Mohon tunggu...
Fionna Sadina
Fionna Sadina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

enjoy your life

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penerapan Kurikulum Merdeka di Indonesia: Nasib Sama dengan Kurikulum 2013

9 Mei 2023   21:30 Diperbarui: 9 Mei 2023   23:47 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembelajaran dua arah antar guru dan siswa pada umumnya saja masih banyak kekurangan, di mana siswa masih belum bisa menerima materi dengan baik. Kemandirian siswa yang digagas dalam kurikulum Merdeka ini dirasa masih kurang tepat jika diterapkan dalam pendidikan Indonesia. Masih dibutuhkan peran ekstra guru dalam kegiatan pembelajaran di Indonesia.

Tak hanya itu, kurikulum Merdeka memiliki perbedaan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan kurikulum-kurikulum pendidikan yang sebelumnya pernah diterapkan di Indonesia. 

Hal ini kemudian membuat tenaga pendidik dan siswa membutuhkan waktu yang cukup untuk melakukan penyesuaian dengan kurikulum Merdeka. Adanya metode Project Based Learning yang digagas nyatanya juga masih memiliki berbagai kekurangan, seperti biayanya yang mahal serta waktu yang cukup lama. 

Belum lagi, tidak semua daerah di Indonesia memiliki fasilitas pendidikan yang sama, sehingga teknologi masih menjadi salah satu permasalahan utama dalam penerapan Project Based Learning.

Hal tersebut juga berkaitan dengan penerapan kurikulum Merdeka secara keseluruhan. Data yang dirilis Kemendikbudristek menyatakan bahwa 60% tenaga pendidik di Indonesia masih belum menguasai teknologi dengan baik. 

Padahal, teknologi memiliki peran yang penting dalam penerapan kurikulum Merdeka ini. Tak hanya itu, umumnya daerah pelosok dan pedesaan di Indonesia juga belum memiliki sarana prasarana pendidikan yang memadai untuk diterapkannya teknologi ini. 

Oleh karena itu, diperlukan campur tangan pemerintah daerah untuk memberikan pelatihan bagi tenaga pendidiknya untuk belajar mengenai teknologi. Akan tetapi, pada kenyataannya, masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang tidak peduli akan hal tersebut.

Perlu diingat bahwa adanya kurikulum Merdeka ini bertujuan untuk melengkapi sekaligus menjadi solusi dari kurikulum yang sebelumnya diterapkan, yakni Kurikulum 2013. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa baru pada tahun 2018, pendidikan di Indonesia dinyatakan seluruhnya menerapkan Kurikulum 2013. Artinya, masih ada kesenjangan antar satu sekolah dengan sekolah lainnya dalam penerapan kurikulum. 

Hal ini nyatanya juga terjadi pada kurikulum Merdeka yang seharusnya telah diterapkan semenjak tahun ajaran 2022/2023. Masih banyak sekolah di Indonesia yang ternyata belum menerapkan kurikulum Merdeka, sebab terus adanya pergantian yang membuat guru kewalahan.

Tak hanya itu, pada kurikulum 2013 juga telah dicanangkan bahwa guru harus lebih kreatif dalam memberikan pengajaran bagi siswa. Guru dituntut inovatif dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam penyampaian materi pada zaman kurikulum 2013. Lalu apakah semua guru telah menerapkan hal tersebut? 

Apakah semua guru kemudian merubah cara pembelajarannya? Faktanya tidak. Masih banyak guru yang berpegang pada cara mengajar tradisional, yakni ceramah. Tidak sampai di kurikulum 2013 saja, nyatanya metode ceramah masih diterapkan hingga kini, disaat pendidikan di Indonesia berusaha menerapkan kurikulum Merdeka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun