Aku ke pinggiran jalan, menunggu Geraldi yang meminta belas kasihan orang. Lalu kisar 10 menit, Geraldi mengesot ke pinggiran jalan dan menyuruhku mengikutinya hingga sampailah pada sebuah rumah toko masuk dari sebuah komplek.
Terkejutnya aku. Kaki kanan yang tadinya tak terlihat kini dibukanya dan muncul. Ia pun berdiri dan menatapku.
"Bagaimana kau bisa tanda denganku?" tanya Geraldi sembari membuka topeng kepala botaknya. Nyatanya ia tak botak. Dia masih tampak seperti yang dulu.
"Aku melihat codetmu," sembari aku menunjuk di sebelah kanan kening Geral.
"Ah iya, codetku ini yang kita dapatkan bersama-sama waktu tawuran sama anak SMA lain ya. Hahahha, aku lupa," Geraldi mengenang saat kami tawuran dulu sambil memakai kemejanya.
Pengemis tadi berubah menjadi Geraldi yang kukenal keren dan modis. Tak hanya itu, malah ia mengajakku berjalan dan ternyata ke arah mobil mewahnya.
"Masuk Wel," ajaknya.
"Kalaupun teman-teman mendengar cerita tentangku darimu, mereka tak mungkin percaya Wel," katanya sambil mengendarai mobil.
"Aku bukanlah tipe teman seperti itu Ger. Namun aku heran, apa yang sebenarnya kau lakukan dengan pekerjaan serendah itu,"tanyaku.
"Hahhh, bicara rendah. Habis kuliah kau pengangguran kan. Tidak ada uang. Lebih bagus begini, aku bisa kaya dengan cara mudah," katanya.
Kemudian dia melanjutkan bicara dengan memamerkan kekayaannya tentang tiga mobilnya, rumahnya dan pacar-pacarnya.