Mohon tunggu...
Fiqih Purnama
Fiqih Purnama Mohon Tunggu... PNS -

Penulis Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rano dan Kartu Sakti Jokowi

1 Oktober 2016   21:50 Diperbarui: 2 Oktober 2016   00:07 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita 1 : Rano dan Pria Kurus Tinggi Berbaju Putih

Cerita 2 : Rano dan Ejaan Jo-Ko-Wi

SEGALA administrasi catatan sipil tentang Rano kini telah terintegerasi dengan Kartu Keluarga Pak Lubis. Meski tak tahu asal usul dan dari mana Rano, hak sipilnya telah terpenuhi. Berdasarkan akta kelahiran yang dipaksa untuk dibuat Rano kini telah berusia 10 tahun.

Semoga saja itu adalah itu usia yang benar secara kasat mata melihat pertumbuhan fisik Rano. Kini ia ia pun bisa mendaftar di Sekolah Dasar Muhammadiyah. Usia anak untuk masuk SD memang di bawah 12 tahun.

Rano sangat bersemangat ketika masuk di hari pertama sekolah. Teman-temannya sangatlah masih kecil terpaut tiga hingga empat tahun di bawah usia Rano sesuai dengan catatan sipilnya. Rano sangat tangguh dalam pelajaran matematika dasar.

Sebenarnya Rano memiiliki pilihan untuk mengikuti pendidikan kesetaraan. Namun, Rano ingin mengubah segala hal tentang kehidupannya dari awal. Wajar saja semester pertama Rano berhasil meraih juara kelas.

***

Udara akhir Desember terasa sejuk pada tahun kedua Rano bersama Pak Lubis. Libur sekolah dua Minggu adalah hal yang paling membosankan bagi Rano. Meski menambah waktunya dalam bekerja mereparasi jam.

Dari sekolahnya sebelum liburan datang, Rano adalah salah satu anak yang mendapatkan Kartu Indonesia Pintar.  Namun, hingga kini Rano belum mau mencairkan dana sebesar Rp225 ribu tersebut. Untuk apa? Rano meskipun masih di usia anak, ia mampu mendapatkan uang dari hasil kerjanya.

Sedangkan virtual account sudah didapat oleh Rano, hanya tinggal mencairkan dana tersebut. Namun kembali lagi, dia belum tahu untuk apa dana itu dipergunakannya. Terlebih Pak Lubis membebaskan Rano memiliki kartu sakti tersebut.

“Gimana ya pak, Rano mau dana dari kartu ini bisa digunakan dengan tepat,” kata Rano pada Pak Lubis.

“Ya, bagusnya begitu No,” jawab Pak Lubis.

“Kita buat pusat belajar saja pak, dimana pak?”

“Ah kamu ini, siapa yang mau belajar? Siapa juga yang mau mengajar?” tanya Pak Lubis.

“Yah, awalnya kita bentuk kecil-kecil pak, untuk belajar kelompok anak jalanan. Nanti dana kartu itu kita peruntukkan beli bahan-bahan belajar anak-anak yang enggak sekolah kayak Rano dulu pak,” jelas Rano detil.

“Nanti kita diskusi lagi No, ini kita shalat ke Masjid, ada pengajian rutin Muhammadiyah,” ajak Pak Lubis.

Rano sangat bersemangat jika mengikuti pengajian mingguan di Masjid Muhammadiyah. Banyak ilmu agamanya bertambah pada tiap-tiap mengikuti pengajian persyarikatan tertua di Indonesia tersebut.

Ceramah Ustad:

Sesungguhnya ada tiga amalan yang tak terputus yakni sedekah jairiyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya. Hari ini kita membicarakan tentang ilmu yang bermanfaat. Setiap muslim harus berilmu dan ilmu haruslah diamalkan. Maka salah satu amalan ini tidak akan pernah terputus hingga kita dialam barzakh kelak.

Jadi, janganlah kita pelit akan ilmu. Sebagaimana Quran Surat Als Ashr, Allah bersumpah demi massa. Kita dalam keadaan yang merugi jika tidaklah mengerjakan amal saleh dan saling nasehat menasehati. Amal shaleh haruslah dilakukan dengan kontruksi ilmu. Bagikanlah ilmu-ilmu pada mereka yang membutuhkannya.

Sesungguh jika ilmu itu bermanfaat bagi yang menjalankan, maka disanakalah pahala kita akan mengalir. Guru, dosen, mubaligh adalah pekerjaan yang mulia. Sempatkanlah waktu kita setiap hari untuk mengajarkan satu ilmu ataupun nasehat pada orang-orang di sekitar kita. ...........

***

SEPENGGAL ceramah Ustadz Din Ahmad Syamsuddin tadi sangat membekas di benak Pak Lubis. Dalam perjalanan pulang, Pak Lubis teringat keinginan Rano untuk membuat kelompok belajar bagi anak-anak jalanan.

“No, besok kita beli bahan-bahan untuk kegiatan belajar. Kamu panggil kawan-kawan kamu yang mau ikut belajar,” kata Pak Lubis.

“Baik pak,” jawab Rano.

Pagi hari Rano telah menelusuri jejalanan di kawasan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Diincarnya teman-temannya dulu yang masih saja mencari uang dengan cara Carmod.

“Man, belajar yok dirumahku tiap sore mau?” Rano mengajak Parman.

“...nggak ah, malas,” jawab Parman tak peduli.

Rano terus saja berusaha mengajak anak-anak jalanan yang tidak bersekolah. Namun tak ada yang menginginkan pendidikan. Bahkan Rano dicemooh oleh teman-temannya itu.  Begitupun Rano tetap bekerja di reparasi jam pinggiran jalan yang kini dikelolanya sendiri.

Malam hari Rano dan keluarga angkatnya berkumpul.

“Gimana no?, ada yang mau ikut?. Bapak sudah niat, sebagian warung kita ini buat ruangan belajar kelompok anak jalanan nanti. Lagi pula jualan kita kan sudah kurang laris, enggak perlu besar-besar lagi,” jelas Pak Lubis.

Malam hari dari tidurnya Rano berfikir agar para anak jalanan di sekitaran mau ikut untuk belajar bersama-sama.

***

PAGI Rano kembali bergerilya menemui anak-anak jalanan yang tak bersekolah dan putus sekolah. Kini Rano memiliki cara untuk mengajak anak-anak mau ikut bersama belajar di rumahnya. Ya rumah Pak Lubis juga.

Kemudian Rano memamerkan Kartu Indonesia Pintar pada setiap anak jalanan yang ditemuinya. “Kalau ada kartu ini kita bisa dapat uang. Walaupun kelompok belajar, tapi bisa juga dapat kartu seperti ini,” papar Rano pada anak-anak.

“Presiden kita Bapak Joko Widodo mengutamakan pembiayaan pendidikan bagi kita yang kurang mampu. Uangnya nanti bisa buat kita,” jelas Rano. Beberapa anak pun akhirnya mau ikut belajar dengan Rano. Niat awal mereka untuk mendapatkan Kartu Sakti Jokowi.

Rano pulang dan bercerita pada Pak Lubis.

“Ada enam orang mau belajar sama kita pak,” ucap Rano.

“...wah bagus itu no, besok kita ambil uang kamu di bank ya,” kata Pak lubis.

“Iya pak.”

***

Ruangan tempat belajar telah selesai. Ada meja dan papan tulis putih. Rano yang telah mengambil uang dana Kartu Indonesia Pintar membeli buku-buku pelajaran membaca dan berhitung serta buku tulis dan alat tulis yang lengkap.

Ternyata sore itu bukanlah enam orang anak yang datang untuk ikut belajar. Ada duabelas orang anak mengikuti kegiatan belajar tersebut. Pak Lubis menamakan kelompok itu dengan Kelompok Belajar Rano Jokowi. Rano belajar dengan antusias, Pak Lubis juga mengajarkan anak-anak dengan semangat.

Kelompok belajar itu berjalan dengan sebanyak duabelas murid. Kini tujuan para anak ikut belajar bukan lagi karena ingin mendapatkan Kartu Indonesia Pintar. Melainkan kesungguhan mengikuti pembelajaran.

Seorang aktivis pendidikan melirik kelompok tersebut. Kini akrab dipanggil Bang Taufik oleh anak-anak di kelompok itu. Bang Taufik mengambil alih pengajaran dari Pak Lubis. Hingga suatu ketika ia menetapkan generasi awal Kelompok Belajar Rano Jokowi.

“Adik-adik, kalian adalah generasi awal kelompok ini. Abang berharap satu orang dari kalian dapat mengajak mengajak satu orang . Abang namakan generasi awal ini dengan LASKAR JOKOWI yang berisikan anak-anak jalanan yang ingin belajar,” kata Bang Taufik pada anak-anak itu.

Dari dua belas anak itu, hanya Rano yang bersekolah. Oleh karena itu Bang Taufik segera memfasilitasi  agar kelompok belajar itu menjadi Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) sehingga anak-anak yang belajar di dalamnya dapat menerima bantuan pemerintah.

“Kapan anak-anak lain bisa dapat Kartu  Sakti bang?” tanya Rano pada Bang Taufik.

“Secepatnya kita usahakan No, insya Allah tak lama kelompok kita ini menjadi PKBM,” jelas bang Taufik.

“Wah mudah-mudahan kita sukses ya bang.”

“Mudah-mudahan No, kalian 12 orang anak harus bisa memiliki masa depan yang lebih cerah dan meneruskan PKBM ini nantinya,” harap Bang Taufik.

Pada akhirnya PKBM tersebut diresmikan dengan nama Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Rano Jokowi. Tempatnya masih berada di rumah Pak Lubis. Enam bulan berlalu, kini sudah ada 27 anak jalanan ikut belajar disana.

Mereka semua direkrut oleh Laskar Jokowi. Rano merasa bangga atas capaian yang diawalinya dengan Pak Lubis. Rano menyimpan kartu saktinya. Dia meyakini kartu saktiitu yang akan banyak mengubah masa depan anak-anak jalanan kelak.

Bersambung.

Sei Rampah 1/10/2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun