Implikasinya adalah fakta yang terungkap ke pada masyarakat memicu perjuangan antara kebencian atau pemakluman dari masyarakat.
Dalam film ditunjukkan bahwa seluruh kisah dapat berakhir dengan solusinya masing-masing. Walau nyatanya mengungkapkan skandal, namun kedua film dapat menjadi cara untuk mendapat pemakluman dari masyarakat.
Film menjelaskan bahwa seseorang baik itu yang berkedudukan sebagai pemimpin agama ataupun sosok legend yang banyak disukai, tetaplah seorang insani yang tidak pernah bisa sempurna.
Sisi apik dari film ini adalah bagaimana film menunjukkan bahwa gereja dan grup musik tetap menjaga wibawanya dengan memberikan suatu produk.
Produknya adalah gereja yang tetap mempertahankan pelayanannya ke pada masyarakat dan Queen yang tetap memberikan karya-karya terbaiknya sebagai suatu seni.
Kita bahkan sekarang dapat melihat saat ini gereja masih berdiri kokoh dan Queen dengan karyanya yang luar biasa.
Menyinggung kembali pernyataan bahwa kedua film ini justru menjadi komoditas, ada pernyataan sebagai berikut:
"The commodification of heritage captures the process in which economic value comes to prevail over cultural value in the way cultural expressions, experiences and objects are communicated, described, perceived and marketed"Â (Riches Resources, n. d.)
Menjelaskan bahwa nilai ekonomi menguasai nilai budaya dalam pengomunikasiannya untuk dideskripsikan, dirasakan, dan dipasarkan.Â
Dalam hal ini, film memang merupakan produk bernilai ekonomi. Namun film juga menguasai nilai budaya masyarakat dengan cara film tersebut dihasilkan untuk  menjaga wibawa insani, gereja, dan seni.
Melalui poin tersebut, film ini dapat dikatakan sebagai pemakluman atas apa yang telah terjadi.Â