Dear Vela,
Aku sudah menyelesaikan segala sesuatunya. Aku datang kemari hanya untuk menepati janji, bahwa aku akan menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Aku melihat masa depan dari kedua bola mata itu. Entah itu indah atau tidak, selama aku bersamamu aku yakin semua baik-baik saja.
Maafkan aku yang tidak ada kabar selama 4 tahun ini.
Aku,
Altara
Â
"APA SEMUA INI, RA?! KAMU KIRA SEMUDAH ITU? KAMU TIDAK MEMIKIRKAN BAGAIMANA PANDANGAN ORANGTUAKU KE KAMU? KAMU ITU UDAH DIBENCI,RA!! DIBENCI!"
Aku terdiam. Kutatap matanya, terlihat tetesan air mata mulai membasahi pipinya yang mungil itu. Aku mengusap pipinya dan berkata, "Tenanglah."
Dia menangis, tapi kali ini aku tidak berusaha untuk menghentikannya. Aku hanya melihat dirinya sembari memakan roti isi yang dia sudah buat.
"Vela, bagaimana pendapatmu? Masih maukah dirimu untuk menerimaku?" tanyaku,
"Kamu benar-benar gila,Altara. Selama 4 tahun ini kamu kemana aja! Aku selalu mendoakanmu agar cepat kembali dan menepati janji itu. Aku udah tidak tahu apa yang harus kuperbuat. Kamu meninggalkanku tanpa jejak sedikitpun. KAMU KENAPA TIDAK HADIR KETIKA AKU DIWISUDA? KAMU DIMANA SAAT ITU!?" tangisan Vela semakin kuat, aku hanya berdiam diri.