abraham begitu erat dan perlahan menghilang disorot cahaya lampu di tepian jalan.

Rembulan belum menyingsing, malam minggu masih tersisa panjang. Dengus angin makin kencang manakala langkahnya tiba di Oude Doelenstraat. Ketika melintasi tikungan terdekat, pupil matanya membesar menatap etalase-etalase neon berwarna merah membara. 

Disinilah De Wallen District, sangkar kemaksiatan yang diwarnai oleh hingar-bingar genderang gairah para pria ditabuh. Distrik itu membersamai wilayah prostitusi lainnya di Singelgebied dan Ruysdaelkade, membentuk Rosse Buurt yang merupakan distrik lampu merah terbesar di Amsterdam.

Mereka datang dari berbagai penjuru daerah. Tentu saja untuk bersenang-senang atau semata-mata memamerkan aksi berahinya bak parade festival. 

Tersedia sekitar 300 kabin kamar berisi pelacur-pelacur jelita yang ramai menawarkan layanan seksual dari balik pintu kaca dilengkapi sorot cahaya merah. 

Abraham mencoba menjulurkan kepalanya kepada salah satu kabin, tampak seorang gadis berpenampilan terbuka mematung di antara gemerlap lampu yang saling bersahutan. Sementara beberapa perempuan sekawanannya dengan dandanan terbuka dipajang laksana barang dagang di etalase toko.

Hanya sejurus gerakan seduktif pesona wanita sundal itu akan menjebol akal sehat Abraham. Sekuat hati ia mencoba menahan gejolak yang mendadak tersulut bak sumbu api tersiram bensin. Neon-neon membara kian belingsatan mengundang hasrat setiap orang yang melintas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun