yang hanya terobsesi untuk menghancurkan dan menghancurkan.
Apakah salah mereka? Mengapa mereka yang dipilih menjadi korban pelampiasan?
Sebegitunya kah kekerasan menjadi alat komunikasi?
Beberapa tweet masuk lagi, kali ini dari seorang teman lain, yang membeberkan kronologis dan pengamatannya.
Didapati bahwa gerakan kekerasan itu bukannya terjadi karena spontanitas, tetapi lebih terlihat seperti sudah di
arahkan / direncanakan.
Astaga, jadi sejak Matahari bahkan belum bersinar, sudah ada niat jahat yang lebih dulu terbit?
Aku bukan lah Si bijak, yang bisa menegur orang lain.
Yang kusadari adalah, seringkali seseorang mampu melihat pasir di biji mata orang lain, tapi balok sebesar gajah di
mata sendiri tak bisa dilihat.
Syukurlah, hatiku tak lantas tergoda untuk mengutuk dan mencaci maki atwpun menghujat.