Tantangan hidup yang semakin keras, dewasa ini sering kali membuat kita lalai, kita berfikir jangka pendek, menuruti apa yang didiktekan oleh media yang megarahkan gaya hidup kita. Sehingga waktu kita pun hampir seluruhnya tersita untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyakanya, megejar dunia sebanyak-banyaknya. Islam tidak pernah melarang umatnya menjadi kaya, bahkan dianjurkan kaya agar bisa membantu sesama dan menolong agama, dengan zakat dan beragam hal amaliyah lainnya.
Namun, sering kali kesibukan kita mengejar dunia menjadikan hati dan jiwa kita penat, bahkan terkadang keras, sulit ikhlas, sulit khusu’ dalam beribadah dan sulit husnudhan kepada Allah dan sesama umat. Jika demikan, alamat hati kita tidak sehat. Padahal, harta sebanyak apapun tidak bisa menyelamatkan manusia kelak ketika berjumpa dengan Tuhannya, tanpa disertai dengan hati yang sehat, hati yang selamat, yang dalam istilah al-Qur’an disebut “Qalbun Salim”.
Allah SWT berfirman:
يوم لاينفع مال ولابنون. إلا من أتى الله بقلب سليم
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki yang berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (Q.S. Asy-Syu’arah: 88-89)
Ayat diatas sekaligus menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan hati, dan kesucian jiwa agar kita memiliki Qalbun Salim. Qalbun Salim yang dijaga dengan tazkiyatun nafs bukan hanya bermanfaat dikahirat, melainkan juga di dunia. Qalbun Salim membuat jiwa tenang dan damai, serta membawa kebahagiaan karena hidup di atas kebenaran iman dan petunjuk Islam. Lalu bagaimana kita agar sukses menjaga Qalbun Salim dengan tazkiyatun nafs?
Pertama, Mengilmui
Tazkiyatun nafs atau penyucian jiwa benar haruslah berlandaskan ilmu agama yang benar. Sebagaimana hati yang bersih itu berangkat dari aqidah yang benar, maka ilmu dan pemahaman tentang aqidah kita juga harus benar. Hati yang bersih, pondasinya adalah ikhlas; yaitu menitakan segala amal ibada hanya untuk Allah. Dan itu pula yang kita dapati mengaa surat yang keseluruhan ayatnya berbicara tentang tauhid dinamakan surat Al-Ikhlas.
Kebaikan seseorang termasuk pula kebersihan hati, bermuara dari ilmu agama yang pahami lal diamalkan. Meskipun konotasi ilmu di sini tidak selalu mengarah kepada apa yang didapatkan dari pendidikan formal.
Rasulullah SAW bersabda:
من يرد الله به خيرا يفقهه فى الدين
“siapa yang dikehedaki baik oleh Allah, niscaya ia dipahamkan dalam urusan agama” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua, Memperbesar Taat Mejauhi Maksiat
Kiat kedua dalam tazkiyatun nafs adalah meningkatkan ketaatan kepada Allah, yakni dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Semakin kita taat kepada Allah, hati kita kian bersih, jiwa kita kian suci. Tetapi sebaliknya, jika kita menentang perintah Allah, melanggar larangan-Nya, sombong kepada-Nya, maka hati kita menjadi gelap, ternodai, keras, sakit dan makin dekat dengan kematian.
Langkah tazkiyatun nafs yang kedua ini sebenarnya amat dekat kaitannya dengan langkah pertama. Sebab ilmu yang diketahui tanpa diamalkan, tidak berpengaruh dalam pembersihan jiwa. Bahkan seperti apa yang dialami oleh Bani Israil, mereka tahu banyak hal tentang apa yang dikehendaki Allah, tetapi mereka mengabaikan itu dan menjadikannya ahan perdebatan semata, maka hati mereka pun keras membatu.
Ibnu Qayyim Al Jauziyah berkata:
كل علم و عمل لايزيد الايمان واليقين قوة فمدخول وكل ايمان لايبعث على العمل فمدخول.
“Setiap ilmu dan amal yang tidak menambah kekuatan dalam keimanan dan keyakinan, maka ia telah tercemar. Dan setiap keyakinan yang tidak mendorong untuk beramal, ia juga telah tercemar.”
Agar kita kiat memperbesar taat dan menjauhi maksiat, kita harus menanamkan muraqabatullah, merasa diawasi Allah. Di manapun kita berada, baik dikala ramai atau kita sedang sendiri, baik terang-terangan maupunrahasia, baik bersama banyak orang maupun kesunyian. Sesungguhnya Allah mengawasi kita. Maka kitapun malu jika hendak bermaksiat, sekaligus malu jika tidak menjalankan ketaatan kepada-Nya.
وهو معكم أين ماكنتم والله بما تعملون بصير.
“Dan dia bersama kamu dimanapun kamu berada, dan Allah Maha Melihat segala apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Hadid: 4)
Ketiga, Muhaasabah
Selanjutnya untuk menjaga hati kita dengan tazkiyatun nafs, kita perlu membiasakan muhasabah, mengevaluasi diri kita. Sehingga secara rutin kita bisa mengambil momen tertentu sehingga bisa melakukan muhasabah secara priodik. Ada sahabat yang membiasakan diri sebelum tidur melakuka muhasabah, dan subhanallah, ia menjadi ahli syurga karenanya.
Hal seperti itu bisa kita contoh, dalam waktu khusus yang telah kita sediakan secara rutin kita mengevaluasi hati kita sendiri. Apakah masih ada takabbur dalam rentang waktu itu, apakah masih ada ujub dalam rentang waktu itu, apakah masih ada hasud terhadap sesama, pakah masih ada ghill terhadap saudara, dan sebagainya. Jika kita mendapati penyakit-penyakit hati tersebut, kita segera bertaubat dan beristighfar kepada Allah, seraya berkomitmen untuk memperbaiki diri.
Allah SWT berfirman:
يا أيها الذين امنوا اتقوا الله ولتنظر نفس ما قدمت لغد واتقوا الله إن الله خبير بما تعملون
“Hai orang-orang yang eriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap hari memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok. Bertaqwalah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Hasyr: 18)
Keempat, Berdoa
Hal ini yang tidak boleh kita lupakan, berdoalah. Sebab Allah-lah Dzat yang membolak-balikkan hati. Maka memohonlah kepada-Nya agar hati ditetapkan dalam keimanan, agar hati senantiasa dijaga sehingga menjadi bersih dan bening dengan penjagaan-Nya.
ولو لا فضل الله عليكم ورحمته مازكا منكم من احد ابدا ولكن الله يزكي من يشاء والله سميع عليم.
“Sekiranya tidaklah karena Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya. Tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. an-Nuur: 21)
Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita sebuah doa dalam rangka tazkiyatun nafs:
اللهم ات نفسى تقواها وزكها أنت خير من زكاها
“Ya Allah, berikanlah kepada jiwaku ketaqwaan dan sucikanlah ia, Engkaulah sebaik-baik Dzat yang menyucikan jiwa.” (HR. Muslim)
وقل رب اغفر وارحم وأنت خير الراحمين
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI