Aruna bergegas masuk dan mengetuk pintu dengan lembut. Gadis yang baru masuk meliriknya tajam dan menyuruhnya cepat memberikan minuman yang dibawanya.
Aruna sedikit gemetar saat memegang cangkir kopi itu. Gadis yang duduk kemudian berdiri dan membuka tirai jendela.
"Besok lagi-lagi jangan kamu yang antar ke ruangan ini, cukup letakkan di ujung meja depan dan Robi biar aku suruh yang mengambilnya,"
"Baik, Nona,"
Sejak saat itu, jika ia mengantar minuman, selalu diletakkan di depan ruangan. Membuat karyawan seniornya menegur karena mengira ia tak bekerja dengan baik.
"Nona cantik yang datang waktu itu mengatakan jika aku harus meletakkan cangkir minuman di depan meja," ucap Aruna sambil menunduk.
Pekerjaan Aruna yang sungguh sulit meski sederhana tapi akhirnya membuat ia tak betah karena terlalu ditekan. Â Saat di dapur pun ia tak boleh menampakan wajahnya di hadapan atasannya.
Larangan itu berlangsung sampai ia bekerja hampir tiga bulan lamanya . Selama itu pula tak pernah melihat siapa atasannya dan seperti apa sosoknya.
**
Saat di rumah, ketika dia libur, Kakak nya minta dia untuk duduk dan mendengarkan ucapannya. "Run, teman kakak mau melamar kamu, nanti malam mau kesini, kamu mau nggak?"
"Siapa memangnya, Kak?"