Di motor itu sempat aku berceloteh tentang sikapnya selama memimpin rapat, aku hanya berusaha memberi masukan agar ia bisa menjadi lebih baik. Rapat demi rapat terus kami jalani namun pesertanya pun semakin berkurang, aku pun ikut merasakan apa yang ia rasakan karena dibangku SLTA akupun pernah merasakan menjadi ketua. Ia selalu melakukan pengontrolan yang detail, melakukan dengan totalitas, hingga aku pun terkesan bagaimana bisa orang sebaik itu. Hingga ketika aku mendapat video motivasi, akupun langsung mengirimkannya. Berharap agar ia tetap termotivasi dan bersemangat kembali.
Sejak dulu, aku tak pernah mengharapkan balasan kasih dari seseorang yang aku kasihi, dan hal yang selalu paling aku takuti adalah ketika seseorang itu mempunyai asa yang sama. Karena aku tahu dalam agama kita itu adalah hal yang tidak dibenarkan.
Hingga pada suatu malam aku mendengar kabar burung, kabar yang disampaikan oleh teman dekatku sebut saja namanya emma, emma bercerita bahwa fahmi, alfan, miki dan arsyad pernah bermain truth or dare, dan di saat arsyad mendapat giliran ia memilih truth dan ia menjawab salah satu pertanyaan yang isinya pengakuan ia suka padaku, namun permainan itu sangat di rahasiakan katanya. Aku pun tidak terlalu yakin dengan kabar itu, antara senang dan takut asaku kala itu. Beberapa malam kemudian kamipun berenam sempat mengopi bersama disebuah trongkongan, ada sikap yang aneh memang jika dihubungkan dengan kabar burung itu, tiba-tiba saja mereka dengan isengnya berkata tempat duduknya tertukar harusnya aku duduk dekat arsyad, hanya saja aku memilih untuk tetap diam dan bersikap pura-pura tidak tahu.
Sejak malam itu, kegalauan muncul kembali. Haruskah aku membnunuh asa lagi atau tetap membiarkannya dengan berjuta ketidak pastian. Satu hal yang aku herankan disaat aku menjauh, justru alam mendekatkan kita. Seperti halnya disaat acara mukhayyam araby, beberapa minggu sebelumnya,aku sudah berusaha untuk tidak bertemu dengannya, dan disaat acara itu, aku sudah memperhatikannya dan berusaha menjauh agar tidak berpapasan dengannya, namun entah bagaimana caranya disaat pulang ia sudah bersama temanku, Nirina dan akhirnya kami pun foto bersama. Kejadian serupa pun terjadi lagi disalah satu pusat perbelanjaan di kota Malang, sebut saja dinoyo.
Kala itu aku bersama salah satu teman kamarku sengaja pergi ke tempat makan untuk membeli cemilan anak-anak kamar, akupun tercengang saat mengantri disana, ternyata di tempat itu, ia ada disana juga bersama crew yang sedivisi dengannya. Setelah melihatnya akupun berharap agar aku bisa pulang lebih dulu darinya. Namun, yang terjadi malah sebaliknya, saat aku dan temanku menuju tempat parkir, arsyad sudah ada disana bersama teman sedevisinya dan langsung mengajak aku dan temanku, dan pada akhirnya kamipun semobil bersama.
Lain lagi saat aku di studio, ia juga sering muncul disana disaat aku mengerjakan tugas seni budayaku, dan ia sempat berceloteh "nyampah" sebuah kata yang menyebalkan, karena ia tidak merasakan prosesnya, namun aku  pun tahu itu hanya sebuah gurauan kecil. Pertanyaan mencengangkan pun sempat terlontar darinya, "Aghnia nama aslimu siapa?" betapa kagetnya aku mendengar pertanyaannya, akupun menjawab dengan polosnya, masa namaku kamu nggak tahu akupun menyebutkan nama lengkapku. Iapun kembali bertanya kalau nama asliku siapa? Akupun berpura-pura menebak namanya, padahal aku sudah tahu, hanya saja sedikit gengsi menyebut namanya, karena ia saja belum hafal namaku masa dengan mudahnya aku menyebut namanya.
Aku pun mulai menyadari di saat berkali-kali aku berusaha utuk membunuh asa ini, berkali-kali pula aku harus selalu terluka. Namun, Aku pun tetap memutuskan untuk mulai menghindar tatapannya, namun tetap saja aku belum bisa. Bahkan teman kamarku sempat menjailiku disaat Arsyad siaran, mereka mengirim salam atas namaku untuknya, hanya saja belum sempat terbaca karena waktu siarannya berganti. Namun, akupun ikut was-was khawatir pesannya terbaca oleh crew yang lain, akupun langsung mencari pesan itu di hp radioku dan menghapusnya.
Hari-hari terus berganti, hingga akhirnya asa itu semakin menjadi, aku pun mulai sering stalker akun dunia mayanya, hingga aku tercengangkan dengan foto mesranya dengan seorang gadis bule di Amerika satu tahun yang lalu. Sempat aku illfeel padanya namun asa itu tetap mengganggu. Bahkan kekonyolan pun bertambah dengan kepolosanku yang mengirim sebuah lagu padanya yang berjudul teka-teki rasa.
Banyak kisah yang terekam tentangnya, hingga pada suatu malam ia mengajak ku untuk shalat berjama'ah, namun aku menolaknya karena berhalangan, lalu entah mengapa ia harus menggelar sejadah untuk shalat tepat berada di sampingku, padahal di studio itu masih ada tempat kosong, hingga aku tak kuasa untuk membencinya akibat foto mesranya dengan gadis bule itu. Usai shalat ia pun sempat berbincang-bincang denganku tentang soal matematika yang sedang ia perlukan, akupun menyimaknya, dan sebenarnyapun aku punya soal-soal itu namun harus dicari dulu dimana tempat foldernya. Aku tak menyangka bahwa soal itu memang untuk dirinya karena ia akan mengikuti SBMPTN.
Rasa galau kembali menderaku, disaat aku ingin menjauh darinya, bertepatan dengan ia mengikuti tes itu. Mungkinkah ini cara Allah menjagaku? Ah, aku anggap seperti itu sajaa. Begitu galaunya asaku, karena aku harus benar-benar terluka kembali, disaat mendengar kabar burung ia suka padaku, berarti ia merasakan asa yang sama denganku, namun ia juga tak pernah menampakkannya, dan parahnya ia akan pergi meninggalkanku juga. Sungguh aku benar-benar ingin marah pada diriku sendiri. Kenapa aku terjatuh pada asa itu?? Kenapa ia harus hadir menyapa jika akhirnya pergi meninggalkan? Akupun meyakinkan diriku, bahwa aku adalah makhlukNYA, semua urusan akan kembali padaNYA.
Dihari menjelang ujiannya tiba, dipagi harinya, akupun langsung menyempatkan mencari berkas ujianku tahun lalu, ku kirimkan via line dan e-mail agar ia bisa belajar dengan maksimal. Karena ini hanya salah satu caraku dalam mengasihi, aku tak ingin menjadi penghalang mimpi seseorang yang aku kasihi, maka aku pun berusaha menjadi pecinta yang tulus, karena kasih tak harus selalu memiliki, namun berikanlah yang terbaik pada kasih. Hingga di hari-hari menjelang pengumuman itu tiba, berulang kali aku menanyakan padanya, "Syaad kalau kamu diterima di kampusnya, kamu beneran mau pindah?"