Mohon tunggu...
Filsuf-Wannabe
Filsuf-Wannabe Mohon Tunggu... -

Jangan melakukan public speaking dalam bentuk apapun kalo dalam berargumen masih penuh dengan logical fallacy.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Ahok dan Gelas Berisi Air Setengah

8 Desember 2016   23:04 Diperbarui: 9 Desember 2016   01:30 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Sesuai gambar ilustrasi, jika saya mengisi sebuah gelas dengan air sampai setengahnya, menurut anda gelas tersebut setengah penuh atau setengah kosong?

Dua-dua nya benar.

Tidak ada yang lebih benar atau salah. Kedua argumen sama-sama bernilai/berkekuatan 50%. Alias SEIMBANG. Dan saya yakin kalau bayi babi albino gegar otak yang baru seminggu hidup pun bisa paham.

Anda setuju kalau keduanya sama-sama benar kan? Anda paham kan? Tentu, karna saya yakin anda jauh lebih pintar dibanding bayi babi albino gegar otak berumur seminggu.

Lalu bayangkan jika saya mengatakan gelas tersebut setengah penuh, lalu anda mengatakan sebaliknya. Kemudian saya menyalahkan anda, mengejek argumen anda, meremehkannya, gimana perasaan anda? Gimana perasaan anda ketika saya dengan arogannya merasa paling berhak untuk benar? Dan saya merasa sudut pandang argumen saya sebagai satu-satunya yang harus diperhitungkan, gimana perasaan anda? Padahal argumen kita sama-sama benar, sama-sama kuat, sama-sama bernilai 50%.

Lalu apa hubungannya dengan Pak Ahok yang terhormat?

Kenapa saya merasa umat muslim menutup mata dari ulah pengedit video yang menghilangkan kata pakai dalam video Ahok? Tidak bisakah kalian pahami kalau makhluk ini punya ambisi kotor dibalik aksinya itu? Coba anda cari bayi babi albino gegar otak berumur seminggu, lalu tanyakan soal ini. Saya yakin si babi pun pasti bisa memahami tujuan kotor pelakunya.

Tapi saya tidak ingin membela Pak Ahok, bukan itu inti artikel ini. Melainkan saya tidak tahan dengan keangkuhan dan kearogansian logika para makhluk-makhluk bebal yang katanya beragama. Saya atheis, saya tidak beragama, tapi saya punya moralitas yang lebih baik dalam kasus ini.

SETENGAH PENUH ATAU SETENGAH KOSONG ?

NGARUH ATAU NGGAK KATA 'PAKAI' DALAM KALIMAT ?

Ada 2 argumen. Yang satu ngotot berpengaruh, yang satu ngotot sebaliknya. Sama seperti 2 orang yang mendebatkan gelas setengah penuh atau setengah kosong. Saya pribadi termasuk kubu yang berpendapat bahwa kata 'pakai' berpengaruh terhadap makna kalimat Ahok.

Kalo begitu, mari kita buat contoh kalimatnya.

LOGIKA PERTAMA :

- Saya dilempar batu (Aku dibandem watu)

- Saya dilempar pakai batu (Aku dibandem nganggo watu)

*Entah kenapa saya tertarik untuk menulis versi bahasa jawanya dalam tanda kurung. Mungkun karena versi bahasa jawanya lebih terasa feelnya.

Pada kalimat diatas, mari kita sama-sama setujui jika kata 'pakai' rupanya tidak berpengaruh. Ora ngaruh mas. Tetep podho makna ne. Maknanya tetap sama.

**MARI KITA yang berotak waras dan bermoral sama-sama mengakui ini, menyetujui ini. Atau malu sama bayi babi albino gegar otak berumur seminggu. Karna si babi bisa paham.

Lalu sekarang LOGIKA KEDUA :

- Saya makan tangan

- Saya makan pakai tangan

MAK JLEB! ngaruh ora mas? ngaruh enggak gan, sis, bro ? Hei bayi babi albino gegar otak berumur seminggu, menurutmu ngaruh enggak kata 'pakai' dalam kalimat diatas? Menurutmu merubah makna enggak?. *Si babi menjawab = NGARUH KAK!

**MARI KITA yang berotak waras dan bermoral sama-sama mengakui ini, menyetujui ini. Atau malu sama bayi babi albino gegar otak berumur seminggu. Karna si babi bisa paham.

Sama seperti pertanyaan tentang gelas tadi, kasus ini juga juga rupanya punya 2 sudut pandang yang berbeda. Yang jika anda cukup waras dan bermoral,anda akan mengakui kalo kedua sudut pandang tersebutsama-sama bernilai 50%. SEIMBANG. sama-sama kuat. Tidak ada yang lebih baik. Tidak ada yang lebih benar.Saya sudah sampaikan jika saya pendukung logika kedua, tapi saya tetap hormati dan AKUI logika pertama. Memangnya siapa saya mau merasa paling benar nomor satu? Saya bukan siapa-siapa, hanya seorang atheis hinajadi tidak akan merasa paling benar.

Seperti yang saya sudah tuliskan, saya adalah atheis. Standar moral saya tidak bergantung pada fatwa-fatwa alkitab dan firman-firman tuhan. Namun saya tetap bisa bersikap netral dengan menghormati dan menghargai argumen yang berbeda dengan saya. Dan bahkan saya MAU mengakui bahwa argumen tersebut seimbang dengan argumen saya.Tidak lebih buruk. SEIMBANG!. Lalu anda yang seorang theis, cinte sama tuhan, takut sama neraka, pengidam sorga, dan beribadah tertib, mampu enggak sampeyan bersikap bijaksana seperti itu? Jawab ke diri anda sendiri.

Saya punya kutipan bagus, "Membuat keputusan buruk tidak membuat anda menjadi pribadi yang buruk, bertahan dengan keputusan buruk lah yang menjadikan mu buruk".

Coba tanyakan ke hati nurani mu, hati yang katanya menakuti tuhan, mencintai dan mendamba-Nya, apakah salah satu dari argumen tersebut lebih kuat? adakah yang lebih bernilai? atau seperti yang saya katakan, SEIMBANG. Tidak ada yang lebih benar. Sama-sama kuat. Sama-sama bernilai 50%. alias SEIMBANG. Coba tanyakan itu ke nuranimu.

Yang jadi persoalan, kenapa para ulama-ulama tidak berpikir seperti ini. (Maksudnya seperti atheis hina seperti saya. atheis yang dibenci tuhan dan akan dibakar dineraka nanti). KENAAPPAAAAAAA???????

Kenapa mereka merasa bahwa sudut pandang argumen mereka adalah yang paling benar? Kenapa mereka merasa bahwa sudut pandang argumen mereka adalah satu-satunya yang harus diperhitungkan? Padahal ada argumen lain yang sama-sama kuat, seimbang nilainya. KENAAPPAAAAAAA???????. Kenapa mereka tidak bisa menghormati argumen lain yang nilainya seimbang, bahkan mungkin mereka tidak MAU mengakui bahwa argumen satunya yang bertentangan dengan argumen mereka adalah bernilai SEIMBANG? Sedangkan atheis hina dan calon penghuni neraka ini MAU dan MAMPU mengakui 2 argumen berkekuatan sama tersebut.

Lalu munculah ide di saya. Sebuah tantangan. Tantangan untuk para ulama-ulama tersebut yang saya harap akan membaca tulisan saya. Dan untuk mereka yang berangkat aksi bela islam. Dan untuk siapapun mereka yang mendukung LOGIKA PERTAMA dan tidak mau mengakui LOGIKA KEDUA.

Tantangan nya adalah, tolong jelaskan, MINIMAL jelaskan ke hati anda sendiri. Jelaskan :

1. Kenapa semua makhluk di muka bumi ini harus memperhitungkan sudut pandang anda saja, dan menolak sudut pandang lain yang jelas-jelas bernilai SEIMBANG. Kenapa sudut pandang lain harus di vonis mutlak salah? Sedangkan sudut pandang anda yang bisa dibilang saudara kembar dari sudut pandang tersebut bernilai lebih tinggi dan satu-satunya sudut pandang yang perlu diperhitungkan?

2. Dimana bijaksananya ketika ada 2 sudut pandang berbeda yang bernilai sama, lalu seseorang mengklaim bahwa sudut pandang yang di anutnya bernilai lebih tinggi dan satu-satunya yang perlu diperhitungkan? Dimana bijaksananya? Dimana kehormatannya?

Tanyakan itu ke hati nurani kalian masing-masing.

Apa yang saya harapkan? Apa pendapat saya?

TIDAK ADA SATUPUN dari kita yang benar-benar tau apa maksud ucapan Ahok. Hanya Ahok yang tau. Kalau anda percaya tuhan, ya jadi hanya Ahok dan tuhan yang tau.

Saya yang seorang atheis hina ini gak mungkin bisa tau. begitu juga dengan anda wahai umat suci pendamba tuhan. Lebih baik diam saja dan tidak perlu merasa paling benar. Hal ini bisa di wujudkan dalam aksi nyata yaitu STOP menyalahkan Ahok. Saya juga STOP mendukung Ahok. Netral. karna faktanya ada 2 sudut pandang bernilai seimbang. Langkah paling bijaksana adalah diam tak memihak.

Yang berkompeten untuk memvonis benar atau salahnya Ahok hanya lah para profesor tata bahasa. alias para Linguis. Mereka adalah satu-satunyayang secara resmi punya kemampuan untuk memvonis Ahok karna itu adalah bidang keahlian mereka. Bukan saya. Bukan anda. Bukan ulama. Mereka para linguis adalah masternya tata bahasa. Mereka bisa memahami dan menjabarkan makna setiap kata dan kalimat. Polisi harus meminta bantuan para linguis untuk menyelesaikan kasus Ahok. Apapun hasilnya jika itu hasil kerja para linguis, bisa dihargai dan pasti bijaksana.

lah anda, ANDA PIKIR ANDA SIAPA?

Mohon bantuan share nya

Salam damai dari atheis hina calon target siksa malaikat penjaga neraka.

*Kritik dan masukan silahkan disampaikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun