“Kamu hebat Ber,” ucap Kirman dan disambut dengan senyum Hotber lalu ia pun pulang dan kembali ke rumah.
***
Rumah kosong. Emak dan Tiodor sedang ke pekan membeli bahan-bahan untuk acara yang direncakan sore nanti. Masuk ke dalam rumah yang gelap lantaran jendela yang tertutup, Hotber mendapat sebuah serangan dari beberapa orang yang tak tahu masuk dari mana.
Kepala ditutup, Hotber di bawa dari pintu belakang melalui semak-semak hingga di sebuah tempat dipinggir sebuah sungai. Dilihatnya ada Purdo disana.
“Kau mau rusak hasil perut kami,” cetus Purdo pada Hotber dan tak dijawabnya. Hotber hanya diam dan pasrah menerima beberapa kali pukulan. Semakin lama semakin dia tak berdaya, hingga Purdo mengeluarkan sebuah arit dan habislah sudah nyawa Hotber.
Purdo dan anggotanya segera mengungsikan jenazah Hotber sangat jauh. Jauh dari perkampungan memakan waktu berjam-jam hingga petang pun datang. Saat itulah mereka membuang jenazah Hotber dan berteriak menyumpah serta tertawa usai kejadian itu.
***
Persiapan kenduri di depan rumah Hotber sudah rampung. Namun Hotber tak kunjung datang. Padahal acara tersebut untuk menyambut kedatangan Hotber. Lama semakin lama, Pak Kirman pun berdiri di hadapan warga.
“Selamat malam semua warga kampung. Saya mendapatkan pesan dari Hotber, walau acara ini untuk menyambut kepulangannya. Tapi bisa jadi ini merupakan kepergiannya,” kelekar Pak Kirman.
Warga pun senyap, tampak bingung. Apalagi emak Hotber dan Tiodor malah tampak ketakutan dan bertanya-tanya apa sebenarnya yang terjadi. Pak Kirman pun melanjutkan.
“Siang menjelang sore tadi Hotber member sepucuk surat ini pada saya. Dan meminta saya membacakan pada warga jika dia tak datang lepas petang,” langsung juga Kirman membacakan isi surat.