Mohon tunggu...
Fiqih Purnama
Fiqih Purnama Mohon Tunggu... PNS -

Penulis Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Pengemis Codet

29 Agustus 2016   23:19 Diperbarui: 30 Agustus 2016   07:48 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
REUTERS/Krishnendu Halder

"Kalau aku dari pada meminta, lebih baik aku hidup sengsara," ku berucap hingga kami berhenti di suatu tempat. Sebuah rumah, Geraldi mempersilahkanku masuk. Tanpa cerita dia menantangku untuk bermain playstation. Seperti hobi kami dulu.

Tak terasa sore pun datang di rumah itu , ternyata sudah kulihat banyak pengemis berdatangan. Ada yang benaran cacat dan ada yang pura-pura cacat. Geraldi menerima semua pemberian mereka yang didominasi recehan. Aku dipaksanya untuk membantu menghitung. 

Belasan menit kemudian kami selesai menghitung, Geraldi mentotal uang tersebut mencapai Rp53.567.000,- 

"Inilah hasil perhari Wel," seakan ia memberi jawaban padaku yang telah menelan ludah melihat uang sebegitu banyak.

"Aku menggaji para pengemis itu tiap bulan dan membayar para jongos yang kusiapkan untuk memantau para pengemis di lapangan," terangnya.

"Pendapatanku sangat jauh lebih tinggi dibanding untuk membayar gaji mereka," jelas Geraldi.

Aku tertegun, bagiku permainan ini sangat tidak masuk di akal. Menjadikan orang serendah-rendahnya untuk meraup keuntungan yang besar.

"Ya hanya saja hari ini, karena codetku yang masih kau tanda, kutawarkan kau untuk bergabung. Kau kan pengangguran Wel," rayu Geraldi padaku yang membuatku naik pitam.

"Codetmu itu, kau fikir aku mau dengan kerja seperti itu," 

"Ayolah Wel, kita bisa membuatmu untuk tak dikenali dan meraih puluhan juta tiap hari. Kapan lagi bisa kaya. Aku saja ke lapangan hanya sekali seminggu Wel, apalah yang kau fikirkan lagi," Geraldi seperti setan yang menggoda imanku dengan jaminan harta.

 

Sei Rampah, 29 Agustus 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun